Suara pedang terdengar riuh saling berbenturan di tepi tebing barat daya hutan Ulsa. Lima orang yang bertarung saling menebaskan bilah pedangnya, berjuang melawan maut dengan gusarnya.
Salah satunya tampak seorang pria muda bernama Razzara, yang terlihat bekerja keras menahan hujaman-hujaman pedang dan membalas sesekali dengan tegas ke lawan-lawannya.
Tersirat jelas raut wajahnya dipenuhi oleh amarah, dengan sorot mata yang penuh dendam, ingin segera menghabisi lawannya. Pikirannya kosong, penglihatannya mengunci setiap pergerakan musuh-musuhnya.
“Kau tidak akan bisa lolos setelah membunuh saudaraku Raz!” Teriak salah seorang wanita pada Razzara.
“Hey ayo cepatlah mati! Bantu kami menghemat waktu, kita ini teman dekat bukan? Hahaha!” Olok salah satu pria kurus lainnya, menambahkan kalimat dari teman wanitanya.
Mereka seperti berlomba-lomba ingin mengambil kepala Razzara.
Namun Razzara tidak membalas satupun ocehan lawannya. Dia hanya menebaskan pedangnya dan sesekali mengeluarkan sihirnya. Pertahanannya cukup kuat, hingga bisa memberikan perlawanan kepada mereka seorang diri.
"<Diswordia>!!" Razzara merapalkan sihir dari pedang hitamnya.
Seketika muncul pedang dari ruang kosong berjumlah tujuh buah, dan melesat ke arah musuhnya. Dari beberapa bilah pedang hanya dua sampai tiga pedang saja yang memberikan luka fatal.
“Ugh, kau ini memang tangguh! Ini sangat mengganggu, kau harusnya mati sejak dulu, <Reaper Schyte>!" Balas pria lainnya yang terluka oleh sihir <Diswordia>
"Aku memang tidak menyukaimu sejak pertama kali kau bergabung! Cepatlah mati!! <Inferno>!” Keluh pria kurus sebelumnya, sambil mengayunkan pedang sihirnya dengan menyedihkan.
Razzara dapat menghindari serangan mereka dengan lincah. Semua serangan tidak ada satupun yang berhasil didaratkan di tubuhnya. sesekali Razzara menghentikan lawannya dengan mengadukan pedang mereka.
Sudah sekian waktu berlalu, tidak terhitung berapa banyak Razzara menggerakkan bilah pedangnya, namun pertarungan tidak kunjung menemui akhir. Pertarungan yang cukup sengit antara Razzara dengan keempat musuhnya.
Pertarungan yang cukup imbang hingga akhirnya mereka tanpa sadar sudah bergerak ke tepi tebing. Masing-masing dari mereka tahu ini adalah pertarungan hidup atau mati, tidak ada jalan mundur lagi bagi mereka dari pertikaian ini.
Mereka terhenti sejenak untuk mengatur nafas.
“Hah … hah …. hah … Serius dia sangat kuat. Aku tidak tahu dia sekuat ini.” Ucap salah satu musuh pada temannya dengan terengah-engah mengatur nafasnya.
“Aku tahu dia salah satu supernova, tapi ini memang diluar perkiraan”
“Hey! Serius, kau menyerah saja Raz! Biarkan kami membunuhmu sesuai perintah kapten!”
“Ya, biarkan kami membunuhmu, kemudian selanjutnya giliran kekasihmu!”
Razzara tidak sedikitpun terprovokasi, pikirannya sudah dipenuhi amarah dan balas dendam. Semua perkataan musuh tidak akan sampai pada emosinya.
Namun Razzara harus mengatur stamina dan mananya terlebih dahulu sebelum menyerang kembali. Dia tahu daya tahannya melemah seiring waktu. Apalagi dia terjebak di ujung tebing yang membuat pergerakannya semakin terbatas.
