Beranda / Fiksi Sejarah / Ratu barbarku / Kau akan benar-benar mati di tanganku.

Share

Kau akan benar-benar mati di tanganku.

Penulis: Sela Mulia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Victor benar-benar berada tepat di depanku. Ia segera menempelkan pedangnya di leherku.

Aku menelan ludah. Keringat panas dingin sudah bercucuran.

Dengan nafas memburu, Victor memejamkan matanya lalu mengayunkan pedangnya ke leherku..

"ALENA.."

Belum sempat pedangnya sampai di leherku suara panggilan dari Willy menghentikan kegiatan Victor. Victor segera mengambil kain yang tadi terjatuh dan menutup wajahnya.

Willy segera menghampiriku. Tanpa aba-aba ia mengerluarkan pedangnya dan menyerang Victor. Terjadilah perang pedang antara Victor dan Willy.

Aku menatap lurus ke depan. Meskipun aku tidak tau apa yang aku tatap karena pandanganku mulai kabur. Aku syok bukan main. Orang yang harusnya melindungiku malah berusaha membunuhku.

Dengan lemas, tubuhku ambruk namun masih dalam kesadaran yang hanya tinggal setengah.

"Yang Mulia Ratu!.."

Willy menghentikan pertempurannya. Ia segera menghampiriku. Victor tidak ambil pusing, ia segera berlari kabur entah kemana.

"Apa kau baik-baik saja?" Tan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ratu barbarku   Aku menyerah menjadi Ratu.

    "Baginda Raja.. Yang Mulia Ratu..""Apakah kalian sudah bangun?"Suara teriakan dari luar membuat aku terbangun dari tidur. Begitu juga dengan Victor yang nampak menggeliat."Kenapa kau masih di kamarku?" Tanyaku. Posisi Victor tidak berubah dari posisi semalam. Ia tetap berada di lantai tanpa alas apapun."Apa kau gila? Kau bisa sakit jika tidur di lantai!" Cercaku segera mengangkat tubuh Victor ke atas kasur."Kenapa kau peduli?" Tanya Victor dengan santainya."Kau adalah seorang Raja. Bagaimana jika kau sakit lalu meninggal? Semua rakyatmu akan menyerangku karena menuduhku menjadi penyebab kematianmu." Cerocosku.Victor terkekeh kecil. "Apa kau sudah melupakan kemarahanmu yang semalam?" "Aku manusia yang mudah terenyuh saat melihat orang yang menyedihkan. Hari ini kau terlihat sangat menyedihkan jadi ak..""Kau masih peduli pada orang yang mencoba membunuhmu?""Kau memang manusia bodoh." Pangkas Victor."Para Dayang dan Kasimmu akan segera masuk. Setidaknya aku harus berpura-pura

  • Ratu barbarku   Si Kampret dan si Victor.

    "Waaahh lucunyaaa"Aku menyentuh sebuah jepitan rambut yang di hiasi oleh mutiara. Desainnya sederhana namun terlihat mewah."Apa kau ingin itu? Biar ku belikan."Victor mengeluarkan uang dari saku celananya bersiap untuk membayar jepit rambut yang aku sentuh."Tidak terima kasih. Aku sudah memiliki banyak jepit rambut." Aku kembali melanjutkan berjalan untuk melihat-lihat."Tapi kau belum memiliki model jepit rambut yang seperti itu, kan? Biarkan aku membelikannya untukmu."Aku menoleh sebentar. "Memang tidak. Tapi jepit rambutku jauh lebih bagus dan lebih mahal dari jepit rambut tadi." Ungkapku acuh.Victor mengangguk-angguk pelan. "Kau memang seorang Ratu yang memiliki sifat sombong." "Terima kasih atas pujiannya."Victor kini menggeleng-geleng kepala. "Bagaimana bisa seorang yang sombong sepertimu di cintai oleh rakyatmu." Heran Victor.Tidak seperti sebelum-sebelumnya, Victor hari ini lebih banyak berbicara dari biasanya. Aku sebenarnya sedang menahan rasa senangku, hatiku ben

  • Ratu barbarku   Ayam Ratu menghilang.

