Beranda / Fiksi Remaja / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 57. Teman yang Salah

Share

Bab 57. Teman yang Salah

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 18:09:52

Di kantin sekolah, sekali lagi Raga menghadapi Amira yang sedang sibuk bertengkar. Padahal di waktu istirahat ini, mereka bisa makan berduaan. Namun, Amira memilih untuk mencari masalah daripada kedamaian.

“Temen mata lo!” Amira berteriak marah.

Raga yang ada di sebelahnya hanya bisa menghela. Tangannya terulur menarik Amira mundur.

“Biarin aja, sih,” sinis Raga. “Dia juga yang mau, kok.”

Meski Raga sudah mengatakan hal seperti itu, Amira tidak bisa mundur.

“Gara-gara lo!” Bentak Amira pada Raga yang menariknya.

Heran sekali jadi Raga yang disalahkan, padahal dia itu memberikan saran yang baik.

“Kenapa jadi gue, sih?” Balas Raga jengkel. Dia tak terima ditunjuk begitu. Yang buat masalah kan Michelle, bukan dirinya.

“Ya gara-gara elo, gue jadi peduli lagi sama orang lain!”

Padahal sebelum bertemu Raga, Amira sudah dalam tahap nyaman dengan hidupnya. Meski tanpa teman, atau siapapun yang dekat dengannya. Amira tidak memiliki masalah sama sekali. Sekolahnya baik, nilainya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 58. Korban, Bukan Teman

    Raga tak bisa menutupi wajah kesalnya. Dia memicing penuh permusuhan. Raga tak peduli jika siswa di dalam kantin mulai berbisik. Dia memang sudah terkenal bersikap kasar. “Gue mau ngomong sama Amira. Gue perlu minta maaf,” ucap Michelle lirih. Michelle sudah berhati-hati dalam berucap, tapi Raga tetap tidak merasa senang. Cowok itu melengos keras. Namun, Michelle tidak menyerah. “Gue tau gue salah. Amira pasti kecewa banget sama gue.” Michelle menatap Raga dengan air mata yang menggantung di pelupuk. Meski begitu, dia menunjukkan tekadnya. “Terserah,” ucap Raga pada akhirnya. Raga menyerah. Dia memilih untuk kembali ke kelas. Biarkan Michelle yang memutuskan mau mengikutinya atau tidak. Di dalam kelas XI-A, langkah Michelle berubah canggung. Meski dia masuk bersama Raga, Michelle tak bisa berhenti memandang sekitar. Dia merasa tidak nyaman dengan tatapan yang dia dapatkan. “Amira?” Panggil Raga sambil menyenggol lengan Amira pelan. “Mau makan dulu, gak?” Amira langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 59. Teman, atau Lebih?

    Di kelas XI-A, suara batuk Amira menggema. Amira merasa tenggorokannya terkoyak saking kerasnya dia terbatuk.“Minum lagi,” ucap Raga sambil menyodorkan botol yang terbuka. Amira pun refleks menyambut botol dan langsung meminumnya. Sebelum Amira sadar, jika dirinya jatuh ke dalam lubang yang sama. Ya, Amira minum dari botol Raga lagi. Cepat-cepat, dia meletakkan botol itu.“Lanjut aja kalau masih haus,” ucap Raga memperbolehkan.Jelas Amira tidak mau. Tatapannya tertuju pada dua botol yang ada di hadapan. Satu botol kosong milik Amira yang memang sudah tamat isinya, sementara satu lagi botol milik Raga yang masih menyisakan jus. “Enggak papa. Nanti gue beli lagi,” sambung Raga santai. Tapi Amira tidak bisa, dia menunjuk Raga kesal.“Kenapa lo enggak bilang dari tadi kalo itu punya lo!” Amira menggerutu. Raga hanya angkat bahu menanggapi. “Lo enggak nanya,” jawabnya enteng.Amira menggeleng keras. Ini bukan hal yang bisa dianggap ringan olehnya. Itu botol Raga. Mereka minum dari te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 60. Si Miskin dan Si Kaya

    Keesokan hari, Raga sedang duduk di kursinya, di dalam kelas. Pelajaran selesai, dan bel istirahat telah berbunyi. Guru baru saja beranjak keluar kelas, tapi Michelle sudah menunggu di depan pintu. “Jangan pergi,” ucap Raga saat Amira menoleh padanya. Kedua mata Raga memandang penuh harap pada Amira. Tentu saja Raga juga sudah melihat sosok Michelle yang menunggu Amira. Dia juga tahu, jika setelah ini Amira pasti akan langsung menghampiri Michelle. Karena itulah, barusan Amira menoleh padanya, seolah meminta izin. “Jangan tinggalin. Temenin gue aja,” sambung Raga dengan suara lirih. Amira langsung menautkan alis. Dia merasa geli sendiri mendengar Raga yang memohon manja padanya. “Elo mabok?” Ledek Amira. Amira merasa aneh mendapati wajah memelas Raga. Biasanya kan cowok itu hobi marah-marah dan memaksa. “Gue cuma mau ke kantin,” sambung Amira kemudian. Memang benar, Amira hanya ingin menghabiskan waktu istirahat bersama Michelle di kantin Laveire, bukannya mau pergi ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 61. Tidak Pantas

