Home / Fiksi Sejarah / Ratu barbarku / Kita saling mencintai.

Share

Kita saling mencintai.

Author: Sela Mulia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya hari yang ku tunggu sudah tiba. Hari ini adalah hari dimana aku akan memasuki istana. Aku mempersiapkan segalanya agar terlihat sempurna di mata Victor. Berbahaya jika aku di gulingkan hanya karena setitik kesalahan.

"Jadilah Ratu yang baik untuk suamimu juga untuk rakyatmu"

Ayah mengusap puncak kepalaku dengan lembut. Putri semata wayangnya akan segera menjadi istri orang lain. Aku melihat tatapan tidak rela di mata ayah, tapi sebisa mungkin ayah menyembunyikannya.

"Ayah tenang saja. Alena akan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi Ratu yang di cintai rakyatnya.."

"Ayah percaya sepenuhnya padamu"

"Kita akan berangkat sekarang Yang Mulia.."

Aku mengangguk, dan segera masuk ke dalam tandu kerajaan.

"Sampai jumpa di istana.."

Ayah melambaikan tangannya, aku membalasnya dengan senyuman. Kita akan bertemu lagi di istana karena ayahku adalah seorang penasihat kerajaan. Ia sudah mengabdi pada kerajaan sejak aku belum di lahirkan, sekitar dua puluh tahun lalu, sebelum Raja Victor di nobatkan sebagai Raja.

Siapa sangka, putrinya yang cantik ini akan menjadi istri dari Raja yang sering meminta pendapatnya. Memang selalu ada karma baik untuk orang baik sepertiku!

Tandu mulai berjalan, aku tidak berhenti tersenyum. Bayangan kegagahan Victor terus melekat di pikiranku. Aku bahkan sudah menyiapkan hadiah untuk Victor. Sebuah baju musim dingin dengan bordiran inisal VT singkatan dari nama Victor.

"Amalmu terlalu banyak sehingga bisa mendapatkan istri sebaik aku!"

****

Untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di istana. Sebelumnya aku tidak pernah mengunjungi istana meskipun ayahku bekerja di sini. Bagiku tidak ada yang menarik di istana.

"Bagaimana perasaan anda Yang Mulia?"

Aku di sambut oleh seorang Dayang yang usianya mungkin tidak jauh berbeda dengan usiaku.

Aku tersenyum. "Aku tidur nyenyak tadi malam" jawabku seramah yang aku bisa.

"Perkenalkan, saya dayang Utari. Mulai sekarang semua kebutuhan Yang Mulia saya yang urus"

Aku mengangguk. "Terimakasih, mohon bantuannya"

"Ngomong-ngomong, dimana Raja Victor? Aku ingin bertemu untuk menyapa."

"Baginda Raja tengah menghadiri konferensi kerajaan. Yang Mulia bisa menunggunya sebentar di kamar Yang Mulia."

"Oh tidak perlu. Aku akan menunggu di sini saja"

"Tapi di sini cukup panas. Apa Yang Mulia baik-baik saja?"

"Santai. Aku cukup berteman baik dengan matahari." balasku. Jujur saja, kaku sekali berbicara formal seperti ini. Mulutku tidak terbiasa dengan kata-kata sopan.

Aku berjalan berlalu lalang, sudah hampir satu jam menunggu kedatangan Victor namun pria itu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Apa biasanya konferensi kerajaan selama ini?" Tanyaku pada dayang Utari. Hatiku sudah merengek, tidak sabar ingin segera bertemu pujaannya.

"Mungkin ada beberapa urusan yang harus segera di selesaikan hari ini yang menyebabkan konferensinya berjalan sedikit lebih lama dari biasanya"

"Baiklah. Aku bisa menunggu" jawabku dengan sabar.

"Eh tapi.. menurut dayang Utari, Raja Victor seperti apa orangnya?"

Dayang Utari mengembangkan senyumnya. Entah kenapa ia menjadi lebih bersemangat saat menceritakan sosok Victor.