    "Aaahhh nyamannya.."Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Otot-ototku terasa kaki setelah aku gunakan untuk berjalan seharian."Tidak ada kasur terempuk selain kasur di istana.." "Dasar tubuh lemah!" Cercaku pada diriku sendiri.Aku mengganti posisi tidurku menjadi telentang, kedua tangan dan kakiku ku biarkan terbuka lebar-lebar."Menikmati kasur sendirian adalah yang terbaik!""Baginda Raja datang..""Tunggu, jangan dulu di bu.."Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Victor sudah berada di hadapanku dengan pandangan terkejut. Aku yang kepalang malu, tidak bisa berbuat apa-apa selain mengutuk dalam hati.Aku tertawa menutupi rasa maluku sambil dengan pelan menutup kedua kakiku yang tadi ku biarkan terbuka lebar."Ratu, tidurmu mirip seperti kodok." Sungut Victor segera duduk di sampingku.Aku segera duduk dari tidurku."Apa kau tidak punya waktu untuk mengunjungi selir kesayanganmu? Kenapa kau selalu datang dan tidur di istanaku?" Cerocosku yang tidak di indahkan oleh Victor.Vi

  • Ratu barbarku   Raja sempurna itu, calon suamiku.

    Suasana ramai dari pasar tidak membuat pikiranku menjadi lebih tenang. Bayangan ketika aku harus memasuki istana terus terngiang di pikiranku. takdir yang sangat terkutuk!"KAU PIKIR SIAPA KAU SAMPAI BISA MENUNTUT PERTANGGUNG JAWABAN DARIKU?""Ampuni hamba tuan, tapi anak ini memang darah daging tuan""PEREMPUAN GILA! JANDA MALAM SEPERTIMU MUSTAHIL HANYA TIDUR DENGANKU, KAU PASTI SUDAH MENGHABISKAN MALAM DENGAN PRIA LAIN JUGA KAN?!"Aku menatap ke arah kerumunan. Entah apa yang menarik disana sehingga mengundang banyak orang untuk berkumpul.Sepertinya ini akan menjadi tontonan yang menarik, aku yang butuh hiburan tidak mungkin melewatkan momen langka ini.Aku segera berjalan bergabung dengan kerumunan untuk melihat apa yang sedang terjadi."lagipula kenapa janda sepertimu masih bertahan hidup? bukannya menjadi janda lebih hina dari anjing liar?"Aku menatap wanita yang berlutut sambil menahan tangis. Di pipi kanannya terdapat darah mengalir seperti bekas tamparan. Pemandangan buruk m

  • Ratu barbarku   Kita saling mencintai.

    Akhirnya hari yang ku tunggu sudah tiba. Hari ini adalah hari dimana aku akan memasuki istana. Aku mempersiapkan segalanya agar terlihat sempurna di mata Victor. Berbahaya jika aku di gulingkan hanya karena setitik kesalahan. "Jadilah Ratu yang baik untuk suamimu juga untuk rakyatmu"Ayah mengusap puncak kepalaku dengan lembut. Putri semata wayangnya akan segera menjadi istri orang lain. Aku melihat tatapan tidak rela di mata ayah, tapi sebisa mungkin ayah menyembunyikannya."Ayah tenang saja. Alena akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi Ratu yang di cintai rakyatnya..""Ayah percaya sepenuhnya padamu""Kita akan berangkat sekarang Yang Mulia.."Aku mengangguk, dan segera masuk ke dalam tandu kerajaan. "Sampai jumpa di istana.." Ayah melambaikan tangannya, aku membalasnya dengan senyuman. Kita akan bertemu lagi di istana karena ayahku adalah seorang penasihat kerajaan. Ia sudah mengabdi pada kerajaan sejak aku belum di lahirkan, sekitar dua puluh tahun lalu, sebelum Raja Victor

  • Ratu barbarku   Hari pernikahan tiba.

