Raz jatuh terduduk lemas. Matanya terbelalak melihat peristiwa itu. Menyaksikan bagaimana dengan mudahnya nyawa manusia hilang begitu saja.
Setelah tubuh pria itu terjatuh terlihatlah dengan jelas seekor Lizardman dibelakangnya. Ukurannya lebih besar dari yang lainnya, berteriak dengan mengangkat tombak kapak yang dipakainya untuk memenggal kepala pria itu.
Kemudian Lizardman itu menatap Raz dengan tajam. Raz yang tidak bisa bergerak karena kaget dan takut hanya bisa melihat Lizardman itu menghampirinya.
“Mati aku sekarang” pikirnya
Tombak kapak diangkat lizardman dengan sangat tinggi, siap menghujam kepala Raz sekarang juga. Tapi kemudian ada seorang Kakek ksatria dengan zirah silver menabrak Lizardman tersebut dengan perisai miliknya.
Lizardman tersebut terpental cukup jauh. Kakek itu berhenti dan menoleh ke arah Raz.
“Berdirilah! Ambil senjata dan bertarunglah!” Teriak Kakek itu
Kakek itu kemudian berlari melawan kembali lizardman tadi. Tanpa pikir panjang Raz mencari sebuah senjata sesuai yang diperintahkan kakek itu.
Dia mengambil pedang dari pria yang terpenggal, dan mulai bersiaga mencari Lizardman terdekat. Terlihat tidak jauh darinya Lizardman yang sudah lemah dan terluka mendekatinya.
Raz mengambil inisiatif berlari ke arahnya lebih dahulu. Dia menebaskan pedang secara horizontal ke arah tangannya. Sayangnya luka yang dia berikan tidak cukup dalam. Lizardman itu melompat ke belakang dan mulai mengayunkan tombak kapak nya ke arah Raz.
Secara reflek Raz berhasil menahan serangannya. Serangannya tidak cukup kuat dan lambat, mungkin karena Lizardman tersebut sudah letih.
Karena rasa takut Raz akan kematian, secara tidak disadari Raz langsung mengubah pedangnya dari bertahan ke menyerang. Dia tebaskan kembali pedangnya ke perut Lizardman itu. Luka yang dia berikan kali ini cukup dalam dan kuat. Darah dan isi perutnya menyembur keluar.
Ini kali pertamanya Raz membunuh dan melihat langsung darah seperti ini. Seketika itu pula Raz muntah ditempat, kepalanya terasa pusing dan tubuhnya lemas.
Tapi rasa takutnya mengalahkan rasa mual. Segera dia memaksakan diri untuk bangkit berdiri dan memasang kuda-kuda, kembali memegang pedangnya dengan kedua tangan khawatir akan diserang oleh Lizardman yang lainnya.
Dengan mata sedikit sayu dia melihat seorang prajurit yang sedang bertarung. Prajurit itu tidak seperti ksatria lainnya yang memakai zirah silver. Dia memakai zirah berwarna merah seperti zirah samurai jepang dan memakai tombak.
Lawan prajurit ini sepertinya salah satu Kapten dari para Lizardman, terlihat dari postur tubuh yang cukup besar dan sedikit hiasan di kepalanya. Pertarungan mereka cukup epik jika dibilang. Malah prajurit ini kewalahan menghadapinya.
Melihatnya semakin terdesak, Raz memberanikan diri membantunya. Raz berlari ke arah Lizardman dan melompat mengarahkan pedangnya ke kepala Lizardman. Tapi ternyata Lizardman itu sadar dan menghindarinya. Raz segera mundur dan merapat ke prajurit itu.
“Hey terima kasih kawan!” ucap prajurit itu merasa lega.
“Ayo kita bereskan Lizardman itu bersama!” Balas Raz.
Sebenarnya Raz pun tidak terlalu yakin bisa menang melawan Lizardman ini, hanya saja dia tidak punya banyak pilihan lagi. Bertarung atau mati.
“Aku kesulitan melawannya dengan tombak ini, Lizardman itu menggunakan pedang besar tapi pendek. Dia selalu membuatku berada dalam situasi pertarungan jarak dekat, Jelas itu kelemahanku sebagai pemakai tombak.” Ucap prajurit memberi informasi pada Raz.
“Baiklah, serahkan pertahanan pada ku. Kau fokus menyerang saat dia lengah.” Ucap Raz pada Prajurit.