Saat momen buntu ini munculah seorang Beastman dari dalam hutan yang berjalan menyusul mereka dengan santainya. Tubuhnya besar dengan perawakan manusia singa. Dengan wajah tersenyum, tangan kirinya menyeret seorang gadis Elf berambut pirang.
Ejekan dan provokasi memang tidak membuat Razzara marah, tapi melihat Elf yang dicintainya diperlakukan tidak manusiawi itulah yang menyulut emosinya.
Semakin murka lah Razzara melihat perlakuan beastman pada gadis Elf tersebut. Pikirannya semakin gila tersulut amarah hingga membutakan akalnya.
“Bajingan Kau!!!” Amuk Razzara dengan kerasnya.
Secara refleks dia berlari menuju Beastman itu. Dia menyerang secara frontal didepannya, pergerakannya sangat tidak karuan, tidak teratur, dan cenderung ceroboh.
Menyerang secara membabi buta di hadapan Beastman. Kiri, kanan, kiri, kanan dia mengayunkan pedangnya dengan pola yang sama secara cepat dan kasar. Tentunya beastman tersebut dengan mudah membaca setiap serangannya.
Bahkan dari segi kekuatan ras, Beastman sangat diunggulkan dalam pertarungan fisik juga jarak dekat. Hanya dengan satu tangan saja beastman tersebut dapat mengimbangi semua serangan dari Razzara.
“Kau Bodoh! Kau kehilangan ketenanganmu Raz!” Ejek Beastman.
Tapi segala ucapannya sudah tidak bisa dia dengar, dia hanya bisa mengayunkan pedangnya dengan penuh amarah.
Tidak ada keunggulan yang dapat dipertahankan oleh Razzara di duel ini. Stamina dan mananya sudah hampir habis melawan empat orang sebelumnya, kini dia harus menghabiskan sisa kekuatannya menyerang Beastman tersebut.
Beastman tersebut mendengus kecewa akan pertarungannya dengan Razzara.
“Cukup!” Beastman tersebut menepis Razzara hingga terdorong ke belakang.
Kemudian dia mengeluarkan sihir penguatan tubuh untuk menambah kekuatan dan pertahanan fisiknya. Dia melaju menyusul Razzara sambil mengangkat tinggi-tinggi kapaknya.
“Mati kau Raz!” Teriak Beastman sambil mengayunkan kapaknya ke Razzara.
Dengan cepat Razzara menahan serangan kapak nya dengan pedangnya. Kekuatan yang luar biasa dikeluarkan oleh Beastman itu hingga pijakan kaki Razzara terjerumus kedalam.
“Hoo… Ternyata kau cukup kuat juga!” Puji Beastman diikuti seringai di wajahnya
Tidak ada satupun dari mereka yang mengalah dalam adu kekuatan ini. Beastman tersebut terus menambah kekuatan untuk menekan pria tersebut.
Hingga satu momen yang tidak disadari oleh Razzara, keempat orang yang dia lawan sebelumnya sudah melakukan pergerakan menghampiri Razzara dan berhasil menusukkan pedang-pedangnya ke tubuhnya di saat pertarungannya dengan beastman.
Razzara terkejut akan ketidak sadarannya akan hal kecil tersebut. Amarah sudah menutup semua indera dan pikirannya. Yang dia rasakan sekarang hanyalah dinginnya pedang menembus tubuhnya.
Kesadarannya sedikit demi sedikit mulai kembali, diiringi setiap milimeter bilah pedang melewati tubuhnya. Kesalahan fatal yang membuat langkah balas dendamnya terhenti. Dia terjatuh ke tanah dengan menumpu kedua lututnya.
Bilah besi masih menempel di punggung dan perutnya. mulutnya mulai mengeluarkan darah, pikirannya kosong saat itu, tubuhnya lemas bersimbah darah, tatapannya kosong penuh penyesalan menghadap ke depan, tak banyak lagi yang bisa dia perbuat saat ini.