    "Yang Mulia Alena.. apa kau sudah bangun?"Aku menggeliat untuk meregangkan otot-ototku. Dayang Utari benar-benar mengganggu perjalanan tamasyaku di pulau kasur.Lihat apa yang terjadi, Dayang utari bahkan membawa parade ke kamarku. Kehidupan di istana memang selalu tidak bisa di tebak!"Ada apa? Kenapa Dayang Utari membawa pasukan ke kamarku?" Tanyaku dengan setengah kesadaran."Apa Yang Mulia Alena lupa? Hari ini hari pernikahan Yang Mulia..""Pernikahan? Aku?"Aku mencoba menggunakan otak cairku untuk mengingat tujuanku ada di istana ini. "Oh benar! Hari ini aku akan menikah dengan si brandal Victor!" Seruku membuat semua dayang terkejut.Aku segera berdiri dan melompat. Bagaimana bisa aku melupakan momen sepenting ini? Otakku terlalu lemot, perlu ku isi batrei agar lebih kencang."Baiklah, langkah awal apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku tidak sabar.Para dayang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku tau, aku memang menggemaskan sehingga mengundang senyuman untuk ka

  • Ratu barbarku   Penobatan selir.

    "Kenapa harus aku yang mengunjungi mereka? Aku yang menikah tapi aku yang repot-repot memberi salam pada mereka."Aku terus mengoceh di sepanjang jalan. Meskipun tubuhku di angkut tandu, tetap saja aku sedang malas bertemu orang-orang di istana."Mohon jaga ucapanmu, Yang Mulia. Mereka adalah ibu dan nenek mertuamu. Kau yang memang seharusnya menyapa mereka."Aku memutar bola mata malas. "Baiklah, menantu yang baik hati ini akan menyapa ibu dan nenek mertuanya." Balasku tidak ingin bertele-tele. Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai di istana tempat Nenek Ratu Agung alias nenek mertuaku tempati. Aku segera masuk ke dalam istana. Ternyata bukan hanya ada ibu Ratu Agung, Ibu Suri alias ibu mertuaku juga ada di sana.Aku memberi hormat pada keduanya. Bagaimanapun aku sedang berusahan menjadi menantu yang sempurna."Bagaimana perasaan nenek dan ibu hari ini?" Tanyaku dengan sangat sopan santun.Nenek Ratu Agung tersenyum padaku. "Tidur nenek sangat nyenyak malam ini karena nenek ak

  • Ratu barbarku   Kisah cinta kodok dan tawon.

    "Yang Mulia benar akan melakukan ini?" Dayang Utari bertanya dengan raut wajah khawatir.Aku mengangguk mantap. "Yakinnn. Di istana terlalu membosankan. Aku akan kembali memulai hobiku yang tertunda, jadi aku butuh beberapa kain untuk membuatnya.""Biar para dayang saja yang mencari kain untuk Yang Mulia."Aku menggeleng. "Tidak, aku ingin mencarinya sendiri." Dayang Utari tidak menjawab lagi. Aku menatap dayang Utari dengan senyuman untuk meyakinkan. "Aku akan baik-baik saja.""Tapi di luar istana sangat berbahaya.""Siapa bilang? Di luar istana sangat menyenangkan." Sergahku."Jika begitu, saya akan ikut menemani Yang Mulia."Aish dayang Utari benar-benar seperti ekorku yang selalu ikut kemanapun aku pergi."Baiklah. Segera ganti pakaianmu untuk menyamar." Titahku. Dayang Utari mengangguk segera bergegas untuk mengganti pakaiannya.****"Waaahhhh.." Dayang Utari melongo untuk beberapa saat. Ia nampak terpesona dengan keramaian pasar."Tidak seburuk itu, kan?" Tanyaku.Dayang Utar

Bab terbaru

  • Ratu barbarku   Ayam Ratu menghilang.

