Beranda / Rumah Tangga / Rayuan Mantan Kekasih Suamiku / Bab 2. Keguguran karena Suami dan Wanita itu

Share

Bab 2. Keguguran karena Suami dan Wanita itu

Penulis: Angsa Kecil
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 16:31:37

"Apa saya benar-benar keguguran, dok?" tanya Rania, suaranya bergetar. Dia memekik tangis. Jika benar, maka suaminyalah yang membuat calon janin itu pergi.

Dokter menatap simpati. "Benar. Memang ada tanda-tanda awal pembuahan, tapi sayangnya tidak bisa bertahan."

Rania ingat kalau dia sudah telat sekitar 2 Minggu. Dia belum sempat tes kehamilan, sekarang malah mendapat kabar seperti itu. Rasanya sangat menyayangkan kejadian ini. Pasalnya, kehamilan itu telah ditunggunya sejak lama. Entah kenapa, selama ini setiap dia telat datang bulan beberapa hari saja, sudah gagal lagi. Padahal pernikahannya sudah hampir 2 tahun. Sampai beberapa kali dikatakan mandul oleh mertua dan kerabat keluarga suaminya.

Rania mencengkram erat tangannya sendiri, menekan sesak. "Apa penyebabnya karena jatuh tadi? Bukan karena hal lain?"

"Keguguranmu ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, benturan keras saat kamu jatuh, dan posisimu saat jatuh tidak tepat untuk kondisi kehamilan yang masih sangat awal. Dan kedua, tekanan pikiran yang cukup berat juga jadi pemicu."

Wanita itu terdiam sesaat. "Apa yang harus saya lakukan sekarang, dok?"

"Yang terpenting sekarang adalah istirahat. Jangan sampai stres. Tubuhmu butuh waktu untuk pulih. Kesehatan fisik dan mentalmu sama pentingnya. Saya akan memberikan obat, dan harus diminum rutin," jelas dokter.

"Berapa lama saya perlu istirahat, dok?"

"Untuk saat ini, minimal satu hingga dua minggu tanpa aktivitas berat. Fokuslah pada pemulihan. Jangan ragu untuk kembali jika ada keluhan," jawab dokter.

"Terima kasih, dok."

Rania datang ke rumah sakit sendiri, tanpa ada yang mengantar. Dia naik taksi dan langsung ke UGD karena tak kuat lagi. 

Kini wanita itu juga pulang sendiri. Dia tertatih dengan wajah pucat. Bahkan pakaiannya sudah berganti. Tadi, dia sempat menyuruh seseorang untuk membelikan baju ganti karena bajunya terkena bercak darah.

"Istirahat dengan baik? Jangan stres?" Rania tersenyum getir. Karena itu tak mungkin untuknya saat ini.

Pandangan kosongnya membawa ingatannya soal ibu mertua.

"Kalau memang berniat jadi ibu rumah tangga, kamu harus mau mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Jangan pakai pembantu!"

"Tapi, Bu. Rumah ini lumayan besar, bagaimana aku akan bersih-bersih sendiri tiap hari. Minimal satu orang membantuku. Kalau aku kelelahan, takut tidak bisa mengurus Mas Krisna dengan baik."

"Kalau kamu tidak sanggup ... ya sudah, jadi wanita karir saja! Bukan menggantungkan diri pada suami."

Rania terdiam dengan helaan berat.

"Jadi ibu rumah tangga itu bukan sekadar duduk diam dan mengurus anak. Apalagi kamu belum punya anak, memangnya cuma mau duduk-duduk main hape. Rumah besar kalau pinter aturnya, kamu nggak akan ngeluh seperti ini." 

"Tapi, Bu. Kalau waktuku habis untuk bersihkan rumah besar ini, aku tidak bisa mengembangkan potensi lain dan cari wawasan baru."

“Banyak alasan. Kamu itu cuma lulusan SMA. Mau cari wawasan apa? Memangnya potensi apa yang kamu punya selain cuci piring dan baju? Kamu pikir bisa bersaing di luar sana dengan pendidikan minim?”