    Sejak mengibarkan bendera perang pada Claudia, Amira jadi lebih berhati-hati. Kemarin, mereka tidak jadi makan di kantin dan memilih untuk membeli roti isi untuk dinikmati di taman belakang Laveire. Di sana lebih tenang, dan tanpa Claudia tentu saja. Saat itu, Michelle terus saja menggumamkan maaf pada Amira sampai jam istirahat selesai. Jelas sekali jika Michelle sungguh merasa bersalah pada Amira. Padahal Amira sudah mengatakan, jika itu bukan salah Michelle. Kring!“Pelajaran hari ini kita lanjutkan minggu depan, ya.” Guru menutup pelajaran tepat saat bel berbunyi. Siswa-siswi di kelas XI-A ikut beranjak. Mereka juga ingin menikmati waktu istirahat. “Lo mau ke kantin sama temen lo lagi?” Tanya Raga saat Amira bergeser dari kursinya. Kemarin, Raga sudah menahan kesal. Dia masih mencoba bersabar saat Amira lebih memilih Michelle daripada dirinya. Sekarang, Amira sepertinya masih akan melakukan hal yang sama. Raga jadi menyimpan dongkol sendiri. Dia ingin Amira memilih dirinya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 62. Batas Kesabaran

    Amira menarik tangan Michelle. Dia tidak bisa membiarkan temannya menangis di depan toilet. Lorong sekolah masih ramai di jam istirahat. Michelle bisa menjadi pusat perhatian nanti. Langkah kaki Amira membawa mereka menuju ke kursi yang ada di taman samping Laveire. Di sana, suasana lebih sepi, tak banyak orang lalu lalang. Suara mereka pun tak akan terdengar jika mereka tidak berteriak. “Maafin gue, Amira ….” Michelle masih terisak. Berkali-kali Michelle menghapus air mata yang jatuh di pipi. Dia pun terus menggumamkan kata maaf. “Kenapa minta maaf?” Tanya Amira kesal. Amira tak bisa lagi hanya diam menyaksikan Michelle yang terus tenggelam dalam kesedihan. Dia tahu ada yang salah, dan kali ini, dia tak akan tinggal diam. “Bilang ke gue. Apa yang terjadi?” Pertanyaan Amira terabaikan. Michelle masih tergugu. Gadis itu menangis lirih, membuat hati Amira panas. “Lo diapain sama Claudia?” Tanya Amira tanpa berpikir panjang. Dia sudah menetapkan satu nama itu sebagai te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 63. Salah Langkah

    Jam istirahat kali ini berbeda. Di kantin Laveire, ada tontonan yang menarik. Dua kelompok siswi sedang berdebat, kelompok Amira dan kelompok Claudia. Mereka adu mulut, lalu beralih pada adu fisik. Brak! Amira terjatuh, tubuhnya menghantam lantai yang dingin. Kepala Amira membentur sudut meja besi yang ada di dekat mereka. “Duh!” Amira mengeluh. Sekarang, kepala Amira terasa pening. “Amira!” Michelle berteriak panik. Dia segera berlutut menghampiri Amira. Tangan Michelle terulur, membantu Amira berdiri. Dia memekik saat melihat sudut kepala Amira yang berdarah. “Maaf!” Seru Michelle dengan wajah penuh rasa bersalah. Amira hanya mengucap kata tak apa yang singkat dan segera bangkit. “Salah lo!” Claudia tiba-tiba saja berteriak. “Lo yang narik gue duluan!” Tentu saja Claudia tidak mau disalahkan, meski dia yang mendorong. Amira yang memulainya, bukan dia! Salah satu teman Claudia menyenggolnya. “Ayo pergi, nanti ada guru.” Amira hanya bisa melengos saat melihat ketiga oran

