"Yang Mulia Alena.. apa kau sudah bangun?"
Aku menggeliat untuk meregangkan otot-ototku. Dayang Utari benar-benar mengganggu perjalanan tamasyaku di pulau kasur.Lihat apa yang terjadi, Dayang utari bahkan membawa parade ke kamarku. Kehidupan di istana memang selalu tidak bisa di tebak!"Ada apa? Kenapa Dayang Utari membawa pasukan ke kamarku?" Tanyaku dengan setengah kesadaran."Apa Yang Mulia Alena lupa? Hari ini hari pernikahan Yang Mulia..""Pernikahan? Aku?"Aku mencoba menggunakan otak cairku untuk mengingat tujuanku ada di istana ini."Oh benar! Hari ini aku akan menikah dengan si brandal Victor!" Seruku membuat semua dayang terkejut.Aku segera berdiri dan melompat. Bagaimana bisa aku melupakan momen sepenting ini? Otakku terlalu lemot, perlu ku isi batrei agar lebih kencang."Baiklah, langkah awal apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku tidak sabar.Para dayang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku tau, aku memang menggemaskan sehingga mengundang senyuman untuk kalian, tapi stop! Kita tidak punya waktu untuk itu."Ayo cepat katakan. Aku harus melakukan apa sebagai calon pengantin?"Dayang Utari mendekatiku."Langkah awal, Yang Mulia Alena harus melepaskan terlebih dahulu selimut yang melilit di tubuh Yang Mulia Alena." ucap dayang Utari sambil membantu melepaskan lilitan selimut di tubuhku.Aku nyengir menahan malu."Selimut sialan itu! Kenapa kau betah sekali menempel di tubuhku?!" Gerutuku pada selimut yang tidak berdosa itu."Yang Mulia Alena, bunga-bunga sudah siap di air. Sialhkan Yang Mulia Alena mandi dengan nyaman di bak."Aku menatap bak yang terisi dengan air dan berbagai jenis bunga. Wanginya benar-benar memanjakan hidung mancungku."Baiklah jika kalian memaksa." Jawabku lalu segera mandi manja di bak yang di penuh bunga. Jika bisa aku isi dengan pelet, mungkin akan aku sertakan juga agar si kampret Victor mencintaiku.Setelah selsai, aku mengenakan gaun putih yang sangat indah. Desainnya di buat semewah mungkin, membuat siapapun yang mengenakannya, akan terlihat menawan."Wahhh cantik sekali kau Alena, kau bahkan mengalahkan kecantikan selir pilihan Victor." ucapku memuji diriku yang berada di bercermin.Para dayang hanya tersenyum, tidak mau menanggapi kegilaanku, mungkin."Yang Mulia Alena memang yang paling cantik." puji dayang Utari membuat senyumanku semakin mengembang.Aku hanya mengangguk-angguk mengiyakan. Ahh susah sekali menghilangkan sifat sombongku ini.****"Dengan ini, kalian berdua resmi menjadi suami istri.."Aku tersenyum menatap Victor yang juga menatapku. Hari ini harusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Victor, tapi lihatlah tatapan dingin itu. Ingin sekali aku menusuk matanya dengan garpu!Aku dan Victor duduk di singgasana, menerima ucapan selamat dari para Menteri. Ahhh hari yang melelahkan."Tidak bisakah kau menampilkan senyuman saat menerima ucapan selamat dari para Menteri?" Tanyaku berbisik di telinga Victor.Victor seperti benar-benar membenci pernikahan ini. Aku mengerti akan hal itu, tapi bisakah dia berpura-pura di situasi seperti ini?"Tidak ada hal yang mengharuskan aku tersenyum." jawab Victor sangat kejam dan menusuk ulu hatiku."Aish.. Kau benar-benar Raja dan suami yang buruk!" Nyinyirku.Victor membalasku dengan tatapan tajam. Cih, apa dia pikir aku akan takut dengan tatapan tajamnya? Tidak sama sekali! Aku lebih takut kehabisan ayam bakar daripada tatapannya.