Strateginya adalah menahan Lizardman tersebut agar tetap berada di jangkauan tombak prajurit itu, sehingga mereka bisa mencari celah untuk membunuhnya.
Kemudian Prajurit itu berlari lalu menusukkan tombak ke arah Lizardman. Jelas Lizardman itu bisa menahan tombaknya, tapi ketika Lizardman itu akan membalas serangan prajurit, segera Raz masuk ke area serangannya dan menebaskan pedangnya pada Lizardman.
Mereka bekerja sama dengan sangat baik, bahkan mereka seperti sudah lama bertarung bersama sebelumnya, pergerakan mereka sangat sinkron.
Mungkin sepuluh sampai lima belas menit mereka bertarung imbang melawan Lizardman tersebut. mereka menemukan harapan menang melawannya karena mereka memberikan banyak luka serius pada lizardman itu.
Namun pada akhirnya Raz sadar, mereka tidak bisa seterusnya seperti ini. Raz yang masih pemula benar-benar kehabisan tenaga dengan cepat. Pertarungan panjang seperti ini justru tidak menguntungkan bagi mereka. Jika dipikirkan kembali mungkin Raz hanya bisa menahan serangan Lizardman itu dua sampai tiga lagi.
Prajurit itu pun sepertinya sadar akan kondisi Raz, melihat ritme menyerang yang mulai berantakan. Dan bukan mereka saja yang sadar, Lizardman itu pun sadar dan segera mengambil tindakan dari kelemahan kerja sama mereka.
Lizardman itu mengeluarkan tebasan yang sangat kuat dalam posisi yang kurang menguntungkan, lebih seperti memaksakan menyerang agar mendapat serangan kejutan. Dan benar saja, Raz yang tidak siap menahan serangan tersebut menerimanya dengan kurang baik.
Raz terpental ke belakang dan terjatuh di tanah. Perutnya terluka, walaupun sepertinya hanya tebasan tipis tapi Raz sudah tidak bisa bertarung lagi.
Raz yang menahan sakit dan terengah-engah berusaha untuk bangkit, dia tersujud menahan sakit dari lukanya. Kemudian dia melihat ke arah prajurit itu, Prajurit itu kesulitan bertarung sendiri.
“Argh sakit sekali perutku, apa aku akan mati? Mati di tanah asing tidak tahu dimana.” Batinnya meratapi situasi.
Saat Raz berpikir ini semua sudah tidak ada harapan, dia melihat gadis cantik berambut pirang dengan zirah emas, melayang dengan bayangan sayap emas di belakangnya. Dia mengangkat pedangnya dan mengeluarkan cahaya terang yang menyinari seisi pulau.
“<Shining Light>!” Teriak gadis itu.
Raz terpukau akan sosok gadis ini, dia melihat gadis ini seperti seorang dewi perang yang turun dari langit menolong mereka.
Cahaya itu menyinari mereka semua yang ada di sana. Dan anehnya cahaya itu membuat rasa sakit dan lelah hilang. Seperti sebuah sihir penyembuh atau sihir penguat.
Raz yang tadinya sudah tidak bisa bertarung, sekarang menjadi merasa bersemangat dan penuh energi. Dia berlari membantu prajurit itu kembali.
“Senang akhirnya kau Kembali Kawan!” Teriak Prajurit itu kegirangan melihat Raz.
Mereka akhirnya berhasil mendesak Lizardman. Raz menebaskan pedangnya dari bawah ke atas dan berhasil menggoyahkan posisi lizardman, prajurit itu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia berhasil mendaratkan ujung tombaknya pada leher Lizardman.
Lizardman itu pun terjatuh dengan tombak menusuk lehernya. Darahnya yang keluar menandakan kemenangan atas pertarungan mereka.
Raz dan Prajurit itu berteriak kegirangan, semua rasa lelah dan sakit mereka terasa terbayar lunas atas pencapaian mengalahkan Lizardman itu. Terlihat ksatria lain pun sepertinya sudah mendekati akhir pertarungan mereka. Pertarungan melawan para Lizardman dimenangkan oleh para prajurit zirah silver.
Raz duduk kelelahan sambil tertawa bersama prajurit itu, kemudian mereka pun terlibat dalam obrolan
“Hey, terima kasih sudah membantuku kawan. Aku Jujube, siapa namamu?” Tanyanya
“Aku Razzara. Senang bisa bertarung di sisimu---” jawabnya sambil tersenyum, “---Ini benar-benar pengalaman yang bagus”
“Hahaha pengalaman bagus? Memang dari mana kau? Kau tampak seperti bukan dari pasukan kami.”