Beastman itu menarik kapaknya, mengangkat tubuh gadis Elf di tangan kirinya ke hadapan Razzara, hingga kedua mata mereka saling bertemu.
“Tataplah matanya untuk terakhir kalinya! Sayang sekali kekasihmu harus menanggung nyawa karena dirimu yang lemah!” Olok Beastman pada Razzara.
Mereka semua tertawa mengejek Razzara yang sekarat. Melihat dengan tatapan puas akan hasil kerja mereka.
“Ya akhirnya kau mati juga! Harusnya kau menyerah saja dan menyerahkan nyawamu kepada kami dari tadi!” Teriak pria kurus dengan puas.
“Cukup! Sekarang saatnya acara utama! Aku selalu menginginkan pedangmu ini! sekarang ini akan menjadi milikku” Ucap Beastman.
Dia mengambil pedang di tangan Razzara untuk dia pergunakan. Lengannya mengambil ancang-ancang dengan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, berniat untuk menghujamkannya pada Elf itu.
"Maaf… Aku Mencintaimu Raz ..." Lirih gadis Elf itu dengan wajah senyum penuh sesal.
Air matanya tak sempat terjatuh. Bilah tajam pedang hitam sudah mendarat lebih dahulu di tubuh gadis Elf dan melukainya hingga menemui ajalnya. Tubuhnya yang tidak bernyawa di lempar jauh-jauh oleh Beastman ke arah lain.
Razzara terpaksa harus menyaksikan hal yang mengerikan tersebut. Tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Hanya rasa marah, dendam dan sedih dirasakannya saat ini. Pikirannya terus mengutuk Beastman dan para anak buahnya.
Beastman tersebut mulai mengayunkan kembali pedangnya, mengambil ancang-ancang untuk menusukkannya tepat di perut Razzara.
Sleeeb!
Beastman menusuk dalam-dalam pedangnya menembus punggung dan kemudian dia membisikan sesuatu padanya.
“Andai kau tidak berusaha mencari 'kebenaran' Raz, mungkin kau akan berumur panjang”
Dia menarik pedangnya dan melangkah mundur.
“Ayo kita mundur! Wakil kapten sudah mendapatkan Orb-nya!” Perintah Beastman pada empat orang lainnya.
Mereka perlahan meninggalkan Razzara menghadapi kematiannya. Sebuah ironi pada pria sekarat yang berada di antara hidup dan mati, dia hanya bisa melihat kepergian para pembunuh kekasihnya.
Matanya yang mulai sayu diambang kematian, hatinya yang hancur bercampur sedih, marah, takut, dan dendam. Kekosongan di matanya menerawang jauh ke dalam pikirannya, seolah mewakili ratapan akan takdirnya.
"Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa yang salah dari rencana ku?" Tanyanya dalam hati.
Hingga terlintas satu fragmen memori di ingatannya. Dia mengingat saat kilas balik kehidupannya di masa lalu, yang membawanya ke awal mula dimulainya perjalanan dia dan teman-temannya di dunia sihir ini.