"Baginda Raja adalah laki-laki sempurna. Selain parasnya yang tampan, ia memiliki budi luhur, pengertian, lemah lembut, sosok sempurna untuk menjadi seorang Raja"

Aku mengangguk setuju. Priaku memang sesempurna itu. Ahhh semakin aku mendengar banyak pujian untuk Victor, semakin tidak sabar untuk segera menikah dengannya.

Saat aku tengah asik membicarakan Victor, seorang kasim yang menurut dayang Utari adalah kasim pribadi Victor berjalan ke arah luar istana.

Dayang Utari segera memanggilnya. Lalu kasim tersebut berjalan untuk memberi hormat padaku.

"Yang Mulia.."

Aku membalas dengan senyuman.

"Apa benar kau kasim pribadi Raja?" Tanyaku memastikan.

"Betul, saya kasim baginda Raja. Apakah ada yang bisa saya bantu Yang Mulia?"

"Apa konferensinya belum selesai?"

"Mohon maaf Yang Mulia, Konferensinya sudah selesai sejak tiga puluh menit yang lalu"

Aku mengerutkan kening. Lalu kemana perginya Victorku?

"Tapi kenapa Raja belum keluar dari Aula?"

"Yang Mulia Raja sudah keluar sejak tadi, ia sedang berada di taman sekarang bersa___"

"Oke baik, terimakasih" potongku tanpa mendengar kelanjutan kalimat dari kasim.

"Dayang Utari, ayo kita ke taman!" Perintahku. Aku menjadi sangat bersemangat sehingga berlari untuk segera sampai di taman.

"Yang Mulia.. mohon untuk tidak berlari. Kau akan tersandung jika tidak memperhatikan langkahmu"

"Aishh. Aku ahli dalam berlari. Tenang saja" ucapku meyakinkan.

"Tapi Yang Mulia..."

Aku tidak peduli, dan terus melanjutkan berlari agar segera bertemu dengan Victor.

Setelah sampai di taman, aku bisa melihat punggung gagah Victor. Senyumku kembali mengembang. Segera saja aku menghampiri Victor.

"Astaga.. Yang Mulia Raja.." aku berbicara dengan nafas yang masih tidak beraturan.

Tapi.. pemandangan apa ini? Bukan hanya ada Victor di sini, tapi juga seorang perempuan. Baik Victor maupun perempuan itu sama-sama terkejut dengan kehadiranku.

"Siapa dia?" Bisikku pada dayang Utari yang baru saja sampai setelah berlari mengejarku.

"Dia adalah Nona Roseline, tem___"

"Kekasihku." Jawab Victor sangat mengejutkan hati dan jiwaku.

"Kau pasti Ratu terpilih, kan? Aku Roseline, salam kenal."

Kini aku menatap perempuan yang bernama Roseline tersebut. Aku di buat membeku di tempat.

"Tidak usah terlalu terkejut, kami saling mencintai. Aku harap Yang Mulia Alena tidak menghalangi cinta kami"

Kini aku mengerjapkan kedua mata berkali-kali. Mencoba mencerna apa yang baru saja aku dengar.

"Tapi Raja dan aku akan segera menikah.."

"Pernikahan aku dan kau bukan berarti menjadi penghalang untuk aku dan Roseline. Setelah kita menikah, dia yang akan menjadi selirku"

Bentuk perselingkuhan macam apa ini?! Kenapa sangat terang-terangan di depan calon istrinya sendiri? Tidakkah ini melukai hati kecilku? Baikalah, aku akan bersaing dengen perempuan bernama Roseline ini. Bukan Alena jika harus mundur di tengah jalan. Fighthing!

"Pemilihan Selir di tentukan oleh Ratu, yang berati olehku. Aku akan memilih selir yang lebih baik darinya, kau tau perlu khawatir."

Roselin nampak tersenyum sinis ke arahku. "Coba saja, lakukan sebaik mungkin."