“Ya, justru itu yang ingin aku tanyakan, sebenarnya dimana ini?” Balas Raz
“’Dimana?’ Apa maksudmu dengan ‘dimana’?” Tanya Jujube keheranan.
Belum sempat Raz menjawab pertanyaan Jujube, seseorang menepuk pundak Raz dari belakang..
“Oh kau selamat ternyata anak muda! Anak muda ini benar-benar penuh keberuntungan, ho ho ho”
Ternyata itu Kakek ksatria dengan perisai yang menyelamatkan Raz sebelumnya.
“Oh Kakek aku sangat berterima kasih pada Kakek, karena kakek nyawaku terselamatkan.” Jawab Raz sambil berdiri.
“Ya, itu bukan apa-apa, ini medan perang, kita harus saling membantu. Tapi apa kau terluka saat perang tadi?”
“Tidak banyak, hanya luka gores di perut saja.”
“jangan menyepelekan luka, tetap harus kau perhatikan dan obati.” nasihat Kakek tersebut.
Kemudian gadis cantik berambut pirang seperti dewi perang yang Raz lihat sebelumnya datang menghampiri mereka. Ketika Raz lihat dari dekat dia benar-benar memiliki wajah yang cantik, kulit putih mulus dengan mata yang tajam. Sungguh pria manapun akan tunduk pada kecantikannya.
“Oh ternyata ada Kapten, aku lupa memperkenalkan diri, Namaku Gaeus Reel. Dan Ini Kapten pasukan kami, Eleanor Zelleneberg, atau kami menyebutnya Kapten Elena” Ucap Kakek itu terkejut melihat kedatangan gadis pirang yang ternyata Kapten pasukannya.
“Perkenalkan aku Razzara”
“Dari pasukan mana kau?!” tanya Elena dengan tatapan penuh curiga
“Aku tidak mengerti, aku bukan dari pasukan manapun” jawab Raz
“Lalu jawab pertanyaanku, Apa kau mata-mata atau penduduk asli pulau ini?”
“Aku benar-benar tidak mengerti pertanyaanmu. Aku bukan dari manapun, dan aku tidak tahu ini dimana atau bahkan kalian ini siapa. Dan kadal itu pun aku tidak tahu apa!” Ucap Raz yang berusaha meyakinkan Elena.
Elena yang menatap Raz dengan penuh curiga dan kebingungan, memalingkan wajahnya melihat kearah Gaeus, seperti bertanya tentang kondisi saat ini, dan Gaeus pun hanya mengangkat alis dan tangannya ke atas memberi tanda tidak mengerti sedikitpun.
“Ok, ok . Bagaimana kalau kita obati luka kita dulu sambil melanjutkan obrolannya. Kapten bagaimana kalau kita tanya dan jelaskan dulu apa yang dia ketahui.” Ucap Kakek Gaeus berusaha menengahi Raz dan Elena
“Baiklah, coba jelaskan tentang siapa dirimu!” Balas Elena sambil menatap Ras dengan tajam.
Ya memang masuk akal, Raz yang tidak tahu darimana asal usulnya tiba-tiba muncul di dalam pasukan, ikut bertarung dengan pakaian kaos tanpa armor ataupun senjata satupun, tentunya akan sangat mencurigakan bagi semua orang. Raz pun mengerti hal ini, dan dia juga tahu dia akan dicurigai oleh Elena.
Kemudian Raz mulai menjelaskan dirinya, tidak ada gunanya dia membual atau mengada-ada, dia menjelaskan sejujur mungkin latar belakangnya. Dia seorang murid SMA yang terjebak oleh invasi monster dari sebuah Portal Break, dan dia tiba-tiba berpindah entah kemana.
Namun yang Elena, Gaeus dan Jujube dengar benar-benar membuat mereka semakin kebingungan dan tidak tahu apapun tentang semua yang dijelaskan oleh Raz.
Raz pun kebingungan untuk melanjutkan penjelasan kejadiannya pada mereka, Akhirnya Raz pun berpikir untuk bertanya balik.
“Baiklah sepertinya tidak satupun dari kalian mengerti yang aku katakan, bagaimana kalau sekarang kalian katakan apa yang terjadi di sini dan dimana ini?”
Mereka pun saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung dan heran. Mereka tidak tahu harus menjelaskan dari mana, tapi kemudian Elena dengan wajah serius nya mulai menjelaskannya pada Raz.