    "Aaahhh nyamannya.."Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Otot-ototku terasa kaki setelah aku gunakan untuk berjalan seharian."Tidak ada kasur terempuk selain kasur di istana.." "Dasar tubuh lemah!" Cercaku pada diriku sendiri.Aku mengganti posisi tidurku menjadi telentang, kedua tangan dan kakiku ku biarkan terbuka lebar-lebar."Menikmati kasur sendirian adalah yang terbaik!""Baginda Raja datang..""Tunggu, jangan dulu di bu.."Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Victor sudah berada di hadapanku dengan pandangan terkejut. Aku yang kepalang malu, tidak bisa berbuat apa-apa selain mengutuk dalam hati.Aku tertawa menutupi rasa maluku sambil dengan pelan menutup kedua kakiku yang tadi ku biarkan terbuka lebar."Ratu, tidurmu mirip seperti kodok." Sungut Victor segera duduk di sampingku.Aku segera duduk dari tidurku."Apa kau tidak punya waktu untuk mengunjungi selir kesayanganmu? Kenapa kau selalu datang dan tidur di istanaku?" Cerocosku yang tidak di indahkan oleh Victor.Vi

  • Ratu barbarku   Si Kampret dan si Victor.

    "Waaahh lucunyaaa"Aku menyentuh sebuah jepitan rambut yang di hiasi oleh mutiara. Desainnya sederhana namun terlihat mewah."Apa kau ingin itu? Biar ku belikan."Victor mengeluarkan uang dari saku celananya bersiap untuk membayar jepit rambut yang aku sentuh."Tidak terima kasih. Aku sudah memiliki banyak jepit rambut." Aku kembali melanjutkan berjalan untuk melihat-lihat."Tapi kau belum memiliki model jepit rambut yang seperti itu, kan? Biarkan aku membelikannya untukmu."Aku menoleh sebentar. "Memang tidak. Tapi jepit rambutku jauh lebih bagus dan lebih mahal dari jepit rambut tadi." Ungkapku acuh.Victor mengangguk-angguk pelan. "Kau memang seorang Ratu yang memiliki sifat sombong." "Terima kasih atas pujiannya."Victor kini menggeleng-geleng kepala. "Bagaimana bisa seorang yang sombong sepertimu di cintai oleh rakyatmu." Heran Victor.Tidak seperti sebelum-sebelumnya, Victor hari ini lebih banyak berbicara dari biasanya. Aku sebenarnya sedang menahan rasa senangku, hatiku ben

  • Ratu barbarku   Aku menyerah menjadi Ratu.

    "Baginda Raja.. Yang Mulia Ratu..""Apakah kalian sudah bangun?"Suara teriakan dari luar membuat aku terbangun dari tidur. Begitu juga dengan Victor yang nampak menggeliat."Kenapa kau masih di kamarku?" Tanyaku. Posisi Victor tidak berubah dari posisi semalam. Ia tetap berada di lantai tanpa alas apapun."Apa kau gila? Kau bisa sakit jika tidur di lantai!" Cercaku segera mengangkat tubuh Victor ke atas kasur."Kenapa kau peduli?" Tanya Victor dengan santainya."Kau adalah seorang Raja. Bagaimana jika kau sakit lalu meninggal? Semua rakyatmu akan menyerangku karena menuduhku menjadi penyebab kematianmu." Cerocosku.Victor terkekeh kecil. "Apa kau sudah melupakan kemarahanmu yang semalam?" "Aku manusia yang mudah terenyuh saat melihat orang yang menyedihkan. Hari ini kau terlihat sangat menyedihkan jadi ak..""Kau masih peduli pada orang yang mencoba membunuhmu?""Kau memang manusia bodoh." Pangkas Victor."Para Dayang dan Kasimmu akan segera masuk. Setidaknya aku harus berpura-pura

  • Ratu barbarku   Kau akan benar-benar mati di tanganku.