Rania terdiam, bukan karena tak mampu menjawab. Kata-kata ibu mertuanya begitu menusuk hatinya.

“Sudah jelas, bukan? Kamu memang lebih cocok di rumah. Jangan cuma pengen hidup enak dengan pembantu di rumah!” 

Bagaimana Rania akan istirahat dengan baik, kalau setiap hari dihadapkan dengan pekerjaan rumah? Dan soal stres? Itu lebih tidak mungkin lagi. Wanita itu tak mungkin pura-pura tidak tahu dengan apa yang sedang dilakukan suaminya saat ini. Apalagi setelah melihat sendiri kejadian itu.

"Hah! Rania menghempas ingatannya. Dia menggeleng sambil memegang dadanya.

Lalu, wanita itu menengok ponselnya. Wajahnya tampak kecewa.

"Bahkan Mas Krisna tidak tertarik untuk tahu keadaanku." Rania tersenyum getir.

Wanita itu berjalan di sisi tembok sambil berpegangan, dia merambat pelan.

"Rania?!" seru seorang pria di sana. Suaranya sangat Rania kenal. 

Rania tidak menyangka akan bertemu suaminya di rumah sakit. Dia melihat suaminya sedang menuntun Karin. Sangat telaten dan lembut.

Pemandangan itu menorehkan sayatan di hati Rania.

"Ternyata." Dia tersenyum miris dengan helaan nafas berat. Tubuhnya jadi makin terasa lemas. Dia sedang malas menemui dua orang itu dan berniat pergi menghindar saja.

"Rania, tunggu!" Krisna menahan saat dia baru berbelok arah.

Rania melihat Krisna mendudukan pelan Karin ke kursi tunggu sambil entah berkata apa, tapi kata-kata suaminya pada Karin pastinya lembut.

Kini Krisna ada di sisi Rania.

“Kenapa kamu ada di sini, Ran? Kenapa wajahmu pucat?” 

Haruskah Rania jujur?

Bab terkait

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 3. Bersama Pria Lain

    “Kenapa kamu ada di rumah sakit, Ran? Kamu membuntutiku?" Nada Krisna sedikit tinggi, matanya menatap selidik, membuat Rania jadi semakin malas.Bukannya khawatir atau bagaimana, malah seperti curiga. Bukankah melihat Rania saja sudah paham kalau istrinya sedang tidak baik-baik saja?Rania sebentar menatap Karin yang duduk tak jauh darinya. Karin jelas tampak bugar, duduk tegap dan tak ada wajah pucat sedikit pun. Rania jadi curiga pada wanita itu. "Ran, kenapa diam saja aku tanya. Kenapa kamu juga ganti baju? Pasti tadi melakukan hal yang tidak-tidak."Udara ditarik dalam-dalam agar rongga dada Rania tak sesak. "Mas Krisna kira aku kurang kerjaan mengawal kemesraan kalian. Kalau Mas Krisna tidak ada hal lain, aku pergi dulu."Krisna menahan lengan Rania. "Tunggu, kenapa kamu pucat begitu?"Rania tersenyum kaku dengan mata berkaca. “Mas Krisna tidak perlu khawatir padaku. Karin lebih butuh perhatian Mas.”"Apa maksudmu? Aku sedang bertanya dan kenapa kamu masih sensitif saja. Kalau a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 4. Kita Cerai Saja

    “Dia benar-benar tak punya malu! Berani sekali dia masuk mobil pria lain di hadapanku!” Bara api amarah seolah siap menyambar. Krisna mengepal tangannya kuat. Apalagi saat pria lain membukakan pintu untuk Rania, dada Krisna terasa sesak, terdesak gejolak emosi.Krisna masih mematung menatap nyalang istrinya yang baru saja masuk ke mobil seorang pria. Pikirannya dipenuhi prasangka buruk pada istrinya.“Aku tidak salah lihat? Mungkinkah Rania berani bermain di belakangku?” gumam lirih Krisna hanya terdengar dirinya sendiri."Bukankah itu istrimu, Kris? Kukira dia mau pulang naik taksi, ternyata bersama pria lain. Apa itu teman atau saudaranya? Kenapa terlihat akrab sekali?" Karin tampak heran dengan menampilkan wajah lugu.“Kamu pikir begitu?” Karin mengangkat dua pundaknya “Aku hanya mengingatkan. Menurutku, tidak mungkin seorang pria membukakan pintu untuk wanita kalau tidak ada sesuatu di antara mereka. Kamu lihat sendiri, kan? Yang sangat aneh, istrimu seperti tidak menghormatimu y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 5. Program Hamil