Semua perjalanan ini berawal dari seorang pemuda berumur 18 tahun yang tidak memiliki hasrat dalam hidupnya.Pagi ini dia harus terbangun lagi dari mimpi buruk yang sering dia alami berulang kali. Mimpi tentang seorang wanita yang belum pernah dia temui sebelumnya, namun wajahnya terasa sangat familiar dan kehadirannya terasa hangat."Teruslah hidup..." Ucap wanita tersebut di mimpinyaDia tidak paham satupun makna dari apa yang diucapkan wanita itu. Namun semua potongan kejadian di mimpi itu selalu berulang sama persis.Kepalanya sakit setiap kali dia selesai bermimpi buruk. Dia duduk di tepi kasur dengan memegangi kepalanya. Setelah dirasa rasa sakitnya memudar, dia bangkit menuju toilet di kamarnya. Membasuh wajahnya di wastafel, memandangi cermin di depannya, memikirkan harus kembali menjalani kehidupan yang tidak dia sukai.Selesainya dia membasuh diri, dia pergi menuju ruang makan untuk membuat sarapan. Hanya ada dirinya saja yang berada di rumah. Kedua orang tuanya cukup sibuk
Portal terbuka sebanyak lebih dari 3 buah dalam 1 tempat, itu seperti hal yang mustahil, karena menurut pengalaman, satu negara biasanya hanya terbuka 1 portal dan ini sudah sangat lama sampai portal kembali terbuka. Mereka benar-benar terperanjat dan terpaku melihatnya. Ini kali pertamanya mereka melihat portal terbuka didepan mata. Sepanjang jalan terlihat betapa paniknya orang berlarian untuk menyelamatkan diri. Monster mulai berhamburan keluar, Ular besar berwarna hitam terlihat memangsa manusia, di portal lainnya terlihat ada raksasa dengan tanduk domba membawa palu gada yang baru saja keluar dengan wajah geram. “Bagaimana ini! Habis sudah kita!” Panik Daniel pada teman-temannya. “Tenang…..! Kita pergi ke rumah Alvin yang paling dekat! Kita pikirkan lagi nanti setelah disana!” Teriak Razzara pada teman-temannya Tidak sanggup berkata-kata dan berpikir lagi hanya itu yang bisa diucapkan dan dipikirkan Raz. Mereka menyetujui ide Raz dan mulai berlari menyusuri jalan raya menuju
“Hhgh! Sakit sekali kepalaku.... Dimana ini—” Tanya Raz dalam hatinya sambil memegangi kepala.“—Aku tidak ingat apa yang terjadi, sakit sekali kepalaku”Raz kemudian berusaha untuk duduk dari posisi tidur, mencoba bersandar pada dinding. Beberapa menit dia terdiam menenangkan rasa sakit dikepala yang sedikit demi sedikit mulai menghilang.“Dimana ini? Aku tidak ingat kenapa aku ada disini”Dia melihat ke sekeliling, berusaha menerka lokasi dia berada. Ternyata dia berada disebuah ruangan, cukup gelap dengan dinding lembab yang sudah dipenuhi oleh akar dan tanaman alga.Tempat yang benar-benar asing baginya. Dia mulai merasakan dinding dan lantai disekitar dia duduk, terasa basah dan seperti batuan dari sebuah situs kuno yang terlihat di ensiklopedia sejarah.Sedikit demi sedikit ingatan dari kejadian sebelumnya mulai kembali memenuhi pikiran Raz. Rasa takut mulai menyebar di hati, seiring kembali ingatannya. Seketika perasaan Raz menjadi gundah dan panik.“ASTAGA!” Teriak RazDenga
Raz jatuh terduduk lemas. Matanya terbelalak melihat peristiwa itu. Menyaksikan bagaimana dengan mudahnya nyawa manusia hilang begitu saja.Setelah tubuh pria itu terjatuh terlihatlah dengan jelas seekor Lizardman dibelakangnya. Ukurannya lebih besar dari yang lainnya, berteriak dengan mengangkat tombak kapak yang dipakainya untuk memenggal kepala pria itu.Kemudian Lizardman itu menatap Raz dengan tajam. Raz yang tidak bisa bergerak karena kaget dan takut hanya bisa melihat Lizardman itu menghampirinya.“Mati aku sekarang” pikirnyaTombak kapak diangkat lizardman dengan sangat tinggi, siap menghujam kepala Raz sekarang juga. Tapi kemudian ada seorang Kakek ksatria dengan zirah silver menabrak Lizardman tersebut dengan perisai miliknya.Lizardman tersebut terpental cukup jauh. Kakek itu berhenti dan menoleh ke arah Raz.“Berdirilah! Ambil senjata dan bertarunglah!” Teriak Kakek ituKakek itu kemudian berlari melawan kembali lizardman tadi. Tanpa pikir panjang Raz mencari sebuah senjat