****Setelah menghabiskan seharian dengan menerima ucapan selamat, aku akhirnya bisa merebahkan tubuhku di kasur yang sangat empuk. Karena aku sudah resmi menjadi Ratu, Istanaku juga di pindahkan. Aku kini menempati Istana Aelor, Istana utama.Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Victor yang terlihat sama lelahnya denganku."Minggir!"Aku menatap Victor pernuh tanya."Kasur ini milikku, aku tidak biasa berbagi."Aku melototkan mataku, benar-benar bedebah kejam!"Maksudnya, kau mengusir istrimu sendiri?"Victor tidak menjawab, ia malah mengambil selimut lalu melemparkannya padaku."Maaf, tapi aku yakin kau sudah terbiasa dengan lantai dingin."Aish, bahkan sekarang dia malah menghinaku."Dasar brandal kampret! Sepertinya hati anjing lebih mulia dari pada hatimu.""Aku tidak butuh perbandingan darimu."Aku tidak membalas, aku hanya memutar bola mata. Tubuhku terlalu lelah untuk menghadapi pria sialan ini.Aku segera membentangkan selimut di lantai sebagai alas untuk tidurku. Sebelum membaringkan tubuhku, aku mengusap lembut lantainya. "Sepertinya mulai sekarang kita akan menjadi teman. Jangan memberikan rasa dingin pada teman barumu ini, ya?!" Ucapku pada lantai yang mungkin sekarang tengah menertawakan nasibku."Oh iya, hampir lupa.." Victor tiba-tiba terbangun dari tidurnya."Apa lagi?!" Tanyaku dengan nada suara yang sengaja aku tinggikan."Jangan melupakan tentang Roseline yang akan menjadi selirku.""Ahh Roseline.. Nama yang mudah untuk aku lupakan. Maaf!" Balasku dengan acuh. Wanita itu memang terlalu sulit untuk diingat."Tidak masalah. Aku hanya ingin kau segera menobatkan dia sebagai selirku""Aku terlalu sibuk hingga tidak punya waktu untuk itu.""Akan aku memberi perintah agar besok tidak ada yang bisa mengganggumu."Aku menatap tajam pada Victor lalu mengangguk-angguk."Kau benar-benar seorang Raja." Nyinyirku dengan senyuman sinis.Victor tidak menjawab, lalu kembali melanjutkan tidurnya.aku melakukan hal yang sama, tapi selimut yang di berikan Victor tidak cukup tebal untuk membuat tubuhku nyaman. Aku mencoba mencari posisi yang nyaman agar aku bisa terlelap, tapi sayang mataku sama sekali tidak ingin terpejam.Aku segera duduk dan menyelimuti tubuhku dengan selimut yang aku gunakan sebagai alas tidurku."Baik, karena hari ini hari pertamaku menjadi Ratu, aku akan merayakannya dengan berjaga sepanjang malam.""Mari kita cari permainan apa yang bisa menghibur suasana hatiku"Aku menatap sekeliling, entah mencari apa. Yang jelas, aku membutuhkan sesuatu untuk menemani malamku.Pandanganku terhenti pada sosok Victor yang tengah tertidur lelap di kasur. Dengan pelan, aku mendekat ke arahnya.Aku menatap lekat wajah pria yang sekarang menjadi suamiku."Saat tertidur, kau tampak seperti bayi yang tenang." Gumamku tanpa sadar."Aku berharap hal-hal baik selalu menyertaimu. Meskipun seleramu kurang baik, karena memilih Roseline yang jauh lebih buruk dariku.." Sambungku dengan senyuman yang terasa seperti senyuman ketir.Ah sial! Suasana