Lihat, Roseline bahkan menantangku. Benar-benar calon Selir yang buruk!

"Baiklah, waktuku terlalu berharga untuk bertemu dua manusia yang sedang berselingkuh ini."

"Dayang Utari, aku yakin masih banyak yang harus kita lakukan, mari kita pergi." ucapku mengajak Dayang Utari untuk segera pergi dari pemandangan menyesakkan ini.

Tapi sebelum pergi, aku menyempatkan melayangkan tatapan tajam pada Roseline dan Victor.

"Aku harap dunia poligami segera hancur!" Cercaku lalu melengos pergi.

"Aish, menghadapi mereka berdua membuat tenagaku hampir habis."

"Apa perasaan Yang Mulia baik-baik saja?" Tanya Dayang Utari menatapku dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja. Roseline bukan lawan sepadan untukku yang hampir mendekati sempurna ini" jawabku seperti sebuah kalimat penyemangat untuk diri sendiri.

Dayang Utari mengangguk. "Tenang saja, Yang Mulia Alena jauh di atas Nona Roseline, saya yakin Baginda Raja tidak buta dengan hal itu."

Aku mengangguk setuju dan segera bergegas untuk melihat seperti apa kamarku di istana ini.

Bersambung...

Related chapters

  • Ratu barbarku   Hari pernikahan tiba.

    "Yang Mulia Alena.. apa kau sudah bangun?"Aku menggeliat untuk meregangkan otot-ototku. Dayang Utari benar-benar mengganggu perjalanan tamasyaku di pulau kasur.Lihat apa yang terjadi, Dayang utari bahkan membawa parade ke kamarku. Kehidupan di istana memang selalu tidak bisa di tebak!"Ada apa? Kenapa Dayang Utari membawa pasukan ke kamarku?" Tanyaku dengan setengah kesadaran."Apa Yang Mulia Alena lupa? Hari ini hari pernikahan Yang Mulia..""Pernikahan? Aku?"Aku mencoba menggunakan otak cairku untuk mengingat tujuanku ada di istana ini. "Oh benar! Hari ini aku akan menikah dengan si brandal Victor!" Seruku membuat semua dayang terkejut.Aku segera berdiri dan melompat. Bagaimana bisa aku melupakan momen sepenting ini? Otakku terlalu lemot, perlu ku isi batrei agar lebih kencang."Baiklah, langkah awal apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku tidak sabar.Para dayang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Aku tau, aku memang menggemaskan sehingga mengundang senyuman untuk ka

  • Ratu barbarku   Penobatan selir.

    "Kenapa harus aku yang mengunjungi mereka? Aku yang menikah tapi aku yang repot-repot memberi salam pada mereka."Aku terus mengoceh di sepanjang jalan. Meskipun tubuhku di angkut tandu, tetap saja aku sedang malas bertemu orang-orang di istana."Mohon jaga ucapanmu, Yang Mulia. Mereka adalah ibu dan nenek mertuamu. Kau yang memang seharusnya menyapa mereka."Aku memutar bola mata malas. "Baiklah, menantu yang baik hati ini akan menyapa ibu dan nenek mertuanya." Balasku tidak ingin bertele-tele. Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai di istana tempat Nenek Ratu Agung alias nenek mertuaku tempati. Aku segera masuk ke dalam istana. Ternyata bukan hanya ada ibu Ratu Agung, Ibu Suri alias ibu mertuaku juga ada di sana.Aku memberi hormat pada keduanya. Bagaimanapun aku sedang berusahan menjadi menantu yang sempurna."Bagaimana perasaan nenek dan ibu hari ini?" Tanyaku dengan sangat sopan santun.Nenek Ratu Agung tersenyum padaku. "Tidur nenek sangat nyenyak malam ini karena nenek ak

  • Ratu barbarku   Kisah cinta kodok dan tawon.

