Beranda / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 6. Mencari Petunjuk

Share

Bab 6. Mencari Petunjuk

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-12 09:28:28

Keesokan harinya sebelum bel berbunyi, kelas XI-A di Laveire masih sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sedang mengobrol atau sekedar bermain handphone di kursi mereka masing-masing.

Diantara beberapa siswa itu, ada Raga. Raga sengaja datang lebih awal hari ini. Dia menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Amira.

“Hai!” Raga menyapa Amira di kursinya.

Amira terkejut mendapat sapaan pagi dari Raga. Dia sempat memicing sesaat untuk kemudian menoleh ke belakang. Siapa tahu sapaan itu bukan untuk Amira, tapi untuk orang lain.

“Gue ngomong sama elo. Emang siapa lagi?” Raga jadi kesal sendiri.

Belum-belum Raga sudah naik darah. Dia sudah cukup diabaikan oleh Amira.

Semua panggilan juga pesan singkat yang dikirim Raga sejak kemarin tidak berbalas sama sekali. Sampai seperti itu Amira menghindar darinya.

“Itu kuping masih ada, kan?” Sindir Raga.

Padahal Raga sudah menurunkan sedikit kadar egonya untuk menyapa Amira duluan, tapi cewek itu malah tidak menggubrisnya sama sekali.

“Ada,” jawab Amira akhirnya. “Mau apa?” Dia bertanya tanpa tertarik.

Amira masih belum menoleh dan malah sibuk mengeluarkan buku dari dalam tas, membuat Raga semakin kesal karena diabaikan.

“Muka gue di sini!” ketus Raga. Dia menutup paksa buku Amira.

Raga sampai repot-repot berdiri dari kursinya. Dia menunjukkan wajahnya dengan jelas di depan Amira. Aneh sekali. Biasanya cewek-cewek berebut ingin memandangnya, tapi yang satu ini malah enggan.

“Mau ngapain?”

Amira malah berdecak saat Raga menyodorkan wajah tampannya.

“Butuh apaan?” gerutu Amira kesal.

Amira sampai mengumpat dalam hati. Tidakkah Raga sadar kalau Amira sengaja menjauh?

“Perhatian,” jawab Raga singkat.

Amira langsung melotot. Jawaban ambigu dari Raga sukses membuat Amira mendapatkan tatapan cemburu dari semua siswi yang ada di kelas.

“Jangan ngomong sembarangan!” tukas Amira. Dia tidak mau ada salah paham.

Hidup Amira sudah sempurna sekarang. Dia ketua kelas. Hubungannya dengan guru baik, dan dia tidak punya masalah dengan teman kelasnya yang lain. Amira tidak mau Raga merusak itu semua.

“Emang bener,” sahut Raga dengan nada yang tak kalah tinggi. “Gue butuh perhatian lo. Gue mau tanya.”

Seorang Raga tidak peduli dengan tujuan hidup Amira, juga kedamaian yang gadis itu inginkan. Yang dia inginkan hanya jawaban.

“Tapi gue males jawab.” Amira melengos.

Amira dengan jelas menunjukkan wajah malasnya. Dia ingin agar Raga paham kalau dirinya sedang tak ingin diganggu.

“Gue sibuk. Belum ngerjain PR,” kilah Amira, memberikan alasan.

Namun, Raga bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Cowok itu malah dengan santainya memberikan ancaman.

“Gue bilang ke guru kalo elo enggak bantuin gue.”

Amira terkejut bukan main. Dia tidak percaya Raga menggunakan kata guru untuk menyudutkan dirinya.

“Dasar!” Amira bersungut kesal. “Cepu!”

Raga si pengadu. Cowok itu sungguh kurang ajar karena berani membawa kata keramat itu.

Amira jadi tidak bisa berkutik sama sekali. Sebagai seorang murid beasiswa, kata yang tidak bisa diabaikan Amira adalah kata 'guru' dan 'ujian'.

“Emang mau nanya apaan?” Bentak Amira sewot.

Amira terpaksa balas menatap Raga. Dia memberikan semua perhatian seperti yang cowok itu inginkan.

