Suasana ramai dari pasar tidak membuat pikiranku menjadi lebih tenang. Bayangan ketika aku harus memasuki istana terus terngiang di pikiranku. takdir yang sangat terkutuk!
"KAU PIKIR SIAPA KAU SAMPAI BISA MENUNTUT PERTANGGUNG JAWABAN DARIKU?""Ampuni hamba tuan, tapi anak ini memang darah daging tuan""PEREMPUAN GILA! JANDA MALAM SEPERTIMU MUSTAHIL HANYA TIDUR DENGANKU, KAU PASTI SUDAH MENGHABISKAN MALAM DENGAN PRIA LAIN JUGA KAN?!"Aku menatap ke arah kerumunan. Entah apa yang menarik disana sehingga mengundang banyak orang untuk berkumpul.Sepertinya ini akan menjadi tontonan yang menarik, aku yang butuh hiburan tidak mungkin melewatkan momen langka ini.Aku segera berjalan bergabung dengan kerumunan untuk melihat apa yang sedang terjadi."lagipula kenapa janda sepertimu masih bertahan hidup? bukannya menjadi janda lebih hina dari anjing liar?"Aku menatap wanita yang berlutut sambil menahan tangis. Di pipi kanannya terdapat darah mengalir seperti bekas tamparan. Pemandangan buruk macam apa ini?"Saya memang seorang janda, tapi saya bisa menjaga kehormatan saya sendiri. Jika saja tuan tidak memaksa dan mengancam saya, saya tidak akan memberikan kehormatan saya pada tuan yang tidak tau malu ini!"Satu alisku terangkat, dalam kata lain, wanita ini di perkosa dan pria yang memperkosanya tidak mau mengaku? Benar-benar bedebah!"LANCANG SEKALI KAU BERBICARA SEPERTI ITU? KAU TIDAK LIHAT KAU SEDANG BERBICARA DENGAN SIAPA?"Cukup! Aku sudah cukup muak dengan kata-kata yang keluar dari mulut sampah pria itu."Siapa memangnya?" Tanyaku mendekat ke arah keduanya.semua orang menatap ke arahku, waw kurasa aku menjadi artis dalam waktu sekejap."siapa kau? Berani sekali ikut campur urusanku?!""ku bilang, memangnya siapa kau?" ucapku mengulang pertanyaan.Pria tua tersebut tertawa sombong."Aku? Aku kepala Departemen Lingkungan. Yang artinya aku adalah seorang Bangsawan. Menjauh sana! Aku sedang tidak ingin berurusan dengan gadis tengik seperti kau"Bedebah itu! Berani sekali dia memanggilku gadis tengik."Bangsawan macam apa yang melakukan pelecehan? bahkan sepertinya kau yanglebih rendah dari pada anjing liar, bukan nona ini."ucapku dengan berani. Jujur saja, aku tidak seberani itu. Tapi mulutku yang tidak bisa di rem, mengkhianatiku dan berbicara sangat frontal."Berani sekali kau! tunggu apa lagi, cepat habisi mereka berdua!"Selain bedebah, ternyata dia juga pecundang yang hanya bisa memberi perintah pada bawahannya.para pengawal segera mengibaskan pedangnya ke udara. Demi tuhan, tubuhku gemetar hebat. Seketika aku mengutuk mulutku karena tidak bisa terkontrol. Aku menggali kuburanku sendiri, jika sudah begini siapa yang akan aku salahkan?"Nona, Nona sebaiknya meminta maaf atas perkataan kasar Nona agar Nona selamat." Wanita dengan tubuh yang bergetar itu memintaku untuk meminta maaf agar aku tidak ikut teranacm.Aku menggeleng. "Tidak, yang ku katakan benar. Yang harusnya meminta maaf adalah pria tua itu, bukan aku.""Tapi Nona dalam bahaya. Aku tidak ingin ada orang lain yang ikut terluka karena aku. Cukup aku dan calon bayiku saja."Aku menatap prihatin pada wanita itu, ia memagang perutnya sambil menahan tangis."CEPAT