    "Yang Mulia benar akan melakukan ini?" Dayang Utari bertanya dengan raut wajah khawatir.Aku mengangguk mantap. "Yakinnn. Di istana terlalu membosankan. Aku akan kembali memulai hobiku yang tertunda, jadi aku butuh beberapa kain untuk membuatnya.""Biar para dayang saja yang mencari kain untuk Yang Mulia."Aku menggeleng. "Tidak, aku ingin mencarinya sendiri." Dayang Utari tidak menjawab lagi. Aku menatap dayang Utari dengan senyuman untuk meyakinkan. "Aku akan baik-baik saja.""Tapi di luar istana sangat berbahaya.""Siapa bilang? Di luar istana sangat menyenangkan." Sergahku."Jika begitu, saya akan ikut menemani Yang Mulia."Aish dayang Utari benar-benar seperti ekorku yang selalu ikut kemanapun aku pergi."Baiklah. Segera ganti pakaianmu untuk menyamar." Titahku. Dayang Utari mengangguk segera bergegas untuk mengganti pakaiannya.****"Waaahhhh.." Dayang Utari melongo untuk beberapa saat. Ia nampak terpesona dengan keramaian pasar."Tidak seburuk itu, kan?" Tanyaku.Dayang Utar

  • Ratu barbarku   Desa untuk para janda.

    Aku duduk di samping Victor menghadap para Menteri. Aku bisa lihat ekpresi terkejut mereka saat melihat kehadiranku di konferensi. Terkecuali Ayah, terlihat Ayah tersenyum ke arahku. "Mohon maaf.. Bolehkah saya bertanya ada apa gerangan Yang Mulia Ratu hadir di konferensi?" Seorang Menteri yang terlihat seperti tidak senang dengan kehadiranku bertanya.Aku menampilkan senyuman ramah. "Apakah ada larangan bagi seorang Ratu menghadiri konferensi?" Tanyaku dengan penuh wibawa. Aish lihatlah Victor, bukankah istrimu sangat keren?"E..Ti.. Tidak ada Yang Mulia.." Jawabnya terbata."Lagi pula, aku di sini hanya menemani suamiku, silahkan kalian bisa memulai konferensi tanpa menghiraukan keberadaanku.""Ba.. Baik Yang Mulia"Victor berdehem pelan. "Jadi hal apa yang harus kita bahas di konferensi hari ini?" Tanya Victor memulai konferensi."Ini tentang pengangkatan Menteri baru, baginda Raja..""Ah betul, aku hampir lupa. Ada beberapa Menteri yang harus aku ganti." "Mohon maaf Baginda, apa

  • Ratu barbarku   Terungkapnya sebuah fakta.

    Beberapa hari di istana membuat otot-ototku kaku. Tidak ada pekerjaan untuk seorang Ratu selain mengurus Selir dan berusaha mengandung ahli waris. Ah itu sangat membuatku muak! "Dayang Utarii" Teriakku memanggil Dayang Utari."Ada apa Yang Mulia?" Tanya Dayang Utari dengan napas terengah. Sepertinya ia berlari untuk segera sampai di sini."Aku bosan.""Apa harus kita menyelinap ke luar istana lagi?" Tawar Dayang Utari."Menarik, tapi tidak dulu." Jawabku.Dayang Utari mengangguk."Apa di sini ada tempat jahit kerajaan?""Ada, Yang Mulia.""Benarkah? Dimana?" Semangatku tiba-tiba kembali menggelora."Tepat di samping istana tempat Pangeran Betrand tinggal."Aku segera berlari membuat Dayang Utari segera mengejarku."Yang Mulia.. Kau mau kemana?""Ayo kita buat karya yang luar biasa!" Ucapku berteriak karena jarak Dayang Utari dan aku cukup jauh.Sangking senangnya, aku tidak memperhatikan arah jalan. Alhasil, tubuhku menabrak tubuh seseorang. Aku terjatuh karena tidak bisa mengatur ke

  • Ratu barbarku   Cerita masa lalu.

