Portal terbuka sebanyak lebih dari 3 buah dalam 1 tempat, itu seperti hal yang mustahil, karena menurut pengalaman, satu negara biasanya hanya terbuka 1 portal dan ini sudah sangat lama sampai portal kembali terbuka.
Mereka benar-benar terperanjat dan terpaku melihatnya. Ini kali pertamanya mereka melihat portal terbuka didepan mata. Sepanjang jalan terlihat betapa paniknya orang berlarian untuk menyelamatkan diri.
Monster mulai berhamburan keluar, Ular besar berwarna hitam terlihat memangsa manusia, di portal lainnya terlihat ada raksasa dengan tanduk domba membawa palu gada yang baru saja keluar dengan wajah geram.
“Bagaimana ini! Habis sudah kita!” Panik Daniel pada teman-temannya.
“Tenang…..! Kita pergi ke rumah Alvin yang paling dekat! Kita pikirkan lagi nanti setelah disana!” Teriak Razzara pada teman-temannya
Tidak sanggup berkata-kata dan berpikir lagi hanya itu yang bisa diucapkan dan dipikirkan Raz. Mereka menyetujui ide Raz dan mulai berlari menyusuri jalan raya menuju jalan kecil, berusaha untuk kabur dari area-area serangan monster.
Dan tidak jauh dari arah yang mereka tuju, munculah portal yang baru secara tiba-tiba. Terlihat seperti mayat hidup berhamburan keluar.
Mayat hidup ini berjalan lambat, tapi monster ini benar-benar menakutkan. Wajah berlubang, kulit berwarna putih pucat, beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki organ tubuh yang lengkap, darah segar yang berhamburan di tanah, seperti melihat siksa kubur secara nyata didepan mata.
Daniel yang saat itu berlari paling kencang karena ketakutan, tidak sempat menghindar saat portal tersebut muncul. Daniel terjatuh karena berusaha menghindari portal di depannya.
Di depannya Daniel menyaksikan puluhan mayat hidup yang mendekat dan siap menerkamnya. Mulut mereka meneteskan air liur seakan-akan Daniel adalah seonggok daging yang lezat bagi mereka.
Namun ternyata ada seorang pria yang melompat dan mengayunkan kapaknya menghantam puluhan mayat hidup itu hingga terpental. Atas penampilan heroiknya itu Daniel pun terselamatkan.
Tapi Daniel sudah tidak bisa berdiri lagi, kakinya terkilir saat terjatuh tadi. Raz berlari menuju Daniel dan berusaha membantunya berdiri. Raz menatap pria penyelamat itu dan berterima kasih pada pria tersebut.
“Terima kasih bantuannya!”
Tapi pria tersebut tidak menjawab. Ketika Raz melihat dengan seksama pria tersebut, ternyata pria tersebut sudah terluka parah. Wajahnya tertutup oleh darah, badannya sudah penuh luka tusuk dan tebasan.
Dengan melihat bekas lukanya, Raz yakin ini bukan luka yang dia terima saat melawan mayat hidup. Luka ini sudah dia dapat sebelum ini, tapi apa yang membuatnya sampai seperti ini, apa yang dia lawan dan seperti apa pertarungan yang dia hadapi. Itu yang keluar dari benak Raz pada saat itu.
Dalam lamunannya, tidak sadar keluar dari portal sesosok ksatria abad pertengahan dengan zirah hitam, pedang besar dan aura menakutkan. Sesuatu yang besar dengan penampilan yang bengis yang membuat hati ingin menangis. Rasa takut dan sesak di dada membuat Raz dan teman-temannya tidak bisa bergerak sedikitpun.
Tapi pria dengan kapak tersebut bergerak dengan gesit, tanpa pikir panjang langsung menebas sosok berzirah tersebut dengan kapaknya. Makhluk berzirah tersebut ternyata tidak tinggal diam, dia melakukan perlawanan yang sengit. Adu pedang dan kapak yang sangat intens, sesekali pria kapak itu melayangkan kapaknya ke zirah makhluk tersebut, begitu pula sebaliknya.
Terlihat pria tersebut akhirnya sudah sangat lelah, luka yang dia terima sebelumnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Pria tersebut terdiam sejenak mengambil kuda-kuda seperti bersiap mengeluarkan kekuatan terakhirnya. kapak yang dia bawa bercahaya, ada aura yang berwarna emas menyelimuti pria tersebut. Kemudian . . .
Bam!