MINTA MAAF SEBELUM AKU MEMUTUSKAN MENGAMBIL NYAWAMU!""Nona.. Cepat minta maaf.."Aku berdiri dan menatap tajam pada pria tua itu."Atas dasar apa aku harus meminta maaf pada pria bedebah sepertimu?"Aku melihat semua orang terkejut mendengar perkataanku. Aku sama sekali tidak menyesal mengatakan itu, pria itu memang bedebah.Pria tua itu mengepalkan tangannya untuk menahan emosi. Aku bisa melihat matanya memerah saat menatapku."Jangan menyalahkanku jika kau kehilangan nyawamu hari ini.""Tunggu apa lagi, cepat penggal kepala gadis yang terlalu pemberani ini!"Aku memejamkan mata, baiklah lagi pula aku tidak sedang mengharapkan apapun. Aku hanya akan menikah dengan Raja yang belum pernah aku lihat wajahnya. Kehilangan nyawa sebelum menyesal karena menikah dengan orang asing menurutku akan lebih baik."Suara keributan apa yang barusan aku dengar?""Baginda Raja..""Baginda Raja.."Sebantar, apa yang terjadi? Aku sama sekali belum merasakan tebasan pedang pada leherku. Apakah aku masih hidup?Aku memincingkan mata, mencoba mengintip apa yang terjadi. Seorang lelaki dengan pakaian yang nyentrik dengan mahkota di kepalanya. Raja Victor?!"Apa yang sangat menarik sampai mengundang banyak kerumunan?"Apakah benar yang barusan aku lihat itu adalah Raja Victor? Calon suamiku? Aku mengucek kedua mataku, memastikan agar penglihatanku tidak bermasalah.Tidak, aku tidak salah lihat. Seseorang yang tengah berjalan dengan gagah dan menawan itu adalah si curut Victor, calon suamiku.Aku segera memagang dadaku dengan tatapan terpesona. "Apa aku terkena serangan jantung? Kenapa berdegup sangat kencang seperti sudah berlari marathon?"Karena tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Victor, Victor mendekat ke arahku. Tidak, jangan mendekat. Aku bisa mati mendadak jika Victor mendekat."Apa yang sebeneranya terjadi?"Si brandal itu malah bertanya kepadaku. Tidak bisakah melihat aku yang hampir sekarat ini karena terkena serangan pesona Raja? Aish berlebihan sekali kata-kataku."Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja? Pipimu sangat merah"Aku menepis kasar tangan Victor yang berniat menyentuh pipiku. Aku tau tindakanku kurang ajar karena menyentuh sang Raja, tapi aku harus melakukan itu demi melindungi imageku sebagai wanita yang tidak mudah di sentuh pria."Oh.. Maaf karena sudah lancang" sesal Victor.Aku hanya mengangguk. Mataku sudah tidak sanggup menatap ketampanan Victor. Jika begini, nanti malampun aku rela di nikahkan dengan Raja."Nona ini di perkosa oleh kepala Departemen Lingkungan. Sekarang dia tengah mengandung, tapi Pria tua itu tidak mau bertanggung jawab. Saya harap, Baginda Raja bisa memberi hukuman yang setimpal untuk Bangsawan tidak tau aturan ini." jawabku menjelaskan sedetail mungkin.Victor tampak mengangguk mengerti dengan apa yang di jelaskan olehku."Siapa nama anda?" Tanya Victor menatap pria itu."Sa.. saya Duncan, baginda Raja.""Benar anda dari Departemen Lingkungan?"Pria tersebut mengangguk lalu menunduk sangat dalam."Mulai sekarang jabatan anda saya copot. Beri wanita ini uang bulanan setiap satu bulan sekali. Jangan lupa untuk melapor setiap bulannya, jika anda melanggar. Saya tidak akan segan untuk memberi hukuman yang menyangkut hilangnya nyawa anda""Victor sialan itu..." tanpa sadar aku bergumam kata-kata untuk mengekspresikan ketakjubanku. Untung saja tidak terdengar oleh siapapun karena kata-kata pujianku di bungkus dengan sangat kasar.Victor sudah sangat gagah dengan wajah tampannya di tambah dengan ketegasannya. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada pria ini? Tapi maaf, aku mencuri start dan akan segera menjadi istri dari pria sempurna ini. Ahhh haruskah aku pamer pada semua gadis di Alastar bahwa aku adalah calon istri Raja tampan mereka?Aku mulai kembali pada radar kesadaranku saat Victor dan para pengawalnya pergi meninggalkan kerumunan tanpa mengucapkan kalimat pamit sedikitpun. Tidak sopan sekali seorang calon suami meninggalkan calon istrinya tanpa salam perpisahan! Oh benar, Victor belum mengetahui aku adalah calon istrinya. Baiklah, untuk kali ini kau aku maafkan wahai Raja tampanku."Nona tidak apa-apa?"Aku menatap pada wanita yang menanyakan keadaanku dengan tatapan khawatir."Aku baik-baik saja. Nona sendiri apa baik-baik saja?"Wanita itu mengangguk. "Terimakasih sudah membuang waktu Nona untuk membela janda hina sepertiku""Tidak masalah, bagiku tidak ada perbedaan antara janda dengan perawan""Nona terlalu baik"Aku hanya tersenyum. Ingin sekali aku memamerkan kebaikanku, tapi calon Ratu harus berhati rendah dan penyayang. Baikalah, tahan kesombonganmu Alena.Bersambung...Akhirnya hari yang ku tunggu sudah tiba. Hari ini adalah hari dimana aku akan memasuki istana. Aku mempersiapkan segalanya agar terlihat sempurna di mata Victor. Berbahaya jika aku di gulingkan hanya karena setitik kesalahan. "Jadilah Ratu yang baik untuk suamimu juga untuk rakyatmu"Ayah mengusap puncak kepalaku dengan lembut. Putri semata wayangnya akan segera menjadi istri orang lain. Aku melihat tatapan tidak rela di mata ayah, tapi sebisa mungkin ayah menyembunyikannya."Ayah tenang saja. Alena akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi Ratu yang di cintai rakyatnya..""Ayah percaya sepenuhnya padamu""Kita akan berangkat sekarang Yang Mulia.."Aku mengangguk, dan segera masuk ke dalam tandu kerajaan. "Sampai jumpa di istana.." Ayah melambaikan tangannya, aku membalasnya dengan senyuman. Kita akan bertemu lagi di istana karena ayahku adalah seorang penasihat kerajaan. Ia sudah mengabdi pada kerajaan sejak aku belum di lahirkan, sekitar dua puluh tahun lalu, sebelum Raja Victor
"Yang Mulia Alena.. apa kau sudah bangun?"Aku menggeliat untuk meregangkan otot-ototku. Dayang Utari benar-benar mengganggu perjalanan tamasyaku di pulau kasur.Lihat apa yang terjadi, Dayang utari bahkan membawa parade ke kamarku. Kehidupan di istana memang selalu tidak bisa di tebak!"Ada apa? Kenapa Dayang Utari membawa pasukan ke kamarku?" Tanyaku dengan setengah kesadaran."Apa Yang Mulia Alena lupa? Hari ini hari pernikahan Yang Mulia..""Pernikahan? Aku?"Aku mencoba menggunakan otak cairku untuk mengingat tujuanku ada di istana ini. "Oh benar! Hari ini aku akan menikah dengan si brandal Victor!" Seruku membuat semua dayang terkejut.Aku segera berdiri dan melompat. Bagaimana bisa aku melupakan momen sepenting ini? Otakku terlalu lemot, perlu ku isi batrei agar lebih kencang."Baiklah, langkah awal apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku tidak sabar.Para dayang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku tau, aku memang menggemaskan sehingga mengundang senyuman untuk ka