    "Dayang Utari, ayo cepatttt" "Tunggu saya Yang Mulia.." Dayang Utari mengejarku dengan napas ngos-ngosan. Aku tidak peduli, aku ingin cepat sampai ke tempat penjahit kerajaan.Setelah berlari sekitar sepuluh menit, aku akhirnya sampai di tempat tujuan.Para penjahit kerajaan sudah menungguku. Mereka memberi hormat saat tau aku datang."Yang Mulia.."Aku tersenyum menyambut hormat mereka."Wawww siapa yang sudah menghias tempat jahitku?" Tanyaku takjub dengan tampilan tempat jahitku yang di penuhi hiasan corak bunga."Kami mendapatkan ide untuk menghias tempat jahit ini dari Pangeran Betrand."Aku mengerutkan alis. "Pangeran Betrand?" Tanyaku tidak faham.Mereka mengangguk."Jarak tempat ini dengan istana Pangeran Betrand bersebelahan. Pangeran Betrand beberapa kali sering menghabiskan waktu disini. Dan ketika Pangeran Betrand tau Yang Mulia akan menjahit disini, Pangeran Betrand menyarankan kami untuk menghias tempat jahit Yang Mulia agar Yang Mulia merasa nyaman.""Waahhh terima k

  • Ratu barbarku   Alena yang palsu.

    "Ratu.."Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Victor. Ia datang menemuiku. Entah untuk apa."Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau ada di danau."Aku menatap Victor penuh curiga. Kenapa sikapnya menjadi sedikit lebih hangat dari biasanya?"Apa? Kau mau apa?" Tanyaku sinis.Victor tersenyum."Ku dengar, akhir-akhir ini Ratu sering menghabiskan waktu di tempat penjahit kerajaan?""Iya. Tidak sepertimu yang menghabiskan waktu di istana Selir." Sindirku.Lihatlah pria tidak tau malu ini. Dia malah senyum-senyum sendiri. "Apa Ratu cemburu?" Goda Victor.Aku melayangkan tatapan tajam."Aku tidak punya waktu untuk cemburu! Habiskan saja semua waktumu bersama kekasihmu itu. Aku tidak peduli!"Victor terkekeh sambil mengangguk-angguk. "Baiklah jika begitu.""Cuih! Jadi kau kesini hanya untuk pamer?" Tanyaku memang dengan nada yang sedikit keterlaluan. Maafkan."Tentu saja tidak.""Aku membawa kabar gembira untuk Ratu.""Benarkah? Apa?" Tanyaku dengan semangat."Pembangunan desa

  • Ratu barbarku   Kau akan benar-benar mati di tanganku.

    Victor benar-benar berada tepat di depanku. Ia segera menempelkan pedangnya di leherku.Aku menelan ludah. Keringat panas dingin sudah bercucuran. Dengan nafas memburu, Victor memejamkan matanya lalu mengayunkan pedangnya ke leherku.."ALENA.."Belum sempat pedangnya sampai di leherku suara panggilan dari Willy menghentikan kegiatan Victor. Victor segera mengambil kain yang tadi terjatuh dan menutup wajahnya.Willy segera menghampiriku. Tanpa aba-aba ia mengerluarkan pedangnya dan menyerang Victor. Terjadilah perang pedang antara Victor dan Willy.Aku menatap lurus ke depan. Meskipun aku tidak tau apa yang aku tatap karena pandanganku mulai kabur. Aku syok bukan main. Orang yang harusnya melindungiku malah berusaha membunuhku.Dengan lemas, tubuhku ambruk namun masih dalam kesadaran yang hanya tinggal setengah."Yang Mulia Ratu!.."Willy menghentikan pertempurannya. Ia segera menghampiriku. Victor tidak ambil pusing, ia segera berlari kabur entah kemana."Apa kau baik-baik saja?" Tan

Latest chapter

  • Ratu barbarku   Ayam Ratu menghilang.