Dan penjelasan dari Elena benar-benar diluar ekspektasi Raz selama ini.
Dunia yang sekarang ditempati bukan dunia yang Raz tahu. Ini bukan Bumi, tapi Dunia baru bernama Anima. Dunia yang dimana banyak makhluk hidup dari berbagai ras tinggal.Pada umumnya terdapat Ras Manusia dengan populasi terbanyak, kemudian ada Ras demi-human seperti Elf, Dwarf, Beastman, Orc, dan lainnya. Juga ada ras keturunan superior seperti ras keturunan Naga dan ras keturunan Demon.Lizardman yang mereka lawan termasuk ke ras Half-Beastman, yaitu ras monster yang belum berevolusi menjadi humanoid beast sempurna. Mereka berbeda dengan ras Beastman yang dari lahir sudah memiliki tubuh seperti manusia, kesadaran pikiran dan kendali atas insting binatang mereka.Ada banyak spesies dan cabang ras dari setiap ras utama. Seperti Elf terbagi menjadi beberapa ras lagi contohnya ras Wood Elf, Dark Elf, High Elf, dan lainnya. Begitu pula dengan ras lainnya.Saat ini Raz dan lainnya sedang berada di sebuah Dungeon, yaitu suatu tempat / alam liar yang belum dikuasai oleh ras manapun. Dungeon
Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”“Senang bisa bertemu Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.Merek
Setengah hari sudah berlalu. Rencana yang mereka susun sudah disiapkan. Mereka berkumpul untuk memastikan keadaan masing-masing.Raz dan kelompoknya bersiap menuju titik penyerangan.“Raz! Berhati-hatilah, Jaga dirimu,” ucap Vera menyemangati Raz.“Ya! Jaga dirimu juga.” Senyum Raz membalas VeraVera adalah satu-satunya teman perempuan Raz dikelompoknya, Dia perempuan yang cantik, pintar, perhatian dan selalu peduli pada teman-temannya.Vera pun mengangguk dan pergi menuju posnya.Tim Oboro mengambil napas dalam-dalam dan mulai bergerak menghampiri para troll di gerbang masuk.Oboro berdiri dengan tegap dan gagahnya di depan para troll. Dia berteriak dan memukul-mukul perisainya menggunakan skill . Skill ini bukan sihir tapi termasuk ke dalam kemampuan Qi. Para troll tersebut mulai terprovokasi karena skill Oboro. Mereka marah dan berlari ke arah Oboro. Tim pemancing lainnya melakukan skill juga, ada yang melempari Troll dengan batu.Oboro menginstruksikan untuk mundur.“Mundur! be
Goblin Shaman merapalkan kembali sihir apinya. Itu adalah sihir tingkat 2 ,Elena menahanya menggunakan sihir cahayanya. “.” Elena merapalkan sihir.Pedangnya mengeluarkan cahaya bulat berfungsi seperti perisai. Api yang dikobarkan berhasil ditahan, tapi troll tidak tinggal diam, dia berlari menerobos api dan mengayunkan batang kayu yang digenggamnya ke arah Elena.Elena terpental akibat serangan itu. Raz ternyata tidak pergi dengan Gaeus. Sebelumnya dia kembali untuk menolong Elena.Diantara pertarungan sihir dan perbedaan kekuatan ras yang besar ini, Raz tahu dia tidak akan terlalu membantu.Tapi dia tidak bisa meninggalkan Elena bertarung sendirian, walaupun itu adalah perintah Elena.Raz terlihat sudah berlari di atas altar. Dia melompat setinggi mungkin dari atas altar dan mengarahkan pedangnya ke arah belakang kepala troll yang sedang berjalan menghampiri Elena.Sleeeb…!!Pedangnya berhasil menusuk tengkorak Troll menembus melewati mulutnya. Tubuh troll ter