    "Rania!" Cepat Krisna menangkap tubuh istrinya yang terkulai lemas. Dia panik. "Kamu kenapa, Ran?" Krisna menepuk-nepuk pipi istrinya. Tak ada respon.Lalu Krisna meletakkan pelan tubuh istrinya ke atas tempat tidur. "Ran, kenapa kamu bisa seperti ini? Aku minta maaf buat kamu pingsan."Tangan Krisna menyentuh kening pucat Rania. "Panas? Kenapa kamu tidak bilang kalau sakit, Ran?" Krisna mengusap wajahnya kasar, dia frustasi dan bingung. "Aku harus panggil dokter. Ya, dokter." "Harusnya kamu sekalian periksa ke dokter saat kemarin di rumah sakit. Kenapa malah bersama pria lain?"Kontak dokter, ketemu.Akan tetapi, saat ingin menekan kontak itu, Krisna mendengar suara ayahnya."Krisna, Rania, kalian di dalam?" suara ayahnya terdengar dari balik pintu, membuat Krisna membelalak.Pria itu menatap istrinya yang terbaring lemah. Krisna panik, takut ayahnya tahu apa yang terjadi pada Rania dan menyalahkannya."Ayah nggak boleh tahu kalau orangnya pingsan."Krisna mengurungkan memanggil d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 6. Jemput Karin

    "Aku akan menjemputmu, Karin. Jangan kemana-mana. Jangan sedih lagi dong, Kamu 'kan masih punya aku." Jelas itu suara suaminya.'Mas Krisna kapan pulang?' batin Rania dia bersembunyi di balik tembok.'Ternyata, tebakkanku benar. Saat aku fokus memulihkan kondisi, Mas Krisna baik padaku karena tidak mau aku mengancam cerai lagi. Tapi di luar, dia masih seperti biasa dengan Karin,' batin Rania."Jangan nangis, aku pasti datang kok? Masih sakit nggak? Nanti akan kuantar ke dokter. Pokoknya selama ada aku, kamu jangan takut. Aku pasti akan datang kalau kamu hubungi."Rania mengernyit dan tersenyum getir, dia menunggu apa lagi yang akan dikatakan suaminya.'Mas Krisna pasti lagi teleponan dengan Karin,' batin wanita itu. Hatinya mendesir nyeri.Sambungan telepon dimatikan tanpa ada kata lagi dari suaminya.Rania lantas mendekat."Mas, tadi memanggilku?" Rania tersenyum kaku. Kemarin, dia ingin mencoba bertahan demi ayah mertua. Dia mencoba berdamai dan mau memulai berkomunikasi lagi dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 1. Mereka Sedang Main Gila.

    "Mas Krisna!" teriak Rania tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Suaminya sedang berpelukan dengen wanita lain, bahkan suaminya berkali-kali mengecup rambut wanita itu."Rania?" kaget Krisna. Sontak dia mendorong Karin, wanita yang dalam pelukannya."Ini yang kamu bilang sedang meeting, Mas?!" suara Rania meninggi pecah, dia kecewa memekik gejolak emosi. Baru saja suaminya menyuruhnya mengantar berkas yang tertinggal, ternyata malah mendapati kenyataan mengejutkan."Kenapa kamu masuk tanpa ketuk pintu? Aku bilang letakkan saja berkasnya di bawah!" kesal Krisna.Rania tertawa getir. "Apa aku salah datang ke ruang kerja suamiku? Oh, karena Mas nggak mau aku mengganggu acara meeting mesra dengan wanita ini, kan?" "Sopan kamu dengan Karin, dia rekan kerjaku!" sentak Krisna.Karin tersenyum sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Karin, Mbak." Wanita itu tidak ada wajah bersalah sedikitpun.Mata Rania membeliak. "Ini yang Mas sebut rekan kerja? Berpelukan mesra itu yang Mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 6. Jemput Karin