    Victor benar-benar berada tepat di depanku. Ia segera menempelkan pedangnya di leherku.Aku menelan ludah. Keringat panas dingin sudah bercucuran. Dengan nafas memburu, Victor memejamkan matanya lalu mengayunkan pedangnya ke leherku.."ALENA.."Belum sempat pedangnya sampai di leherku suara panggilan dari Willy menghentikan kegiatan Victor. Victor segera mengambil kain yang tadi terjatuh dan menutup wajahnya.Willy segera menghampiriku. Tanpa aba-aba ia mengerluarkan pedangnya dan menyerang Victor. Terjadilah perang pedang antara Victor dan Willy.Aku menatap lurus ke depan. Meskipun aku tidak tau apa yang aku tatap karena pandanganku mulai kabur. Aku syok bukan main. Orang yang harusnya melindungiku malah berusaha membunuhku.Dengan lemas, tubuhku ambruk namun masih dalam kesadaran yang hanya tinggal setengah."Yang Mulia Ratu!.."Willy menghentikan pertempurannya. Ia segera menghampiriku. Victor tidak ambil pusing, ia segera berlari kabur entah kemana."Apa kau baik-baik saja?" Tan

  • Ratu barbarku   Alena yang palsu.

    "Ratu.."Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Victor. Ia datang menemuiku. Entah untuk apa."Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau ada di danau."Aku menatap Victor penuh curiga. Kenapa sikapnya menjadi sedikit lebih hangat dari biasanya?"Apa? Kau mau apa?" Tanyaku sinis.Victor tersenyum."Ku dengar, akhir-akhir ini Ratu sering menghabiskan waktu di tempat penjahit kerajaan?""Iya. Tidak sepertimu yang menghabiskan waktu di istana Selir." Sindirku.Lihatlah pria tidak tau malu ini. Dia malah senyum-senyum sendiri. "Apa Ratu cemburu?" Goda Victor.Aku melayangkan tatapan tajam."Aku tidak punya waktu untuk cemburu! Habiskan saja semua waktumu bersama kekasihmu itu. Aku tidak peduli!"Victor terkekeh sambil mengangguk-angguk. "Baiklah jika begitu.""Cuih! Jadi kau kesini hanya untuk pamer?" Tanyaku memang dengan nada yang sedikit keterlaluan. Maafkan."Tentu saja tidak.""Aku membawa kabar gembira untuk Ratu.""Benarkah? Apa?" Tanyaku dengan semangat."Pembangunan desa

  • Ratu barbarku   Cerita masa lalu.

    "Dayang Utari, ayo cepatttt" "Tunggu saya Yang Mulia.." Dayang Utari mengejarku dengan napas ngos-ngosan. Aku tidak peduli, aku ingin cepat sampai ke tempat penjahit kerajaan.Setelah berlari sekitar sepuluh menit, aku akhirnya sampai di tempat tujuan.Para penjahit kerajaan sudah menungguku. Mereka memberi hormat saat tau aku datang."Yang Mulia.."Aku tersenyum menyambut hormat mereka."Wawww siapa yang sudah menghias tempat jahitku?" Tanyaku takjub dengan tampilan tempat jahitku yang di penuhi hiasan corak bunga."Kami mendapatkan ide untuk menghias tempat jahit ini dari Pangeran Betrand."Aku mengerutkan alis. "Pangeran Betrand?" Tanyaku tidak faham.Mereka mengangguk."Jarak tempat ini dengan istana Pangeran Betrand bersebelahan. Pangeran Betrand beberapa kali sering menghabiskan waktu disini. Dan ketika Pangeran Betrand tau Yang Mulia akan menjahit disini, Pangeran Betrand menyarankan kami untuk menghias tempat jahit Yang Mulia agar Yang Mulia merasa nyaman.""Waahhh terima k

  • Ratu barbarku   Terungkapnya sebuah fakta.