Kampak tersebut dihantamkan ke sosok berzirah tersebut, sosok berzirah tersebut tidak bisa menahan berat dari kekuatan kapaknya, tanah disekitarnya bergetar, kemudian hancur pecah seperti terkena ledakan bom, pedang yang dipakai menahan kapak dari pria itu hancur seketika membelah bahu sampai ke perut mahkluk berzirah hitam itu.
Kemudian makhluk itu perlahan mulai menghilang seperti kertas terbakar tertiup angin.
“Kekuatan macam apa ini?!” Batin Raz terkejut dan bertanya-tanya saat melihat kekuatan pria itu.
Raz yang terkejut melihat kekuatan itu langsung mengalihkan pandangan pada pria tersebut. Kemudian pria kapak itu terjatuh lemas.
“Tolong pegang Daniel! Aku akan bantu orang itu” Pinta Raz pada Alvin yang ada di dekatnya.
Kemudian Raz berlari ke tempat pria tersebut, pria asing itu sudah tergeletak di tanah seperti tidak akan bertahan lama. Terlihat darah yang tidak berhenti mengalir dari tubuhnya, kemudian pria tersebut mengatakan sesuatu dengan suara lirih
“haaa...ternya..ta.....ini...akhir ..akhirr.. Razz.., Ambil ini .... , Maaf Raz...”
“apa ini? Siapa kau? “ Tanya Raz
Pria tersebut menyerahkan sebuah bola kristal transparan berwarna merah kehitaman seukuran genggaman tangan, dengan cahaya redup di dalamnya. Tak lama kemudian pria tersebut berhenti bernafas.
“Raz! Ayo Pergi! Monster pasti akan datang kesini, kita tidak akan sempat pergi jika ada monster datang” Teriak Vera sambil menghampiri Raz
“Ok! ayo kita pergi, Aku bantu membawa Daniel. Tetap pada rencana menuju rumah Alvin”.
Mereka pun pergi dengan meninggalkan pria tersebut, terlihat seperti rasa bersalah sekaligus damai tersirat dari wajah pria itu.
Mereka akhirnya berhasil sampai ke rumah Alvin. Ternyata keluarga Alvin sudah siap mengenai Portal Break ini dan mereka memang sedang menunggu kedatangan Alvin dan teman-temannya. Mereka segera dibawa ke tempat persembunyian di bawah tanah untuk perlindungan dari monster.
Pikiran Raz penuh dengan kebingungan, bertanya-tanya . . .
“Siapa sebenarnya pria itu, lalu kejadian apa yang membuat portal muncul bersamaan dalam jumlah banyak ini, apa ada kaitannya dengan kejadian yang ada di siaran TV tadi, lalu bagaimana keadaan keluargaku, semoga mereka dalam keadaan selamat”
Dalam kebingungan Raz melihat kembali bola kristal yang ada di tangannya, terlihat seperti ada ukiran atau tulisan-tulisan bahasa yang tidak dia mengerti di dalamnya. Namun bola kristal transparan itu terlihat indah dan menenangkan hati Raz, Seperti bola itu memang ditakdirkan untuknya.
Belum selesai Raz mengidentifikasi bola tersebut, terdengar suara dentuman keras, seperti ada yang berusaha menghancurkan dinding rumah. Kemungkinan monster sudah mulai sampai ke rumah Alvin. Dengan sigap keluarga Alvin mengambil senjata.
“Kalian tunggu disini, kita akan lihat situasi di atas.” Perintah Ayah Alvin yang bersiap dengan mengokang senjata bersama Ibu Alvin.
Tidak aneh memang, Ayah dan Ibu Alvin adalah seorang pegawai pemerintah, dengan keahlian menembak yang diajarkan sebagai dasar pelatihan negara, mereka selalu siap untuk menghadapi hal seperti ini.
Dipenuhi rasa takut otak Raz berpikir dengan cepat. . .
“Apa yang harus dilakukan? Kabur? Tidak mungkin, monster sangat cepat, ayo pikir! pikir! pasti ada jalan, lawan? Tidak ada senjata, alat? Alat apa yang bisa melawan monster? Astaga pikiranku sudah buntu, mungkin bisa melawan jika aku punya kekuatan seperti pria penolong itu? Tapi bagaimana cara dia melakukannya? Apa bola ini berisi kekuatan seperti itu? Atau ini kekuatan yang diwariskan oleh dia?”
Seketika Raz kembali memeriksa secara detail bola kristal tersebut, berharap mendapatkan petunjuk atau bantuan apapun.