Raga mengangguk puas. Dia duduk kembali di kursinya, mulai berucap tentang apa yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

“Darimana lo bisa tau tentang orang-orang yang kemarin? Lo mata-mata?” tanya Raga penasaran.

Raga memang sudah memikirkan berbagai kemungkinan. Jawaban ini yang paling masuk akal.

“Bukan,” sahut Amira tegas. “Gue cuma kebetulan tau.”

Jawaban Amira sama saja dengan kemarin. Kebetulan, kebetulan terus! Memangnya masuk akal?

“Siapa bos lo?”

Raga masih keras kepala. Dia jelas menganggap Amira yang menjadi mata-mata lebih masuk logika daripada sekedar kebetulan.

“Tuhan!” sungut Amira.

Amira sudah jujur. Tuhan yang memberikan Amira kelebihan ini. Namun, Raga tidak puas dengan jawaban Amira. Dia terus bertanya sampai telinga Amira berdengung.

Tidak tahan, Amira beranjak dari kursinya. Dia berdiri, bergegas keluar kelas.

“Mau kemana?”

Raga ikut beranjak dari kursi. Dia mengekor langkah Amira. Raga hanya membuat jarak satu langkah dengan Amira yang berjalan di depannya.

“Kenapa ngikutin?” pekik Amira, kesal. “Mau ngapain?”

Sengaja Amira mempercepat langkah. Hanya saja, dia tidak bisa lepas dari Raga yang memiliki kaki-kaki panjang. Rasanya satu langkah Raga setara dengan dua langkah Amira.

“Gue masih mau tanya,” jawab Raga santai.

Raga berjalan di samping Amira. Tidak membiarkan Amira lolos.

“Tadi kan udah!” Amira berteriak marah. “Sana! Gue sibuk!”

Tangan Amira mengusir Raga menjauh. Sayangnya, cowok itu terus saja mengikuti Amira dengan keras kepala. Mereka sekarang malah sudah menjadi tontonan di lorong sekolah karena seperti sedang bermain kejar-kejaran.

“Amira!”

Teriakan Raga membuat Amira mempercepat langkah, tapi Raga malah berlari mengejar untuk mendahului. Sekarang cowok itu berdiri tepat di depan Amira.

“Jawab pertanyaan gue! Kalo enggak, gue bakal terus ikutin lo sampe lo jawab!”

Raga tidak keberatan mengikuti Amira terus. Dia bisa meladeni Amira main kejar-kejaran sampai Amira puas.

“Ikutin aja,” ejek Amira sengit.

Amira meninggikan dagu sombong. Dia sengaja membuat wajah menyebalkan.

“Kalau berani, ayo ikutin. Masuk sini!” Tantang Amira.

Raga melotot mendapati Amira yang menutup pintu di depannya. Dia jelas tidak bisa masuk. Itu toilet perempuan!

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 7. Cowok Genit

    Saat kembali ke kelas XI-A, Amira melirik ke sudut ruangan. Di tempat duduknya, Raga tampak kesal dengan bibir berkerut sempurna. Amira melangkah masuk. Dia berjalan ke tempat duduknya santai. Amira pura-pura tidak melihat wajah Raga yang cemberut. Dia cuek saja mendengar Raga yang menggerutu di sampingnya. Bel sudah berbunyi sejak tadi. Amira memang sengaja datang bersamaan dengan guru yang masuk ke kelas. “Buka buku kalian!” Guru di depan kelas memberi perintah. Perintah yang menjadi bencana untuk Amira.“Liat, dong! Gue kan belum punya buku!” Nah, ini bencananya. Raga.Raga si murid baru yang belum punya buku. Raga ingin Amira berbagi. Dia dengan sengaja mendekat, membuat kursinya dengan kursi Amira tidak berjarak. Raga memepet Amira, membuat Amira jadi keki sendiri. Andai tidak ada guru di depan sana, dia ingin menempeleng Raga. Puas sekali Raga saat mendengar Amira berdecak kesal. Dia berbohong dengan mengatakan kalau dirinya tidak punya buku. Dia cuma ingin Amira tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 8. Indra Keenam