Hari semakin gelap, Mereka semua memutuskan untuk berkemah di lokasi tersebut. Raz dan teman-temannya berkumpul di api unggun bersama Elena, Gaeus, Oboro, Roth, dan wakil kapten Tasa dari pasukan Roth.Mereka bercerita mengenai pengalaman pasukan masing-masing selama eksplorasi dungeon. Pasukan Roth pun sama-sama memikul banyak korban jiwa selama ekspedisi.“Jadi apa rencana kedepannya Elena? kurang lebih ekspedisi ini berakhir dalam tiga sampai lima hari lagi,” tanya Roth“Sebelumnya kami bertemu dengan pasukan utama Lord Rex. Bagaimana kalau kita berkumpul dengan pasukan utama sampai ekspedisi ini berakhir?”“Hmmmm… bukan ide yang buruk. Kemana mereka tuju?”“Mereka mengatakan tentang penyerbuan sarang burung Roc di belakang gunung ini,”“Sarang burung Roc? Burung ganas dan berbahaya. Tapi dengan adanya Lord Rex mungkin kita bisa aman di sisa eksplorasi ini. Baiklah ada baiknya kalau kita menggabungkan kekuatan dahulu untuk pertahanan ekstra, semakin dalam dungeon, maka semakin berb
Raz membuka matanya. Dia sendirian berada disebuah tempat kosong berwarna putih. “Dimana ini? Apa ini akhirat?” Tak lama setelah Raz terbangun, munculah dari langit naga ular bersayap yang menyerang pasukan di dungeon Floating Castle.Dia melayang-layang mengepakkan sayapnya di depan Raz.“Lama tak bertemu Raz…,” ucap naga tersebut berbicara melalui pikiran Raz“Aku mendengar ada yang berbicara di pikiranku, apa ini telepati?”“................”Naga tersebut terdiam tidak menjawab, seperti sedang berpikir panjang.“Ada yang aneh dengan kau… kau Raz namun tidak seperti Raz,”“Apa maksudmu?”“...............”Naga tersebut terdiam kembali tak menjawab.“Aku mengerti… sepertinya ini belum waktunya. Sangat disayangkan pertemuan pertama kita setelah sekian lama,”“Aku tidak mengerti, ada apa ini?”“Sebelum kau pergi akan aku berikan kekuatan kepadamu, kembalilah jika kau sudah cukup kuat… Aku akan menunggu disini...”Ruangan putih dan naga tersebut seketika hilang. Raz terbangun di sebu
Kereta kuda membelah angin di padang rumput yang hijau, cuaca yang cerah membuat pemandangan di sekitar begitu indah. Kepala Aksa yang keluar jendela melihat dengan kagum hamparan rumput di sepanjang jalan, seperti anak kecil yang baru pertama naik mobil.“Wow Raz lihat ini! Sungguh indah alam di dunia ini! Ini hal yang belum pernah kita lihat di Bumi!”“Sudahlah! Kau bikin malu!” ucap Raz sambil memegangi keningnya,“Elena kita akan kemana kali ini?” tanya Alvin,“Kita akan pergi ke kota Ligria, Kota selatan dari Ibukota. Aku akan perkenalkan kalian dengan penyihir agung Aranmor,”“Siapa dia?” tanya Vera,“Dia adalah salah satu Profesor di Akademi sihirku. Mungkin Dia bisa membantu masalah kalian tentang teleportasi,”“Penyihir agung kau bilang? Apa dia orang yang kuat?” Aksa yang tiba-tiba memasukkan kepalanya dan menghadap Elena,“Tentu saja dia kuat, dia salah satu dari 12 Zodiac Knight,”“Apa itu Zodiac Knight?” tanya Raz,“Di Avalon empire selain Emperor sendiri, ada 12 orang te
Suara pedang terdengar riuh saling berbenturan di tepi tebing barat daya hutan Ulsa. Lima orang yang bertarung saling menebaskan bilah pedangnya, berjuang melawan maut dengan gusarnya.Salah satunya tampak seorang pria muda bernama Razzara, yang terlihat bekerja keras menahan hujaman-hujaman pedang dan membalas sesekali dengan tegas ke lawan-lawannya.Tersirat jelas raut wajahnya dipenuhi oleh amarah, dengan sorot mata yang penuh dendam, ingin segera menghabisi lawannya. Pikirannya kosong, penglihatannya mengunci setiap pergerakan musuh-musuhnya.“Kau tidak akan bisa lolos setelah membunuh saudaraku Raz!” Teriak salah seorang wanita pada Razzara.“Hey ayo cepatlah mati! Bantu kami menghemat waktu, kita ini teman dekat bukan? Hahaha!” Olok salah satu pria kurus lainnya, menambahkan kalimat dari teman wanitanya.Mereka seperti berlomba-lomba ingin mengambil kepala Razzara.Namun Razzara tidak membalas satupun ocehan lawannya. Dia hanya menebaskan pedangnya dan sesekali mengeluarkan sihi