    "Aaahhh nyamannya.."Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Otot-ototku terasa kaki setelah aku gunakan untuk berjalan seharian."Tidak ada kasur terempuk selain kasur di istana.." "Dasar tubuh lemah!" Cercaku pada diriku sendiri.Aku mengganti posisi tidurku menjadi telentang, kedua tangan dan kakiku ku biarkan terbuka lebar-lebar."Menikmati kasur sendirian adalah yang terbaik!""Baginda Raja datang..""Tunggu, jangan dulu di bu.."Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Victor sudah berada di hadapanku dengan pandangan terkejut. Aku yang kepalang malu, tidak bisa berbuat apa-apa selain mengutuk dalam hati.Aku tertawa menutupi rasa maluku sambil dengan pelan menutup kedua kakiku yang tadi ku biarkan terbuka lebar."Ratu, tidurmu mirip seperti kodok." Sungut Victor segera duduk di sampingku.Aku segera duduk dari tidurku."Apa kau tidak punya waktu untuk mengunjungi selir kesayanganmu? Kenapa kau selalu datang dan tidur di istanaku?" Cerocosku yang tidak di indahkan oleh Victor.Vi

  • Ratu barbarku   Si Kampret dan si Victor.

    "Waaahh lucunyaaa"Aku menyentuh sebuah jepitan rambut yang di hiasi oleh mutiara. Desainnya sederhana namun terlihat mewah."Apa kau ingin itu? Biar ku belikan."Victor mengeluarkan uang dari saku celananya bersiap untuk membayar jepit rambut yang aku sentuh."Tidak terima kasih. Aku sudah memiliki banyak jepit rambut." Aku kembali melanjutkan berjalan untuk melihat-lihat."Tapi kau belum memiliki model jepit rambut yang seperti itu, kan? Biarkan aku membelikannya untukmu."Aku menoleh sebentar. "Memang tidak. Tapi jepit rambutku jauh lebih bagus dan lebih mahal dari jepit rambut tadi." Ungkapku acuh.Victor mengangguk-angguk pelan. "Kau memang seorang Ratu yang memiliki sifat sombong." "Terima kasih atas pujiannya."Victor kini menggeleng-geleng kepala. "Bagaimana bisa seorang yang sombong sepertimu di cintai oleh rakyatmu." Heran Victor.Tidak seperti sebelum-sebelumnya, Victor hari ini lebih banyak berbicara dari biasanya. Aku sebenarnya sedang menahan rasa senangku, hatiku ben

  • Ratu barbarku   Aku menyerah menjadi Ratu.

    "Baginda Raja.. Yang Mulia Ratu..""Apakah kalian sudah bangun?"Suara teriakan dari luar membuat aku terbangun dari tidur. Begitu juga dengan Victor yang nampak menggeliat."Kenapa kau masih di kamarku?" Tanyaku. Posisi Victor tidak berubah dari posisi semalam. Ia tetap berada di lantai tanpa alas apapun."Apa kau gila? Kau bisa sakit jika tidur di lantai!" Cercaku segera mengangkat tubuh Victor ke atas kasur."Kenapa kau peduli?" Tanya Victor dengan santainya."Kau adalah seorang Raja. Bagaimana jika kau sakit lalu meninggal? Semua rakyatmu akan menyerangku karena menuduhku menjadi penyebab kematianmu." Cerocosku.Victor terkekeh kecil. "Apa kau sudah melupakan kemarahanmu yang semalam?" "Aku manusia yang mudah terenyuh saat melihat orang yang menyedihkan. Hari ini kau terlihat sangat menyedihkan jadi ak..""Kau masih peduli pada orang yang mencoba membunuhmu?""Kau memang manusia bodoh." Pangkas Victor."Para Dayang dan Kasimmu akan segera masuk. Setidaknya aku harus berpura-pura

  • Ratu barbarku   Kau akan benar-benar mati di tanganku.