    Di dalam ruang perpustakaan Laveire, ada Raga yang berjalan tanpa arah. Dia menoleh ke kanan kiri, mencari sosok Amira. “Kemana dia?” Raga mengomel kesal. “Dimana cewek itu?”Mulut Raga menggerutu tanpa henti, sementara kedua kakinya terus melangkah berkeliling. Sudah dua kali Raga mencari di dalam ruang perpustakaan yang besar ini, tapi hasilnya nihil. Amira tidak ada dimanapun!“Amira?” Panggil Raga sambil berbisik. Raga tidak bisa berteriak. Baru saja dia ditegur petugas perpustakaan karena suaranya terlalu keras.“Amira? Lo dimana, sih?” Lelah karena hanya dijawab oleh hening, Raga memilih untuk duduk. Merasa terlanjur, Raga pun memilih beberapa buku yang dia lihat di atas meja di depannya. “Apaan nih?” Tangan Raga meraih satu buku yang memiliki cover berwarna biru tua mencolok. Dia menarik buku tersebut lalu membaca judulnya sekilas. “Indra keenam?” Seketika dahi Raga berkerut. Kedua alisnya kini saling tertaut hampir menyatu. Rasa penasaran membuat Raga membuka sampul buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 9. Kuis Dadakan

    Kemarin Raga tidak berhasil mendapatkan informasi apapun dari Amira. Amira terus saja menghindar dan kabur darinya sampai bel pulang sekolah berbunyi. Tapi tentu saja hal itu tidak menyurutkan semangat Raga. Semalam, dia sudah membaca tuntas semua buku yang dia pinjam. Jadi sekarang, Raga siap jika Amira meninggalkan satu saja petunjuk untuk dirinya. “Dari semua kemampuan pemilik indra keenam, gue yakin Amira itu bisa melihat masa depan.”Raga bergumam sendiri. Dia berucap sambil menunjuk dinding polos di depannya. “Yang perlu gue tau, kapan dan bagaimana caranya.” Raga melipat kedua tangan. Dia mengerutkan dahi, mencoba berpikir lebih dalam. “Tapi gue juga penasaran, seberapa jauh masa depan yang bisa Amira liat.” Sekarang tangan Raga sudah berpindah. Dia mengelus dagu, bergaya layaknya seorang detektif. “Apa jauh di depan? Atau cuma yang deket-deket aja?” Gumam Raga terhenti saat dia mendengar sebuah bentakan. “Minggir!” Seru Amira. Dia menunjuk kaki Raga yang menghalangi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 10. Jawaban Kuis

    Amira merasa gerah meski pendingin ruangan sudah menyala. Kelas XI-A terasa seperti sauna, udara pun berat, dengan setiap siswa yang menahan nafas dalam ketegangan. Semua karena kuis dadakan ini!“Waktunya tinggal lima belas menit lagi, ya,” ucap Sonya mengingatkan.Peringatan dari Sonya membuat Amira semakin panik. Amira memandang kertas soalnya kesal. Padahal hanya ada lima soal, tapi rasanya seperti seratus. Tidak mau kebingungan sendiri, Amira melirik ke arah Raga. Dia melihat Raga duduk tenang, tidak seperti dirinya. Bahkan Raga tampak asyik dengan pena, menuliskan jawaban dalam kalimat yang panjang. “Mau ngapain?” Tegur Raga.Raga menangkap basah Amira yang sedang menatap lembar jawabannya. “Jangan ngintip! Tar gue laporin ke guru!”Raga mengancam sambil menunjuk. Tangannya bergerak menutupi jawaban sampai Amira tidak bisa melihatnya lagi.“Ngintip apanya? Pede banget lo!”Amira langsung membuang muka. Dia menggerutu tanpa suara. Sementara Raga menahan tawa puas. Mencemooh Am