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 64. Gue Enggak Takut

    Amira tidak berpikir panjang. Kakinya melangkah cepat mengikuti ke arah Michelle pergi. Dia terus berjalan ke taman belakang Laveire, sampai ke sudut titik buta CCTV. “Heh, item!” Belum-belum, Amira sudah kesal. Suara cempreng Claudia yang menghina temannya, sungguh membuat Amira meradang. “Item, item terus!” Balas Amira sambil melangkah mendekat. “Mata lo buta, ya? Kulit dia tuh cokelat, bukan item!” Amira jadi menyela di antara mereka. Dia berdiri di depan Michelle, lalu menarik gadis itu ke sisinya. “Kalo buta warna, bilang! Jangan malah jelekin orang!” Ketus Amira. Tangannya menunjuk ke sekeliling. “Lagian ngapain sih kalian main di rumput begini? Mau saingan sama kambing, apa gimana?” Claudia memicing tajam. Dia tidak suka ucapan Amira yang menyamakannya seperti kambing. “Lo terus aja cari masalah sama gue!” Jerit Claudia keras. Kedua kaki Claudia menghentak marah. Dia mengulurkan tangan, merebut kembali Michelle ke sisinya. “Argh!” Michelle memekik kesakitan. Ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 65. Perang Cewek

    Amira meloncat kaget. Bayangan masa depan yang dia lihat langsung membuatnya berlari mundur. Beruntung lorong sekolah di jam pulang sangat sepi, jadi Amira tidak menabrak siapapun. “Lah? Bapak?” Amira menunjuk Reynald bingung. “Kok bisa?” Dalam sekejap, Amira jadi melupakan tentang Claudia yang mengejarnya seperti orang gila. Dia berubah haluan. Tatapannya memicing pada Reynald. “Ada apa? Kenapa kalian kejar-kejaran di sekolah?” Otak Claudia ternyata sudah kembali. Cewek itu sempat menyembunyikan gunting yang dia bawa. Entah ke mana benda itu sekarang. “Itu, Pak!” Claudia menyela lebih dulu. “Dia jambak rambut saya sampai copot!” Amira melotot. Dia kecolongan. Semua karena Amira terlalu sibuk kaget dengan masa depan Reynald yang dia lihat. “Tapi dia juga dorong saya! Sampai kepala saya luka!” Amira menunjukkan darah yang mengering di dahinya. Reynald jadi pusing sendiri mendengar teriakan keduanya. Dia sungguh tidak pandai menghadapi murid perempuan, apalagi yang bertengka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 100. Perasaan yang Masih Ada.

    Amira tertegun menatap pintu kamarnya yang sepi. Dia jadi ingat kalau kemarin-kemarin pintu itu sering digedor oleh Raga. “Kenapa gue mikirin dia terus, sih?” Amira berseru kesal. Bahkan kemarin, saat Amira berpikir jika dirinya menikmati kencan dengan Evan, ternyata dia malah terus mengingat Raga. “Evan baik, tapi Raga itu beda.” Evan bersikap manis dan sopan selama mereka berkencan. Bahkan cowok itu selalu membantu Amira dan menanyakan apa yang Amira inginkan. Jauh berbeda dari Raga yang seringnya memaksa dan menyuruh. “Cuma enggak ada rasanya aja ….” Amira memang senang bersama Evan, tapi tidak ada perasaan lain lagi. Jika bersama Raga, Amira bisa merasa kesal, keki, canggung, emosi, atau bahkan malu dan salah tingkah brutal. “Sama Raga itu kayak makan permen banyak rasa. Enggak pernah ngebosenin.” Sial sekali. Amira mengutuk dirinya sendiri. Dia bukannya rindu, apalagi kehilangan. Pokoknya tidak. “Ck! Mending mandi! Nanti gue telat lagi!” Amira melemparkan bantal kes

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 99. Sama yang Lain

    Bel pulang sekolah berdering nyaring. Amira sedang merapikan bukunya, saat Evan datang menghampiri. “Yuk,” ajak Evan sambil mengulurkan tangan. Amira hanya memberikan senyum tipis. Dia merapikan bukunya cepat, lalu beranjak. “Yuk,” jawab Amira tanpa menyambut uluran tangan Evan. Evan hanya bisa menatap tangannya yang terabaikan. Dia menghela sesaat, sebelum memutuskan untuk tidak menyerah. Evan memilih untuk mengejar Amira saja. Mereka pun berjalan bersisian menuju tempat parkir. “Mobil gue di sebelah sana,” ucap Evan sambil menunjuk ke sudut. Amira memicing, mencari mobil Evan. Dia sedikit terkejut mendapati cowok itu membawa mobil sport berwarna merah yang terlihat sangat keren. Jauh berbeda dengan mobil standar Raga, sedan berwarna hitam polos. “Ayo masuk,” ucap Evan saat mereka sudah sampai di dekat mobil. Tangan Evan terulur membukakan pintu untuk Amira, sebelum dia menyusul masuk ke dalam mobil. “Lo nyetir sendiri?” Evan terkekeh mendapati pertanyaan Amira. Dia lang