    Victor benar-benar berada tepat di depanku. Ia segera menempelkan pedangnya di leherku.Aku menelan ludah. Keringat panas dingin sudah bercucuran. Dengan nafas memburu, Victor memejamkan matanya lalu mengayunkan pedangnya ke leherku.."ALENA.."Belum sempat pedangnya sampai di leherku suara panggilan dari Willy menghentikan kegiatan Victor. Victor segera mengambil kain yang tadi terjatuh dan menutup wajahnya.Willy segera menghampiriku. Tanpa aba-aba ia mengerluarkan pedangnya dan menyerang Victor. Terjadilah perang pedang antara Victor dan Willy.Aku menatap lurus ke depan. Meskipun aku tidak tau apa yang aku tatap karena pandanganku mulai kabur. Aku syok bukan main. Orang yang harusnya melindungiku malah berusaha membunuhku.Dengan lemas, tubuhku ambruk namun masih dalam kesadaran yang hanya tinggal setengah."Yang Mulia Ratu!.."Willy menghentikan pertempurannya. Ia segera menghampiriku. Victor tidak ambil pusing, ia segera berlari kabur entah kemana."Apa kau baik-baik saja?" Tan

  • Ratu barbarku   Alena yang palsu.

    "Ratu.."Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata adalah Victor. Ia datang menemuiku. Entah untuk apa."Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau ada di danau."Aku menatap Victor penuh curiga. Kenapa sikapnya menjadi sedikit lebih hangat dari biasanya?"Apa? Kau mau apa?" Tanyaku sinis.Victor tersenyum."Ku dengar, akhir-akhir ini Ratu sering menghabiskan waktu di tempat penjahit kerajaan?""Iya. Tidak sepertimu yang menghabiskan waktu di istana Selir." Sindirku.Lihatlah pria tidak tau malu ini. Dia malah senyum-senyum sendiri. "Apa Ratu cemburu?" Goda Victor.Aku melayangkan tatapan tajam."Aku tidak punya waktu untuk cemburu! Habiskan saja semua waktumu bersama kekasihmu itu. Aku tidak peduli!"Victor terkekeh sambil mengangguk-angguk. "Baiklah jika begitu.""Cuih! Jadi kau kesini hanya untuk pamer?" Tanyaku memang dengan nada yang sedikit keterlaluan. Maafkan."Tentu saja tidak.""Aku membawa kabar gembira untuk Ratu.""Benarkah? Apa?" Tanyaku dengan semangat."Pembangunan desa

  • Ratu barbarku   Cerita masa lalu.

    "Dayang Utari, ayo cepatttt" "Tunggu saya Yang Mulia.." Dayang Utari mengejarku dengan napas ngos-ngosan. Aku tidak peduli, aku ingin cepat sampai ke tempat penjahit kerajaan.Setelah berlari sekitar sepuluh menit, aku akhirnya sampai di tempat tujuan.Para penjahit kerajaan sudah menungguku. Mereka memberi hormat saat tau aku datang."Yang Mulia.."Aku tersenyum menyambut hormat mereka."Wawww siapa yang sudah menghias tempat jahitku?" Tanyaku takjub dengan tampilan tempat jahitku yang di penuhi hiasan corak bunga."Kami mendapatkan ide untuk menghias tempat jahit ini dari Pangeran Betrand."Aku mengerutkan alis. "Pangeran Betrand?" Tanyaku tidak faham.Mereka mengangguk."Jarak tempat ini dengan istana Pangeran Betrand bersebelahan. Pangeran Betrand beberapa kali sering menghabiskan waktu disini. Dan ketika Pangeran Betrand tau Yang Mulia akan menjahit disini, Pangeran Betrand menyarankan kami untuk menghias tempat jahit Yang Mulia agar Yang Mulia merasa nyaman.""Waahhh terima k

  • Ratu barbarku   Terungkapnya sebuah fakta.