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 11. Tebakan Raga

    Raga memekik kesal. Bel istirahat sudah berbunyi tapi dia masih betah duduk di kursinya tanpa beranjak. “Bisa-bisanya! Kertas dia bahkan lebih kosong dari gue tadi!”Seberapa keras pun Raga berpikir, dia tetap terjebak dalam kebingungan. Kertas kosong Amira berubah menjadi penuh dalam waktu sekejap. Seperti sulap saja. “Memangnya itu masuk akal?”Raga menatap kursi Amira yang kosong. Amira sudah pergi sejak bel istirahat berbunyi, seperti biasa. Amira memang seringkali menjadi yang pertama keluar kelas jika jam istirahat tiba. “Mumpung Amira lagi enggak ada.”Tanpa izin, Raga memeriksa tempat Amira. Dia memeriksa meja Amira, tapi tak ada petunjuk apapun di sana.“Di laci?”Raga pun melongok isi laci Amira. Dia meneliti benda yang ada di dalamnya. Raga mendengus frustasi. Dia tidak menemukan apapun yang bisa memberikannya jawaban.“Enggak ada apa-apa!”Semua yang Raga periksa bersih. Tidak ada apapun. Hanya tersisa tas Amira yang belum dia geledah. “Tapi tadi Amira enggak megang ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 12. Kekalahan Amira

    Amira tidak tahan melihat senyum Raga yang terus melebar. Dia tidak bisa menebak apa yang akan Raga lakukan. Amira merasakan ketegangan meningkat saat kelas XI-A semakin ramai. Bel masuk sudah berbunyi, dan guru sebentar lagi datang. Amira berharap Raga tidak mempunyai rencana jahat.“Jangan minta yang macem-macem, apalagi yang aneh-aneh!” Seru Amira, memperingatkan.Raga tertawa. Dia tampak senang karena bisa menggoda Amira sekarang. “Lo pikir gue tertarik sama lo?” Kejujuran yang cukup menyakitkan dari Raga. Tapi Amira juga tidak berharap. Dia pun malas kalau harus berurusan dengan Raga. Sekarang juga, dia terpaksa meladeni cowok itu. “Terus mau lo apaan?” Amira menatap sinis. “Jangan bilang lo mau beberin rahasia gue?”Raga terdiam sesaat. Dia memandang wajah gelisah Amira yang tengah meredam marah. Amira mungkin akan menguliti Raga jika mereka tidak sedang di dalam kelas. “Gue enggak mau apa-apa.”Jawaban Raga sukses membuat Amira tercengang. Dia menggeleng bingung, tak habis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 13. Sang Pewaris

    Raga sedang dalam perjalanan pulang, dan dia hampir sampai. Setelah mobil berhenti, Raga membiarkan supir membuka pintu mobil untuknya. Dia melangkah turun dan berjalan masuk ke dalam rumah. Sore itu, rumah Raga sepi. Hanya ada beberapa asisten rumah tangga yang menyambut. Ayah dan Ibu Raga pasti masih sibuk di kantor, begitu juga kakeknya. “Raga,” panggilan dari sebuah suara yang berat membuat Raga menoleh. Raga mendapati Heri, sang kakek, berdiri di depannya menyambut. “Kakek? Tumben sudah pulang? Raga kira Kakek masih di kantor.”Heri menggeleng. Dia berjalan mendekat, menepuk lengan Raga lembut. “Mana bisa Kakek duduk tenang di kantor saat cucu kesayangan Kakek dalam bahaya?”Heri sudah mendapatkan kabar dari Gavin. Putranya itu telat memberikan berita tentang penyerangan Raga. “Ayahmu harusnya mengatakan pada Kakek sejak awal. Dia mencoba mengurusnya sendiri, membuat Kakek merasa kesal.”Raga hanya tersenyum tipis, lalu mengajak Heri duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 14. Penolakan