    Beberapa hari di istana membuat otot-ototku kaku. Tidak ada pekerjaan untuk seorang Ratu selain mengurus Selir dan berusaha mengandung ahli waris. Ah itu sangat membuatku muak! "Dayang Utarii" Teriakku memanggil Dayang Utari."Ada apa Yang Mulia?" Tanya Dayang Utari dengan napas terengah. Sepertinya ia berlari untuk segera sampai di sini."Aku bosan.""Apa harus kita menyelinap ke luar istana lagi?" Tawar Dayang Utari."Menarik, tapi tidak dulu." Jawabku.Dayang Utari mengangguk."Apa di sini ada tempat jahit kerajaan?""Ada, Yang Mulia.""Benarkah? Dimana?" Semangatku tiba-tiba kembali menggelora."Tepat di samping istana tempat Pangeran Betrand tinggal."Aku segera berlari membuat Dayang Utari segera mengejarku."Yang Mulia.. Kau mau kemana?""Ayo kita buat karya yang luar biasa!" Ucapku berteriak karena jarak Dayang Utari dan aku cukup jauh.Sangking senangnya, aku tidak memperhatikan arah jalan. Alhasil, tubuhku menabrak tubuh seseorang. Aku terjatuh karena tidak bisa mengatur ke

  • Ratu barbarku   Desa untuk para janda.

    Aku duduk di samping Victor menghadap para Menteri. Aku bisa lihat ekpresi terkejut mereka saat melihat kehadiranku di konferensi. Terkecuali Ayah, terlihat Ayah tersenyum ke arahku. "Mohon maaf.. Bolehkah saya bertanya ada apa gerangan Yang Mulia Ratu hadir di konferensi?" Seorang Menteri yang terlihat seperti tidak senang dengan kehadiranku bertanya.Aku menampilkan senyuman ramah. "Apakah ada larangan bagi seorang Ratu menghadiri konferensi?" Tanyaku dengan penuh wibawa. Aish lihatlah Victor, bukankah istrimu sangat keren?"E..Ti.. Tidak ada Yang Mulia.." Jawabnya terbata."Lagi pula, aku di sini hanya menemani suamiku, silahkan kalian bisa memulai konferensi tanpa menghiraukan keberadaanku.""Ba.. Baik Yang Mulia"Victor berdehem pelan. "Jadi hal apa yang harus kita bahas di konferensi hari ini?" Tanya Victor memulai konferensi."Ini tentang pengangkatan Menteri baru, baginda Raja..""Ah betul, aku hampir lupa. Ada beberapa Menteri yang harus aku ganti." "Mohon maaf Baginda, apa

  • Ratu barbarku   Kisah cinta kodok dan tawon.

    "Yang Mulia benar akan melakukan ini?" Dayang Utari bertanya dengan raut wajah khawatir.Aku mengangguk mantap. "Yakinnn. Di istana terlalu membosankan. Aku akan kembali memulai hobiku yang tertunda, jadi aku butuh beberapa kain untuk membuatnya.""Biar para dayang saja yang mencari kain untuk Yang Mulia."Aku menggeleng. "Tidak, aku ingin mencarinya sendiri." Dayang Utari tidak menjawab lagi. Aku menatap dayang Utari dengan senyuman untuk meyakinkan. "Aku akan baik-baik saja.""Tapi di luar istana sangat berbahaya.""Siapa bilang? Di luar istana sangat menyenangkan." Sergahku."Jika begitu, saya akan ikut menemani Yang Mulia."Aish dayang Utari benar-benar seperti ekorku yang selalu ikut kemanapun aku pergi."Baiklah. Segera ganti pakaianmu untuk menyamar." Titahku. Dayang Utari mengangguk segera bergegas untuk mengganti pakaiannya.****"Waaahhhh.." Dayang Utari melongo untuk beberapa saat. Ia nampak terpesona dengan keramaian pasar."Tidak seburuk itu, kan?" Tanyaku.Dayang Utar

DMCA.com Protection Status