    Beberapa hari di istana membuat otot-ototku kaku. Tidak ada pekerjaan untuk seorang Ratu selain mengurus Selir dan berusaha mengandung ahli waris. Ah itu sangat membuatku muak! "Dayang Utarii" Teriakku memanggil Dayang Utari."Ada apa Yang Mulia?" Tanya Dayang Utari dengan napas terengah. Sepertinya ia berlari untuk segera sampai di sini."Aku bosan.""Apa harus kita menyelinap ke luar istana lagi?" Tawar Dayang Utari."Menarik, tapi tidak dulu." Jawabku.Dayang Utari mengangguk."Apa di sini ada tempat jahit kerajaan?""Ada, Yang Mulia.""Benarkah? Dimana?" Semangatku tiba-tiba kembali menggelora."Tepat di samping istana tempat Pangeran Betrand tinggal."Aku segera berlari membuat Dayang Utari segera mengejarku."Yang Mulia.. Kau mau kemana?""Ayo kita buat karya yang luar biasa!" Ucapku berteriak karena jarak Dayang Utari dan aku cukup jauh.Sangking senangnya, aku tidak memperhatikan arah jalan. Alhasil, tubuhku menabrak tubuh seseorang. Aku terjatuh karena tidak bisa mengatur ke

  • Ratu barbarku   Desa untuk para janda.

    Aku duduk di samping Victor menghadap para Menteri. Aku bisa lihat ekpresi terkejut mereka saat melihat kehadiranku di konferensi. Terkecuali Ayah, terlihat Ayah tersenyum ke arahku. "Mohon maaf.. Bolehkah saya bertanya ada apa gerangan Yang Mulia Ratu hadir di konferensi?" Seorang Menteri yang terlihat seperti tidak senang dengan kehadiranku bertanya.Aku menampilkan senyuman ramah. "Apakah ada larangan bagi seorang Ratu menghadiri konferensi?" Tanyaku dengan penuh wibawa. Aish lihatlah Victor, bukankah istrimu sangat keren?"E..Ti.. Tidak ada Yang Mulia.." Jawabnya terbata."Lagi pula, aku di sini hanya menemani suamiku, silahkan kalian bisa memulai konferensi tanpa menghiraukan keberadaanku.""Ba.. Baik Yang Mulia"Victor berdehem pelan. "Jadi hal apa yang harus kita bahas di konferensi hari ini?" Tanya Victor memulai konferensi."Ini tentang pengangkatan Menteri baru, baginda Raja..""Ah betul, aku hampir lupa. Ada beberapa Menteri yang harus aku ganti." "Mohon maaf Baginda, apa

  • Ratu barbarku   Kisah cinta kodok dan tawon.

    "Yang Mulia benar akan melakukan ini?" Dayang Utari bertanya dengan raut wajah khawatir.Aku mengangguk mantap. "Yakinnn. Di istana terlalu membosankan. Aku akan kembali memulai hobiku yang tertunda, jadi aku butuh beberapa kain untuk membuatnya.""Biar para dayang saja yang mencari kain untuk Yang Mulia."Aku menggeleng. "Tidak, aku ingin mencarinya sendiri." Dayang Utari tidak menjawab lagi. Aku menatap dayang Utari dengan senyuman untuk meyakinkan. "Aku akan baik-baik saja.""Tapi di luar istana sangat berbahaya.""Siapa bilang? Di luar istana sangat menyenangkan." Sergahku."Jika begitu, saya akan ikut menemani Yang Mulia."Aish dayang Utari benar-benar seperti ekorku yang selalu ikut kemanapun aku pergi."Baiklah. Segera ganti pakaianmu untuk menyamar." Titahku. Dayang Utari mengangguk segera bergegas untuk mengganti pakaiannya.****"Waaahhhh.." Dayang Utari melongo untuk beberapa saat. Ia nampak terpesona dengan keramaian pasar."Tidak seburuk itu, kan?" Tanyaku.Dayang Utar

DMCA.com Protection Status