    Sofa di ruang tamu tidak terasa empuk lagi untuk Raga. Tekanan dari Heri membuat Raga tidak nyaman. Pembicaraan tentang perusahaan, juga dirinya yang ditunjuk menjadi penerus, selalu berhasil membuat Raga pusing. “Apa Kakek tidak berniat memilih penerus lain saja? Ayah? Atau Paman?” Siapa saja asal bukan Raga. “Tidak ada yang secemerlang kamu, Cucuku.” Jika ditanya tentang pilihan, tentu saja Heri punya. Tapi jika Raga mampu, kenapa harus memilih yang lain? “Tapi Raga belum memiliki pengalaman apapun, Kek.” Raga tak mau masuk ke dalam wilayah yang dia tidak pahami. Tidak tanpa pengetahuan atau persiapan. “Karena itu Kakek memintamu untuk masuk sebagai pegawai. Kamu bisa langsung belajar dalam perusahaan, Raga!” Raga membawa kata pengalaman agar Heri berpindah haluan. Dia mau Heri memilih calon pewaris lain yang lebih kompeten. Tapi Heri sudah menetapkan pilihannya pada Raga. Tak bisa ditawar lagi. “Untuk sekarang, Raga belum bisa.” Susah payah Raga memberi penolakan. “

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 189. Teman Sejati

    “Kak Dina enggak begitu!” Dika akhirnya membuka suara. Dia tidak bisa terus melihat kakaknya disudutkan. Dika melihat sendiri bagaimana Dina berusaha. Dina secara teratur membersihkan makam keluarga Amira. Dia tidak pernah absen. Bahkan, untuk bisa sekolah di Laveire, Dina sampai membantah kedua orang tua mereka. Dina bersikeras ingin pergi meski ayah dan ibu mereka tak mengizinkan. Bahkan, Dina sampai nekat untuk masuk ke Laveire meski hanya berbekal beasiswa. “Kalian enggak tau apa yang Kak Dina lakukan biar bisa ketemu sama Kak Amira!”Evan mendelik. Dia melipat kedua tangannya sambil memicing tak percaya. “Coba bilang, apa aja yang udah dia lakuin.”Evan, Michelle, dan Febby sudah siap menyimak. Mereka mengharapkan jawaban yang memuaskan. Namun, belum juga Dika menjawab, Dina sudah menghentikannya. “Aku akan buktikan.” Dina tak ingin kedatangannya sia-sia. Dia sudah sejauh ini. “Coba aja,” jawab Evan, menantang. “Buktiin kalau lo bisa lebih baik dari kita sebagai teman Amira!

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 188. Arti Sebuah Maaf

    “Lo … mau apa?” Hidup Amira sudah nyaman di sini. Dia tidak peduli lagi dengan masa lalu. Apa pun yang terjadi pada kampung halaman atau orang-orang di sana, Amira tak ingin tahu. “Apa tujuan lo? Kenapa ganggu gue?”Dina hanya tersenyum mendengar pertanyaan Amira. Perangainya tenang, bibirnya terbuka pelan, memberikan alasan. “Karena aku menyesal,” jawab Dina. “Aku menyesal karena belum sempat meminta maaf ke kamu.”Amira menatap tak percaya. Dia menilik wajah Dina, mencoba mencari setitik saja kebohongan yang nyatanya tidak bisa dia temukan. “Aku minta maaf buat semua tuduhan yang dulu tertuju ke kamu.” Dina menjelaskan apa yang terjadi setelah Amira pergi. Pencuri uang sudah ditemukan. Begitu juga dengan Anto, pria yang dahulu menuduh Amira sebagai perayu. Sudah terbukti, Anto sendiri yang adalah seorang hidung belang. “Aku harusnya percaya sama kamu. Kamu selama ini enggak pernah sekali pun bohong sama kita.” Dina memandang Amira penuh penyesalan. “Aku tidak sempat minta ma

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 187. Keinginan Sudut Hati

    “Pelan-pelan,” keluh Michelle saat Amira menarik tangannya kencang. “Emang udah laper banget?” Amira baru melepaskan Michelle saat mereka sampai di kantin. Dia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Ayo cari tempat duduk,” ujar Amira, dengan senyum terpaksa di wajah. Mereka berkeliling kantin sebelum akhirnya menemukan tempat yang cocok. Ada satu meja besar–yang cukup untuk mereka semua, tepat di sudut kantin Laveire. “Kak Amira, seneng bisa ketemu Kakak lagi!” Dika tak mau membuang kesempatan untuk berbincang dengan Amira. Dia langsung menyapa di detik pertama mereka duduk. Terlihat jelas jika Raga memberikan tatapan sinis pada sapaan Dika. Dia merasa terancam. Tangan Raga bergerak meraih tangan Amira mendekat, menunjukkan kepemilikannya. “Iya,” sahut Amira. “Gue juga enggak nyangka kalian pindah ke sekolah ini.”Lebih tepatnya, Amira tidak mengerti. Apa tujuan Dika dan Dina pindah ke Laveire? “Iya, Kak Dina yang ajak!” Seru Dika jujur. Dia berucap riang d