Terdengar dari lantai atas sepertinya monster berhasil menerobos masuk ke dalam rumah, diiringi beberapa suara tembakan yang kemungkinan itu suara dari senjata Ayah dan Ibu Alvin.
Teriakan Monster dan suara tembakan saling sahut menyahut. Tak lama kemudian suara tembakan berhenti, dan keadaan menjadi sunyi senyap. Tidak terdengar suara apapun di lantai atas.
Raz dan teman-temanya saling menatap dan seperti sependapat memikirkan hal paling buruk menimpa Ayah dan Ibu Alvin. Alvin yang khawatir dan panik ingin segera melihat orang tuanya bergegas berlari menuju lantai atas.
Untunglah Aksa sigap menahan Alvin sebelum dia keluar membuka pintu tempat persembunyian
”Alvin tenang jangan gegabah!” Aksa yang berusaha menenangkannya.
”Tidak! Aku harus melihat orang tuaku! Mungkin mereka terluka dan butuh pertolongan!”
Raz ikut berusaha menahan Alvin yang sudah mulai tidak terkendali. Mereka menahan Alvin sekuat mungkin, Alvin yang sudah sangat panik mendorong Raz yang sedang menahannya terlempar ke belakang,
PRAANGG!!
Suara kaca yang pecah karena Raz didorong jatuh ke lemari kaca oleh Alvin. Tangannya berdarah terkena pecahan kaca. Semuanya terdiam dan tak lama kemudian terdengar suara pintu Basement dipukul-pukul berusaha dihancurkan.
Mungkin monster itu masih hidup dan terpancing oleh suara pecahan kaca. Pikiran mereka semakin tidak karuan, bertanya-tanya mencari jalan keluar.
Monster apa itu? Apa yang terjadi dengan Ayah Alvin di atas sana? Dan bagaimana keluar dari situasi ini? Itu yang mungkin dipikirkan oleh mereka saat ini.
Sambil menahan sakit Raz segera mengambil bola kristal yang terjatuh. Dengan tergesa-gesa kembali memeriksa bola kristal itu, berharap hipotesis mengenai kekuatan pria dengan kapak itu benar tersembunyi di misteri bola kristal tersebut.
Tangan Raz yang penuh darah memegangi bola kristal itu. Terlihat bola tersebut mulai bercahaya. Terkejut sekaligus senang perasaan Raz bercampur, karena dia pikir hipotesisnya benar.
Pintu basement akhirnya sudah setengah hancur. Muncul sesosok monster berpostur manusia dengan lengan dan kaki yang 2 kali lebih panjang dari tubuhnya. Sekujur tubuhnya berwarna hitam dan mengalirkan darah dari mulutnya. Monster tersebut berusaha masuk melalui celah pintu basement.
Aksa yang panik segera mengambil pecahan kaca sebagai senjata. Terlihat Alvin berdiri kaku dengan wajah yang pasrah tidak melakukan apa-apa. Vera yang menjaga Daniel pun tidak bisa berbuat banyak.
Sosok monster itu akhirnya berhasil menerobos masuk. Dia melihat sekitar, menatap mereka satu persatu dan mulai berlari menghampiri, kemudian dia melompat dengan mulut terbuka lebar berusaha memakan mereka utuh-utuh. Tapi sepersekian detik sebelum gigi monster tersebut menyentuh mereka, mereka menghilang ditelan oleh cahaya yang terpancar dari bola kristal itu.