    "Aku akan menjemputmu, Karin. Jangan kemana-mana. Jangan sedih lagi dong, Kamu 'kan masih punya aku." Jelas itu suara suaminya.'Mas Krisna kapan pulang?' batin Rania dia bersembunyi di balik tembok.'Ternyata, tebakkanku benar. Saat aku fokus memulihkan kondisi, Mas Krisna baik padaku karena tidak mau aku mengancam cerai lagi. Tapi di luar, dia masih seperti biasa dengan Karin,' batin Rania."Jangan nangis, aku pasti datang kok? Masih sakit nggak? Nanti akan kuantar ke dokter. Pokoknya selama ada aku, kamu jangan takut. Aku pasti akan datang kalau kamu hubungi."Rania mengernyit dan tersenyum getir, dia menunggu apa lagi yang akan dikatakan suaminya.'Mas Krisna pasti lagi teleponan dengan Karin,' batin wanita itu. Hatinya mendesir nyeri.Sambungan telepon dimatikan tanpa ada kata lagi dari suaminya.Rania lantas mendekat."Mas, tadi memanggilku?" Rania tersenyum kaku. Kemarin, dia ingin mencoba bertahan demi ayah mertua. Dia mencoba berdamai dan mau memulai berkomunikasi lagi dengan

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 5. Program Hamil

    "Rania!" Cepat Krisna menangkap tubuh istrinya yang terkulai lemas. Dia panik. "Kamu kenapa, Ran?" Krisna menepuk-nepuk pipi istrinya. Tak ada respon.Lalu Krisna meletakkan pelan tubuh istrinya ke atas tempat tidur. "Ran, kenapa kamu bisa seperti ini? Aku minta maaf buat kamu pingsan."Tangan Krisna menyentuh kening pucat Rania. "Panas? Kenapa kamu tidak bilang kalau sakit, Ran?" Krisna mengusap wajahnya kasar, dia frustasi dan bingung. "Aku harus panggil dokter. Ya, dokter." "Harusnya kamu sekalian periksa ke dokter saat kemarin di rumah sakit. Kenapa malah bersama pria lain?"Kontak dokter, ketemu.Akan tetapi, saat ingin menekan kontak itu, Krisna mendengar suara ayahnya."Krisna, Rania, kalian di dalam?" suara ayahnya terdengar dari balik pintu, membuat Krisna membelalak.Pria itu menatap istrinya yang terbaring lemah. Krisna panik, takut ayahnya tahu apa yang terjadi pada Rania dan menyalahkannya."Ayah nggak boleh tahu kalau orangnya pingsan."Krisna mengurungkan memanggil d

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 4. Kita Cerai Saja

    “Dia benar-benar tak punya malu! Berani sekali dia masuk mobil pria lain di hadapanku!” Bara api amarah seolah siap menyambar. Krisna mengepal tangannya kuat. Apalagi saat pria lain membukakan pintu untuk Rania, dada Krisna terasa sesak, terdesak gejolak emosi.Krisna masih mematung menatap nyalang istrinya yang baru saja masuk ke mobil seorang pria. Pikirannya dipenuhi prasangka buruk pada istrinya.“Aku tidak salah lihat? Mungkinkah Rania berani bermain di belakangku?” gumam lirih Krisna hanya terdengar dirinya sendiri."Bukankah itu istrimu, Kris? Kukira dia mau pulang naik taksi, ternyata bersama pria lain. Apa itu teman atau saudaranya? Kenapa terlihat akrab sekali?" Karin tampak heran dengan menampilkan wajah lugu.“Kamu pikir begitu?” Karin mengangkat dua pundaknya “Aku hanya mengingatkan. Menurutku, tidak mungkin seorang pria membukakan pintu untuk wanita kalau tidak ada sesuatu di antara mereka. Kamu lihat sendiri, kan? Yang sangat aneh, istrimu seperti tidak menghormatimu y