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 186. Dua Saudara

    “Hai,” ucap Amira dengan senyum di wajah. Amira berusaha untuk menepikan sementara rasa tidak suka yang dia miliki. Untuk sementara saja, karena Sonya dan Reynald menatapnya sekarang. “Silakan lanjutkan pelajarannya,” ucap Reynald seraya berpamitan. Sonya mengangguk sopan. Dia mengantar Reynald sampai ke pintu kelas sebelum kembali pada murid-muridnya. “Sampai di mana tadi?” Sonya mencoba mengingat materi yang tengah dia berikan. “Ah ya, soal.”Tangan Sonya meraih kembali spidol di tangan. Kali ini, dia benar-benar menuliskan soal. Saat Sonya sudah sibuk, Raga menyenggol lengan Amira pelan. Tangan Raga menyodorkan buku tulisnya sendiri. Buku yang sudah dia tulis dengan sebuah kalimat untuk Amira. [Lagi kesel?]Amira hanya melengos. Dia tidak membalas, hanya mendorong kembali buku Raga kepada sang pemilik. Raga tidak menyerah. Dia menulis kalimat lain di atas bukunya, lalu mendorong buku itu kembali pada Amira. [Kesel sama cewek itu? Dia siapa? Beneran temen?]Raga ingin menuli

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 185. Kejutan untuk Amira

    “Anak-anak, duduk di tempat kalian!” Sapaan dari Sonya, membuat siswa kelas XI duduk.Amira menoleh sekilas ke belakang. Dia memastikan teman-teman sekelasnya sudah duduk, sebelum memimpin salam. “Terima kasih, Amira,” ucap Sonya kemudian. “Ibu sebelumnya bingung memilih ketua kelas untuk kelas gabungan baru ini,” aku Sonya, jujur. “Tapi sekarang Ibu bisa lega. Sepertinya Amira yang akan menjadi ketua kelas.”Tatapan Sonya tertuju ke seluruh siswa yang duduk di depannya, memastikan. “Apa ada yang keberatan jika Amira yang menjadi ketua kelas?”Terdengar hening. Tidak ada suara sama sekali. Sepuluh orang yang ada di dalam kelas tidak mengeluarkan suara. Sonya mengangguk kemudian. Dia juga sama tidak keberatannya seperti siswa yang ada di dalam kelas. Sonya sangat setuju. Amira bertanggung jawab dan mampu memimpin kelas dengan baik seperti yang sudah-sudah. “Baiklah. Ibu anggap kalian setuju. Untuk selanjutnya, Amira yang akan menjadi ketua kelas. Lalu ….” Sonya mengangkat daftar ab

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 184. Kelas Baru

    “Akhirnya!” Michelle berseru senang. Tangannya menyenggol Amira, sambil menunjuk ke arah panggung yang ada di depan mereka. “Kita masuk sekolah lagi!” Seru Michelle senang. Entah sudah berapa kali gadis itu mengatakannya. Amira bahkan sudah tidak menghitung. Sejak pertama Amira masuk ke wilayah Laveire, dia sudah melihat Michelle, menunggunya di lorong.Michelle langsung mengambil alih Amira yang memang datang ke sekolah bersama Raga. Dia memonopoli Amira sampai mereka duduk di aula. “Ini emang lama begini?” Raga yang sedari tadi sudah menahan diri, akhirnya mengomel juga. “Mau kasih pengumuman apa sih?” Tanya Raga, tidak sabar. Mereka diminta berkumpul di aula sejak tadi, tapi tidak ada yang terjadi. “Enggak tau,” jawab Michelle sambil mengangkat bahu. “Tadi Evan bilang dia juga lagi sibuk siapin pengumuman.”Akhirnya, Raga hanya bisa mengeluh. Apa yang dia lakukan, tak jauh berbeda dengan murid lain yang duduk di aula. Memang tidak ada banyak murid yang kembali masuk ke Lavei