"Kenapa harus aku yang mengunjungi mereka? Aku yang menikah tapi aku yang repot-repot memberi salam pada mereka."Aku terus mengoceh di sepanjang jalan. Meskipun tubuhku di angkut tandu, tetap saja aku sedang malas bertemu orang-orang di istana."Mohon jaga ucapanmu, Yang Mulia. Mereka adalah ibu dan nenek mertuamu. Kau yang memang seharusnya menyapa mereka."Aku memutar bola mata malas. "Baiklah, menantu yang baik hati ini akan menyapa ibu dan nenek mertuanya." Balasku tidak ingin bertele-tele. Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai di istana tempat Nenek Ratu Agung alias nenek mertuaku tempati. Aku segera masuk ke dalam istana. Ternyata bukan hanya ada ibu Ratu Agung, Ibu Suri alias ibu mertuaku juga ada di sana.Aku memberi hormat pada keduanya. Bagaimanapun aku sedang berusahan menjadi menantu yang sempurna."Bagaimana perasaan nenek dan ibu hari ini?" Tanyaku dengan sangat sopan santun.Nenek Ratu Agung tersenyum padaku. "Tidur nenek sangat nyenyak malam ini karena nenek ak
"Yang Mulia benar akan melakukan ini?" Dayang Utari bertanya dengan raut wajah khawatir.Aku mengangguk mantap. "Yakinnn. Di istana terlalu membosankan. Aku akan kembali memulai hobiku yang tertunda, jadi aku butuh beberapa kain untuk membuatnya.""Biar para dayang saja yang mencari kain untuk Yang Mulia."Aku menggeleng. "Tidak, aku ingin mencarinya sendiri." Dayang Utari tidak menjawab lagi. Aku menatap dayang Utari dengan senyuman untuk meyakinkan. "Aku akan baik-baik saja.""Tapi di luar istana sangat berbahaya.""Siapa bilang? Di luar istana sangat menyenangkan." Sergahku."Jika begitu, saya akan ikut menemani Yang Mulia."Aish dayang Utari benar-benar seperti ekorku yang selalu ikut kemanapun aku pergi."Baiklah. Segera ganti pakaianmu untuk menyamar." Titahku. Dayang Utari mengangguk segera bergegas untuk mengganti pakaiannya.****"Waaahhhh.." Dayang Utari melongo untuk beberapa saat. Ia nampak terpesona dengan keramaian pasar."Tidak seburuk itu, kan?" Tanyaku.Dayang Utar
Aku duduk di samping Victor menghadap para Menteri. Aku bisa lihat ekpresi terkejut mereka saat melihat kehadiranku di konferensi. Terkecuali Ayah, terlihat Ayah tersenyum ke arahku. "Mohon maaf.. Bolehkah saya bertanya ada apa gerangan Yang Mulia Ratu hadir di konferensi?" Seorang Menteri yang terlihat seperti tidak senang dengan kehadiranku bertanya.Aku menampilkan senyuman ramah. "Apakah ada larangan bagi seorang Ratu menghadiri konferensi?" Tanyaku dengan penuh wibawa. Aish lihatlah Victor, bukankah istrimu sangat keren?"E..Ti.. Tidak ada Yang Mulia.." Jawabnya terbata."Lagi pula, aku di sini hanya menemani suamiku, silahkan kalian bisa memulai konferensi tanpa menghiraukan keberadaanku.""Ba.. Baik Yang Mulia"Victor berdehem pelan. "Jadi hal apa yang harus kita bahas di konferensi hari ini?" Tanya Victor memulai konferensi."Ini tentang pengangkatan Menteri baru, baginda Raja..""Ah betul, aku hampir lupa. Ada beberapa Menteri yang harus aku ganti." "Mohon maaf Baginda, apa