“Hhgh! Sakit sekali kepalaku.... Dimana ini—” Tanya Raz dalam hatinya sambil memegangi kepala.“—Aku tidak ingat apa yang terjadi, sakit sekali kepalaku”Raz kemudian berusaha untuk duduk dari posisi tidur, mencoba bersandar pada dinding. Beberapa menit dia terdiam menenangkan rasa sakit dikepala yang sedikit demi sedikit mulai menghilang.“Dimana ini? Aku tidak ingat kenapa aku ada disini”Dia melihat ke sekeliling, berusaha menerka lokasi dia berada. Ternyata dia berada disebuah ruangan, cukup gelap dengan dinding lembab yang sudah dipenuhi oleh akar dan tanaman alga.Tempat yang benar-benar asing baginya. Dia mulai merasakan dinding dan lantai disekitar dia duduk, terasa basah dan seperti batuan dari sebuah situs kuno yang terlihat di ensiklopedia sejarah.Sedikit demi sedikit ingatan dari kejadian sebelumnya mulai kembali memenuhi pikiran Raz. Rasa takut mulai menyebar di hati, seiring kembali ingatannya. Seketika perasaan Raz menjadi gundah dan panik.“ASTAGA!” Teriak RazDenga
Raz jatuh terduduk lemas. Matanya terbelalak melihat peristiwa itu. Menyaksikan bagaimana dengan mudahnya nyawa manusia hilang begitu saja.Setelah tubuh pria itu terjatuh terlihatlah dengan jelas seekor Lizardman dibelakangnya. Ukurannya lebih besar dari yang lainnya, berteriak dengan mengangkat tombak kapak yang dipakainya untuk memenggal kepala pria itu.Kemudian Lizardman itu menatap Raz dengan tajam. Raz yang tidak bisa bergerak karena kaget dan takut hanya bisa melihat Lizardman itu menghampirinya.“Mati aku sekarang” pikirnyaTombak kapak diangkat lizardman dengan sangat tinggi, siap menghujam kepala Raz sekarang juga. Tapi kemudian ada seorang Kakek ksatria dengan zirah silver menabrak Lizardman tersebut dengan perisai miliknya.Lizardman tersebut terpental cukup jauh. Kakek itu berhenti dan menoleh ke arah Raz.“Berdirilah! Ambil senjata dan bertarunglah!” Teriak Kakek ituKakek itu kemudian berlari melawan kembali lizardman tadi. Tanpa pikir panjang Raz mencari sebuah senjat
Dunia yang sekarang ditempati bukan dunia yang Raz tahu. Ini bukan Bumi, tapi Dunia baru bernama Anima. Dunia yang dimana banyak makhluk hidup dari berbagai ras tinggal.Pada umumnya terdapat Ras Manusia dengan populasi terbanyak, kemudian ada Ras demi-human seperti Elf, Dwarf, Beastman, Orc, dan lainnya. Juga ada ras keturunan superior seperti ras keturunan Naga dan ras keturunan Demon.Lizardman yang mereka lawan termasuk ke ras Half-Beastman, yaitu ras monster yang belum berevolusi menjadi humanoid beast sempurna. Mereka berbeda dengan ras Beastman yang dari lahir sudah memiliki tubuh seperti manusia, kesadaran pikiran dan kendali atas insting binatang mereka.Ada banyak spesies dan cabang ras dari setiap ras utama. Seperti Elf terbagi menjadi beberapa ras lagi contohnya ras Wood Elf, Dark Elf, High Elf, dan lainnya. Begitu pula dengan ras lainnya.Saat ini Raz dan lainnya sedang berada di sebuah Dungeon, yaitu suatu tempat / alam liar yang belum dikuasai oleh ras manapun. Dungeon
Sampailah mereka di depan tenda. Elena membuka pintu tirai dan membiarkan Raz masuk, kemudian dia menyusul masuk. Disana sudah berdiri Lord Rex yang menanti kedatangan Raz.“Halo Raz, aku adalah Rex, Komandan dari ekspedisi dungeon ini,”“Senang bisa bertemu Anda Lord Rex,” jawab Raz dengan sopan.Raz merasa jika lord Rex ini orang yang tenang, setenang air di danau. Cara bicaranya yang lembut dan berwibawa. Sungguh pribadi yang menarik.“Saya mendengar dari laporan Kapten Elena, bahwa kau adalah manusia dari dunia lain? Bisa kau jelaskan kepadaku?”“Ya, seperti yang dilaporkan oleh Kapten Elena, kemungkinannya seperti itu. Aku terteleportasi ke dunia ini, untuk detailnya aku masih belum berani berasumsi,”“Hmmmm, sepertinya kau juga tidak yakin ya. Tujuanku memanggilmu kesini adalah sebenarnya aku juga menemui seseorang yang sama seperti mu. Dia bukan berasal dari dunia ini. Tapi sayangnya dia tidak tahu mengenai kondisinya saat ini,” ucap Lord Rex sambil berbalik ke belakang.Merek