hatiku kembali memburuk saat mengingat Roseline. Jika di pikir-pikir, wajahku dengan wajah Roseline sangat jauh berbeda. Aku tentu lebih cantik darinya. Aku rasa, aku juga lebih pintar dan lebih baik darinya.Tapi, apa yang membuat Victor begitu mencintai wanita itu? Ah benar, cinta memang buta. Atau mungkin saja ada hal istimewa dari Roseline yang membuat Victor jatuh cinta padanya. Beruntung sekali menjadi Roseline.Suasana hatiku tambah buruk, apalagi saat melihat Victor tidur dengan sangat nyaman. Rasa kesalku semakin membara.Aku segera berjalan ke arah kasur. Dengan tanpa dosanya, kakiku menendang halus tubuh Victor. Tubuh Victor kehilangan kendali dan berguling ke bawah lantai. Puas sekali menonton pemandangan langka ini.Victor terlihat marah dan menatapku dengan tatapan seperti ingin menerkam."Ups, Maaf. Ayahku membesarkanku dengan hati-hati. Dia pasti sedih jika tau putri semata wayangnya tidur di lantai." ucapku segera menarik selimut yang ada di tubuh Victor lalu aku gunakan untuk menyelimuti tubuhku.Victor tidak membalas. Ia terlihat seperti pasrah dan segera mengambil alih selimut yang tadi ia lemparkan padaku.Aku tidak tinggal diam, segera aku rampas selimut itu dan aku gunakan juga untuk menyelimuti tubuhku.Victor lagi-lagi menatapku tajam. Aku hanya membalas dengan senyuman semanis mungkin."Udara malam ini cukup dingin. Istrimu ini sangat kedinginan dan membutuhkan dua selimut untuk menghangatkan tubuhnya." Ucapku lalu segera berbalik badan dan tertidur lelap.Aku tidak peduli dengan apa yang akan di lakukan Victor. Jika dia kedinginan, minta saja sana selimut dari kekasihnya!Bersambung..."Kenapa harus aku yang mengunjungi mereka? Aku yang menikah tapi aku yang repot-repot memberi salam pada mereka."Aku terus mengoceh di sepanjang jalan. Meskipun tubuhku di angkut tandu, tetap saja aku sedang malas bertemu orang-orang di istana."Mohon jaga ucapanmu, Yang Mulia. Mereka adalah ibu dan nenek mertuamu. Kau yang memang seharusnya menyapa mereka."Aku memutar bola mata malas. "Baiklah, menantu yang baik hati ini akan menyapa ibu dan nenek mertuanya." Balasku tidak ingin bertele-tele. Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai di istana tempat Nenek Ratu Agung alias nenek mertuaku tempati. Aku segera masuk ke dalam istana. Ternyata bukan hanya ada ibu Ratu Agung, Ibu Suri alias ibu mertuaku juga ada di sana.Aku memberi hormat pada keduanya. Bagaimanapun aku sedang berusahan menjadi menantu yang sempurna."Bagaimana perasaan nenek dan ibu hari ini?" Tanyaku dengan sangat sopan santun.Nenek Ratu Agung tersenyum padaku. "Tidur nenek sangat nyenyak malam ini karena nenek ak
"Yang Mulia benar akan melakukan ini?" Dayang Utari bertanya dengan raut wajah khawatir.Aku mengangguk mantap. "Yakinnn. Di istana terlalu membosankan. Aku akan kembali memulai hobiku yang tertunda, jadi aku butuh beberapa kain untuk membuatnya.""Biar para dayang saja yang mencari kain untuk Yang Mulia."Aku menggeleng. "Tidak, aku ingin mencarinya sendiri." Dayang Utari tidak menjawab lagi. Aku menatap dayang Utari dengan senyuman untuk meyakinkan. "Aku akan baik-baik saja.""Tapi di luar istana sangat berbahaya.""Siapa bilang? Di luar istana sangat menyenangkan." Sergahku."Jika begitu, saya akan ikut menemani Yang Mulia."Aish dayang Utari benar-benar seperti ekorku yang selalu ikut kemanapun aku pergi."Baiklah. Segera ganti pakaianmu untuk menyamar." Titahku. Dayang Utari mengangguk segera bergegas untuk mengganti pakaiannya.****"Waaahhhh.." Dayang Utari melongo untuk beberapa saat. Ia nampak terpesona dengan keramaian pasar."Tidak seburuk itu, kan?" Tanyaku.Dayang Utar