Beberapa hari di istana membuat otot-ototku kaku. Tidak ada pekerjaan untuk seorang Ratu selain mengurus Selir dan berusaha mengandung ahli waris. Ah itu sangat membuatku muak! "Dayang Utarii" Teriakku memanggil Dayang Utari."Ada apa Yang Mulia?" Tanya Dayang Utari dengan napas terengah. Sepertinya ia berlari untuk segera sampai di sini."Aku bosan.""Apa harus kita menyelinap ke luar istana lagi?" Tawar Dayang Utari."Menarik, tapi tidak dulu." Jawabku.Dayang Utari mengangguk."Apa di sini ada tempat jahit kerajaan?""Ada, Yang Mulia.""Benarkah? Dimana?" Semangatku tiba-tiba kembali menggelora."Tepat di samping istana tempat Pangeran Betrand tinggal."Aku segera berlari membuat Dayang Utari segera mengejarku."Yang Mulia.. Kau mau kemana?""Ayo kita buat karya yang luar biasa!" Ucapku berteriak karena jarak Dayang Utari dan aku cukup jauh.Sangking senangnya, aku tidak memperhatikan arah jalan. Alhasil, tubuhku menabrak tubuh seseorang. Aku terjatuh karena tidak bisa mengatur ke
"Dayang Utari, ayo cepatttt" "Tunggu saya Yang Mulia.." Dayang Utari mengejarku dengan napas ngos-ngosan. Aku tidak peduli, aku ingin cepat sampai ke tempat penjahit kerajaan.Setelah berlari sekitar sepuluh menit, aku akhirnya sampai di tempat tujuan.Para penjahit kerajaan sudah menungguku. Mereka memberi hormat saat tau aku datang."Yang Mulia.."Aku tersenyum menyambut hormat mereka."Wawww siapa yang sudah menghias tempat jahitku?" Tanyaku takjub dengan tampilan tempat jahitku yang di penuhi hiasan corak bunga."Kami mendapatkan ide untuk menghias tempat jahit ini dari Pangeran Betrand."Aku mengerutkan alis. "Pangeran Betrand?" Tanyaku tidak faham.Mereka mengangguk."Jarak tempat ini dengan istana Pangeran Betrand bersebelahan. Pangeran Betrand beberapa kali sering menghabiskan waktu disini. Dan ketika Pangeran Betrand tau Yang Mulia akan menjahit disini, Pangeran Betrand menyarankan kami untuk menghias tempat jahit Yang Mulia agar Yang Mulia merasa nyaman.""Waahhh terima k
"Ratu.."Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Victor. Ia datang menemuiku. Entah untuk apa."Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau ada di danau."Aku menatap Victor penuh curiga. Kenapa sikapnya menjadi sedikit lebih hangat dari biasanya?"Apa? Kau mau apa?" Tanyaku sinis.Victor tersenyum."Ku dengar, akhir-akhir ini Ratu sering menghabiskan waktu di tempat penjahit kerajaan?""Iya. Tidak sepertimu yang menghabiskan waktu di istana Selir." Sindirku.Lihatlah pria tidak tau malu ini. Dia malah senyum-senyum sendiri. "Apa Ratu cemburu?" Goda Victor.Aku melayangkan tatapan tajam."Aku tidak punya waktu untuk cemburu! Habiskan saja semua waktumu bersama kekasihmu itu. Aku tidak peduli!"Victor terkekeh sambil mengangguk-angguk. "Baiklah jika begitu.""Cuih! Jadi kau kesini hanya untuk pamer?" Tanyaku memang dengan nada yang sedikit keterlaluan. Maafkan."Tentu saja tidak.""Aku membawa kabar gembira untuk Ratu.""Benarkah? Apa?" Tanyaku dengan semangat."Pembangunan desa