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 3. Bersama Pria Lain

    “Kenapa kamu ada di rumah sakit, Ran? Kamu membuntutiku?" Nada Krisna sedikit tinggi, matanya menatap selidik, membuat Rania jadi semakin malas.Bukannya khawatir atau bagaimana, malah seperti curiga. Bukankah melihat Rania saja sudah paham kalau istrinya sedang tidak baik-baik saja?Rania sebentar menatap Karin yang duduk tak jauh darinya. Karin jelas tampak bugar, duduk tegap dan tak ada wajah pucat sedikit pun. Rania jadi curiga pada wanita itu. "Ran, kenapa diam saja aku tanya. Kenapa kamu juga ganti baju? Pasti tadi melakukan hal yang tidak-tidak."Udara ditarik dalam-dalam agar rongga dada Rania tak sesak. "Mas Krisna kira aku kurang kerjaan mengawal kemesraan kalian. Kalau Mas Krisna tidak ada hal lain, aku pergi dulu."Krisna menahan lengan Rania. "Tunggu, kenapa kamu pucat begitu?"Rania tersenyum kaku dengan mata berkaca. “Mas Krisna tidak perlu khawatir padaku. Karin lebih butuh perhatian Mas.”"Apa maksudmu? Aku sedang bertanya dan kenapa kamu masih sensitif saja. Kalau a

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 2. Keguguran karena Suami dan Wanita itu

    "Apa saya benar-benar keguguran, dok?" tanya Rania, suaranya bergetar. Dia memekik tangis. Jika benar, maka suaminyalah yang membuat calon janin itu pergi.Dokter menatap simpati. "Benar. Memang ada tanda-tanda awal pembuahan, tapi sayangnya tidak bisa bertahan."Rania ingat kalau dia sudah telat sekitar 2 Minggu. Dia belum sempat tes kehamilan, sekarang malah mendapat kabar seperti itu. Rasanya sangat menyayangkan kejadian ini. Pasalnya, kehamilan itu telah ditunggunya sejak lama. Entah kenapa, selama ini setiap dia telat datang bulan beberapa hari saja, sudah gagal lagi. Padahal pernikahannya sudah hampir 2 tahun. Sampai beberapa kali dikatakan mandul oleh mertua dan kerabat keluarga suaminya.Rania mencengkram erat tangannya sendiri, menekan sesak. "Apa penyebabnya karena jatuh tadi? Bukan karena hal lain?""Keguguranmu ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, benturan keras saat kamu jatuh, dan posisimu saat jatuh tidak tepat untuk kondisi kehamilan yang masih sangat awal. Da

  • Rayuan Mantan Kekasih Suamiku   Bab 1. Mereka Sedang Main Gila.

    "Mas Krisna!" teriak Rania tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Suaminya sedang berpelukan dengen wanita lain, bahkan suaminya berkali-kali mengecup rambut wanita itu."Rania?" kaget Krisna. Sontak dia mendorong Karin, wanita yang dalam pelukannya."Ini yang kamu bilang sedang meeting, Mas?!" suara Rania meninggi pecah, dia kecewa memekik gejolak emosi. Baru saja suaminya menyuruhnya mengantar berkas yang tertinggal, ternyata malah mendapati kenyataan mengejutkan."Kenapa kamu masuk tanpa ketuk pintu? Aku bilang letakkan saja berkasnya di bawah!" kesal Krisna.Rania tertawa getir. "Apa aku salah datang ke ruang kerja suamiku? Oh, karena Mas nggak mau aku mengganggu acara meeting mesra dengan wanita ini, kan?" "Sopan kamu dengan Karin, dia rekan kerjaku!" sentak Krisna.Karin tersenyum sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Karin, Mbak." Wanita itu tidak ada wajah bersalah sedikitpun.Mata Rania membeliak. "Ini yang Mas sebut rekan kerja? Berpelukan mesra itu yang Mas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status