Aku duduk di samping Victor menghadap para Menteri. Aku bisa lihat ekpresi terkejut mereka saat melihat kehadiranku di konferensi. Terkecuali Ayah, terlihat Ayah tersenyum ke arahku. "Mohon maaf.. Bolehkah saya bertanya ada apa gerangan Yang Mulia Ratu hadir di konferensi?" Seorang Menteri yang terlihat seperti tidak senang dengan kehadiranku bertanya.Aku menampilkan senyuman ramah. "Apakah ada larangan bagi seorang Ratu menghadiri konferensi?" Tanyaku dengan penuh wibawa. Aish lihatlah Victor, bukankah istrimu sangat keren?"E..Ti.. Tidak ada Yang Mulia.." Jawabnya terbata."Lagi pula, aku di sini hanya menemani suamiku, silahkan kalian bisa memulai konferensi tanpa menghiraukan keberadaanku.""Ba.. Baik Yang Mulia"Victor berdehem pelan. "Jadi hal apa yang harus kita bahas di konferensi hari ini?" Tanya Victor memulai konferensi."Ini tentang pengangkatan Menteri baru, baginda Raja..""Ah betul, aku hampir lupa. Ada beberapa Menteri yang harus aku ganti." "Mohon maaf Baginda, apa
Beberapa hari di istana membuat otot-ototku kaku. Tidak ada pekerjaan untuk seorang Ratu selain mengurus Selir dan berusaha mengandung ahli waris. Ah itu sangat membuatku muak! "Dayang Utarii" Teriakku memanggil Dayang Utari."Ada apa Yang Mulia?" Tanya Dayang Utari dengan napas terengah. Sepertinya ia berlari untuk segera sampai di sini."Aku bosan.""Apa harus kita menyelinap ke luar istana lagi?" Tawar Dayang Utari."Menarik, tapi tidak dulu." Jawabku.Dayang Utari mengangguk."Apa di sini ada tempat jahit kerajaan?""Ada, Yang Mulia.""Benarkah? Dimana?" Semangatku tiba-tiba kembali menggelora."Tepat di samping istana tempat Pangeran Betrand tinggal."Aku segera berlari membuat Dayang Utari segera mengejarku."Yang Mulia.. Kau mau kemana?""Ayo kita buat karya yang luar biasa!" Ucapku berteriak karena jarak Dayang Utari dan aku cukup jauh.Sangking senangnya, aku tidak memperhatikan arah jalan. Alhasil, tubuhku menabrak tubuh seseorang. Aku terjatuh karena tidak bisa mengatur ke
"Dayang Utari, ayo cepatttt" "Tunggu saya Yang Mulia.." Dayang Utari mengejarku dengan napas ngos-ngosan. Aku tidak peduli, aku ingin cepat sampai ke tempat penjahit kerajaan.Setelah berlari sekitar sepuluh menit, aku akhirnya sampai di tempat tujuan.Para penjahit kerajaan sudah menungguku. Mereka memberi hormat saat tau aku datang."Yang Mulia.."Aku tersenyum menyambut hormat mereka."Wawww siapa yang sudah menghias tempat jahitku?" Tanyaku takjub dengan tampilan tempat jahitku yang di penuhi hiasan corak bunga."Kami mendapatkan ide untuk menghias tempat jahit ini dari Pangeran Betrand."Aku mengerutkan alis. "Pangeran Betrand?" Tanyaku tidak faham.Mereka mengangguk."Jarak tempat ini dengan istana Pangeran Betrand bersebelahan. Pangeran Betrand beberapa kali sering menghabiskan waktu disini. Dan ketika Pangeran Betrand tau Yang Mulia akan menjahit disini, Pangeran Betrand menyarankan kami untuk menghias tempat jahit Yang Mulia agar Yang Mulia merasa nyaman.""Waahhh terima k