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 183. Foto dan Kebersamaan

    “Kita belum pernah foto bareng!” Amira tertawa. Dia mengikuti langkah Raga, masuk ke dalam kotak photobox bersama. “Padahal kita ketemu hampir setiap hari. Kenapa ya?” Tanya Amira sambil berkedip tak percaya. Raga menyambut dengan senyum lebar. Dia menghampiri mesin photobox dan mulai menekan beberapa tombol. Amira, yang memang tidak pernah menggunakan mesin seperti itu, membiarkan Raga yang mengambil alih. “Di sini,” ucap Raga setelah dia selesai dengan mesinnya. Raga meminta Amira mendekat padanya. Jarinya menunjuk ke arah layar besar di depan mereka. “Liat ke kamera.”Tampilan wajah Amira dan Raga terlihat jelas di depan keduanya. Sekarang, Amira jadi malu sendiri melihat wajah mereka. “Senyum, dong.” Raga menoleh ke arah Amira yang tegang. Raga menggerakkan tangannya, mencubit pipi Amira gemas. “Lo lebih cantik kalau senyum.”Amira sedikit terkejut saat tangan Raga merangkulnya. Dia sampai menoleh, menatap dengan tatapan protes. Timer di mesin menyala. Hitungan mundur dimu

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 182. Arcade

    “Kok enggak bangunin gue?” Gerutu Raga, kesal.Dia baru membuka mata saat lampu menyala. Tempat duduk di dalam studio bioskop bahkan hampir kosong. Tersisa tak lebih dari tujuh orang, selain Amira, Raga dan Alex. “Lo pasti capek.” Amira berdiri duluan. Dia mengulurkan tangan, mengajak Raga ikut berdiri. “Lagian filmnya juga enggak seru-seru amat,” kilah Amira. Amira tidak salah. Di matanya, film itu tidak seru, karena dia lebih fokus memandangi Raga. Namun, bagi Raga tidak begitu. Dia berdecak keras, wajahnya menunjukkan kecewa. “Balikin waktu dua jam gue! Ulang!”Amira tertawa. Dia menarik Raga mendekat. “Jangan marah-marah. Masih banyak waktu.”Raga tidak menolak saat Amira mengajaknya masuk ke arcade di dalam mall. Di sana, Raga bisa melihat ada deretan mesin permainan, photobox, bahkan roller coaster kecil yang melintas di atas kepala mereka. “Mau naik itu, enggak?” Ajak Amira sambil menunjuk. Mungkin mereka memang tidak bisa pergi ke taman bermain yang sebenarnya. Amira memp

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 181. Semoga Seterusnya

    “Gue juga mau tandain lo sebagai punya gue.”Amira menatap Raga lekat, membuat suasana hening di antara mereka. Hanya ada sedikit pengunjung yang berlalu-lalang di dalam toko, membuat Raga mengambil kesempatan untuk memeluk Amira sekilas. “Makasih,” jawab Raga. “Gue seneng lo sesayang itu sama gue. Gue juga suka sikap posesif lo.”Merasa dimiliki itu menyenangkan. Terlebih untuk Raga. Dia jadi semakin yakin jika perasaannya dan Amira sudah ada di jalan yang sama, dengan besar yang tak berbeda.“Sama-sama.” Amira menunjuk ke arah deretan pakaian. “Jadi, sekarang ayo kita pilih bajunya.”Amira dan Raga ternyata memiliki selera yang tidak berbeda. Hoodie couple berwarna hitam dengan tulisan King dan Queen menjadi pilihan mereka. Untuk sepatu, Amira sengaja memilih sneakers berwarna hitam juga. Dia ingin sepatu yang bisa mereka pakai sama-sama di sekolah. “Nanti buat kalungnya, gue yang pilih ya,” ucap Raga pada Amira. “Boleh.” Amira membiarkan Raga memilih model yang cowok itu suka.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status