Dunia yang sekarang ditempati bukan dunia yang Raz tahu. Ini bukan Bumi, tapi Dunia baru bernama Anima. Dunia yang dimana banyak makhluk hidup dari berbagai ras tinggal.Pada umumnya terdapat Ras Manusia dengan populasi terbanyak, kemudian ada Ras demi-human seperti Elf, Dwarf, Beastman, Orc, dan lainnya. Juga ada ras keturunan superior seperti ras keturunan Naga dan ras keturunan Demon.Lizardman yang mereka lawan termasuk ke ras Half-Beastman, yaitu ras monster yang belum berevolusi menjadi humanoid beast sempurna. Mereka berbeda dengan ras Beastman yang dari lahir sudah memiliki tubuh seperti manusia, kesadaran pikiran dan kendali atas insting binatang mereka.Ada banyak spesies dan cabang ras dari setiap ras utama. Seperti Elf terbagi menjadi beberapa ras lagi contohnya ras Wood Elf, Dark Elf, High Elf, dan lainnya. Begitu pula dengan ras lainnya.Saat ini Raz dan lainnya sedang berada di sebuah Dungeon, yaitu suatu tempat / alam liar yang belum dikuasai oleh ras manapun. Dungeon
Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”“Senang bisa bertemu Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.Merek
Setengah hari sudah berlalu. Rencana yang mereka susun sudah disiapkan. Mereka berkumpul untuk memastikan keadaan masing-masing.Raz dan kelompoknya bersiap menuju titik penyerangan.“Raz! Berhati-hatilah, Jaga dirimu,” ucap Vera menyemangati Raz.“Ya! Jaga dirimu juga.” Senyum Raz membalas VeraVera adalah satu-satunya teman perempuan Raz dikelompoknya, Dia perempuan yang cantik, pintar, perhatian dan selalu peduli pada teman-temannya.Vera pun mengangguk dan pergi menuju posnya.Tim Oboro mengambil napas dalam-dalam dan mulai bergerak menghampiri para troll di gerbang masuk.Oboro berdiri dengan tegap dan gagahnya di depan para troll. Dia berteriak dan memukul-mukul perisainya menggunakan skill . Skill ini bukan sihir tapi termasuk ke dalam kemampuan Qi. Para troll tersebut mulai terprovokasi karena skill Oboro. Mereka marah dan berlari ke arah Oboro. Tim pemancing lainnya melakukan skill juga, ada yang melempari Troll dengan batu.Oboro menginstruksikan untuk mundur.“Mundur! be
Goblin Shaman merapalkan kembali sihir apinya. Itu adalah sihir tingkat 2 ,Elena menahanya menggunakan sihir cahayanya. “.” Elena merapalkan sihir.Pedangnya mengeluarkan cahaya bulat berfungsi seperti perisai. Api yang dikobarkan berhasil ditahan, tapi troll tidak tinggal diam, dia berlari menerobos api dan mengayunkan batang kayu yang digenggamnya ke arah Elena.Elena terpental akibat serangan itu. Raz ternyata tidak pergi dengan Gaeus. Sebelumnya dia kembali untuk menolong Elena.Diantara pertarungan sihir dan perbedaan kekuatan ras yang besar ini, Raz tahu dia tidak akan terlalu membantu.Tapi dia tidak bisa meninggalkan Elena bertarung sendirian, walaupun itu adalah perintah Elena.Raz terlihat sudah berlari di atas altar. Dia melompat setinggi mungkin dari atas altar dan mengarahkan pedangnya ke arah belakang kepala troll yang sedang berjalan menghampiri Elena.Sleeeb…!!Pedangnya berhasil menusuk tengkorak Troll menembus melewati mulutnya. Tubuh troll ter