"Ratu.."Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Victor. Ia datang menemuiku. Entah untuk apa."Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau ada di danau."Aku menatap Victor penuh curiga. Kenapa sikapnya menjadi sedikit lebih hangat dari biasanya?"Apa? Kau mau apa?" Tanyaku sinis.Victor tersenyum."Ku dengar, akhir-akhir ini Ratu sering menghabiskan waktu di tempat penjahit kerajaan?""Iya. Tidak sepertimu yang menghabiskan waktu di istana Selir." Sindirku.Lihatlah pria tidak tau malu ini. Dia malah senyum-senyum sendiri. "Apa Ratu cemburu?" Goda Victor.Aku melayangkan tatapan tajam."Aku tidak punya waktu untuk cemburu! Habiskan saja semua waktumu bersama kekasihmu itu. Aku tidak peduli!"Victor terkekeh sambil mengangguk-angguk. "Baiklah jika begitu.""Cuih! Jadi kau kesini hanya untuk pamer?" Tanyaku memang dengan nada yang sedikit keterlaluan. Maafkan."Tentu saja tidak.""Aku membawa kabar gembira untuk Ratu.""Benarkah? Apa?" Tanyaku dengan semangat."Pembangunan desa
Victor benar-benar berada tepat di depanku. Ia segera menempelkan pedangnya di leherku.Aku menelan ludah. Keringat panas dingin sudah bercucuran. Dengan nafas memburu, Victor memejamkan matanya lalu mengayunkan pedangnya ke leherku.."ALENA.."Belum sempat pedangnya sampai di leherku suara panggilan dari Willy menghentikan kegiatan Victor. Victor segera mengambil kain yang tadi terjatuh dan menutup wajahnya.Willy segera menghampiriku. Tanpa aba-aba ia mengerluarkan pedangnya dan menyerang Victor. Terjadilah perang pedang antara Victor dan Willy.Aku menatap lurus ke depan. Meskipun aku tidak tau apa yang aku tatap karena pandanganku mulai kabur. Aku syok bukan main. Orang yang harusnya melindungiku malah berusaha membunuhku.Dengan lemas, tubuhku ambruk namun masih dalam kesadaran yang hanya tinggal setengah."Yang Mulia Ratu!.."Willy menghentikan pertempurannya. Ia segera menghampiriku. Victor tidak ambil pusing, ia segera berlari kabur entah kemana."Apa kau baik-baik saja?" Tan
"Baginda Raja.. Yang Mulia Ratu..""Apakah kalian sudah bangun?"Suara teriakan dari luar membuat aku terbangun dari tidur. Begitu juga dengan Victor yang nampak menggeliat."Kenapa kau masih di kamarku?" Tanyaku. Posisi Victor tidak berubah dari posisi semalam. Ia tetap berada di lantai tanpa alas apapun."Apa kau gila? Kau bisa sakit jika tidur di lantai!" Cercaku segera mengangkat tubuh Victor ke atas kasur."Kenapa kau peduli?" Tanya Victor dengan santainya."Kau adalah seorang Raja. Bagaimana jika kau sakit lalu meninggal? Semua rakyatmu akan menyerangku karena menuduhku menjadi penyebab kematianmu." Cerocosku.Victor terkekeh kecil. "Apa kau sudah melupakan kemarahanmu yang semalam?" "Aku manusia yang mudah terenyuh saat melihat orang yang menyedihkan. Hari ini kau terlihat sangat menyedihkan jadi ak..""Kau masih peduli pada orang yang mencoba membunuhmu?""Kau memang manusia bodoh." Pangkas Victor."Para Dayang dan Kasimmu akan segera masuk. Setidaknya aku harus berpura-pura