Setengah hari sudah berlalu. Rencana yang mereka susun sudah disiapkan. Mereka berkumpul untuk memastikan keadaan masing-masing.Raz dan kelompoknya bersiap menuju titik penyerangan.“Raz! Berhati-hatilah, Jaga dirimu,” ucap Vera menyemangati Raz.“Ya! Jaga dirimu juga.” Senyum Raz membalas VeraVera adalah satu-satunya teman perempuan Raz dikelompoknya, Dia perempuan yang cantik, pintar, perhatian dan selalu peduli pada teman-temannya.Vera pun mengangguk dan pergi menuju posnya.Tim Oboro mengambil napas dalam-dalam dan mulai bergerak menghampiri para troll di gerbang masuk.Oboro berdiri dengan tegap dan gagahnya di depan para troll. Dia berteriak dan memukul-mukul perisainya menggunakan skill . Skill ini bukan sihir tapi termasuk ke dalam kemampuan Qi. Para troll tersebut mulai terprovokasi karena skill Oboro. Mereka marah dan berlari ke arah Oboro. Tim pemancing lainnya melakukan skill juga, ada yang melempari Troll dengan batu.Oboro menginstruksikan untuk mundur.“Mundur! be
Goblin Shaman merapalkan kembali sihir apinya. Itu adalah sihir tingkat 2 ,Elena menahanya menggunakan sihir cahayanya. “.” Elena merapalkan sihir.Pedangnya mengeluarkan cahaya bulat berfungsi seperti perisai. Api yang dikobarkan berhasil ditahan, tapi troll tidak tinggal diam, dia berlari menerobos api dan mengayunkan batang kayu yang digenggamnya ke arah Elena.Elena terpental akibat serangan itu. Raz ternyata tidak pergi dengan Gaeus. Sebelumnya dia kembali untuk menolong Elena.Diantara pertarungan sihir dan perbedaan kekuatan ras yang besar ini, Raz tahu dia tidak akan terlalu membantu.Tapi dia tidak bisa meninggalkan Elena bertarung sendirian, walaupun itu adalah perintah Elena.Raz terlihat sudah berlari di atas altar. Dia melompat setinggi mungkin dari atas altar dan mengarahkan pedangnya ke arah belakang kepala troll yang sedang berjalan menghampiri Elena.Sleeeb…!!Pedangnya berhasil menusuk tengkorak Troll menembus melewati mulutnya. Tubuh troll ter
Hari semakin gelap, Mereka semua memutuskan untuk berkemah di lokasi tersebut. Raz dan teman-temannya berkumpul di api unggun bersama Elena, Gaeus, Oboro, Roth, dan wakil kapten Tasa dari pasukan Roth.Mereka bercerita mengenai pengalaman pasukan masing-masing selama eksplorasi dungeon. Pasukan Roth pun sama-sama memikul banyak korban jiwa selama ekspedisi.“Jadi apa rencana kedepannya Elena? kurang lebih ekspedisi ini berakhir dalam tiga sampai lima hari lagi,” tanya Roth“Sebelumnya kami bertemu dengan pasukan utama Lord Rex. Bagaimana kalau kita berkumpul dengan pasukan utama sampai ekspedisi ini berakhir?”“Hmmmm… bukan ide yang buruk. Kemana mereka tuju?”“Mereka mengatakan tentang penyerbuan sarang burung Roc di belakang gunung ini,”“Sarang burung Roc? Burung ganas dan berbahaya. Tapi dengan adanya Lord Rex mungkin kita bisa aman di sisa eksplorasi ini. Baiklah ada baiknya kalau kita menggabungkan kekuatan dahulu untuk pertahanan ekstra, semakin dalam dungeon, maka semakin berb
Raz membuka matanya. Dia sendirian berada disebuah tempat kosong berwarna putih. “Dimana ini? Apa ini akhirat?” Tak lama setelah Raz terbangun, munculah dari langit naga ular bersayap yang menyerang pasukan di dungeon Floating Castle.Dia melayang-layang mengepakkan sayapnya di depan Raz.“Lama tak bertemu Raz…,” ucap naga tersebut berbicara melalui pikiran Raz“Aku mendengar ada yang berbicara di pikiranku, apa ini telepati?”“................”Naga tersebut terdiam tidak menjawab, seperti sedang berpikir panjang.“Ada yang aneh dengan kau… kau Raz namun tidak seperti Raz,”“Apa maksudmu?”“...............”Naga tersebut terdiam kembali tak menjawab.“Aku mengerti… sepertinya ini belum waktunya. Sangat disayangkan pertemuan pertama kita setelah sekian lama,”“Aku tidak mengerti, ada apa ini?”“Sebelum kau pergi akan aku berikan kekuatan kepadamu, kembalilah jika kau sudah cukup kuat… Aku akan menunggu disini...”Ruangan putih dan naga tersebut seketika hilang. Raz terbangun di sebu