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 98. Bukan Pelarian

    Di kantin Laveire yang ramai pada jam istirahat, Evan membuat keributan. Dia bahkan lebih berisik daripada murid-murid yang sedang mengantri makanan. “Amira, lo suka makanan apa?” Tanya Evan bersemangat. Evan dengan sengaja duduk di samping Amira. Dia memanfaatkan semua kesempatan yang dia miliki saat ini. “Apa aja,” jawab Amira singkat. Sedikit pun Amira tidak tertarik dengan pertanyaan dari Evan. Apa pun yang ditanyakan oleh Evan, jawaban Amira sama. “Kalau minuman? Lo suka apa?” Evan masih berusaha. Meskipun Amira menjawab dengan enggan, Evan tidak menyerah. Selama Amira masih menjawab, dia akan terus bertanya. “Apa aja,” jawab Amira lagi. Sebenarnya, secara teknis, jawaban Amira pun tidak salah. Dia memang tidak pilih-pilih dalam hal makanan atau minuman. Bahkan mungkin hampir dalam segala hal. Karena pada dasarnya, memang Amira tidak memiliki pilihan karena keterbatasan hidupnya sejak dulu. “Kalau ke cafe bareng gue, mau enggak?” Tanya Evan cepat. Dia mencoba meng

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 97. Pikiran yang Mengganggu

    Amira melamun sesaat setelah dia bangun. Otaknya melayang pada kejadian kemarin, saat Amira menghabiskan waktu seharian penuh bersama Raga. “Yang kemarin kayak mimpi,” gumam Amira pelan. Semua tentang permainan piano, pernyataan cinta, bahkan makan malam bersama dengan keluarga Wijaya. Bagi Amira, semua masih tak terasa nyata. “Semoga hari ini lebih baik dari kemarin,” ucap Amira, berdoa. Karena hari semakin siang, Amira memilih untuk beranjak dari tempat tidurnya. Amira tak mau jika Raga sampai menunggu lama. Dia tak mau Raga datang menggedor pintunya lagi. Setelah selesai mandi, Amira menyiapkan sarapan dan memakannya lahap. Saat dia sudah siap sempurna, Amira mengecek ponsel. Tidak ada pesan masuk dari Raga sama sekali. “Tumben?” Amira bertanya-tanya sendiri. “Apa Raga udah nunggu di luar?” Karena tidak ada waktu lagi, Amira memutuskan berjalan keluar gang tanpa menunggu pesan. Namun, sesampainya di sana, mobil Raga masih belum datang. “Mungkin sebentar lagi,” ucap Ami

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 96. Status Sosial

    Dulu, Amira pernah mendengar bahwa orang miskin tidak akan pernah bisa membayangkan kehidupan orang kaya, begitu pula sebaliknya. Saat di Laveire, Amira meragukan ungkapan itu. Bersekolah selama setahun di sana, Amira masih bisa beradaptasi dengan baik. Namun sekarang, Amira bisa merasakan perbedaan itu. Perbedaan antara dirinya, dan Raga. Semakin Amira mengenal Raga, semakin dia membandingkan kehidupan mereka. Rumah kontrakan Amira, berbeda dengan rumah mewah Raga. Apa yang Amira makan, tak sama dengan apa yang Raga makan. Seorang Amira tidak pernah bermain piano, sama seperti seorang Raga yang tidak pernah berkebun. Mereka, berbeda. “Terima kasih untuk makanannya, Bapak, Ibu, Kakek,” ucap Amira akhirnya. Amira memilih untuk menuruti apa yang Raga mau. “Terima kasih, Tuan Besar, Tuan, dan Nyonya,” ucap Alex menyusul. Heri hanya mengangguk sekilas tanpa repot untuk mengucapkan apapun. Amira sadar dengan tatapan Heri. Tatapan mendominasi yang membuat Amira merasa tidak nyaman. H

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 95. Panggung Keluarga Wijaya

    Alex mengamati langkah Raga dan Amira dari belakang. Sebelumnya, dia sempat berinisiatif ingin menenangkan Amira. Alex berniat berucap jika dirinya tidak akan membiarkan Amira sendirian, tapi sepertinya semua itu tidak diperlukan sekarang. Lihat saja bagaimana Tuan Mudanya itu sudah melindungi Amira sampai seperti itu. “Tuan Besar mengatakan jika Tuan Muda bisa langsung ke ruang makan,” ucap salah satu pelayan. Raga langsung mengiyakan. Dia menyempatkan diri untuk melirik Alex sebentar, sebelum kembali pada Amira. Raga menunggu sampai kaki Amira melangkah lebih dulu. Keadaan saat ini sangat sulit bagi Amira. Padahal dia berjalan biasa, tapi kakinya terasa sangat berat. Amira merasa jika kedua kakinya terikat beban ratusan kilo, sampai dia kesulitan bergerak. “Raga!” Suara panggilan dari seorang wanita terdengar, membuat Raga dan Amira menoleh bersamaan. “Ibu sudah menunggu kamu dari tadi.” Andini menyambut Raga hangat, tapi tatapan wanita itu berubah saat melihat Amira.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 94. Terlanjur Terjebak

    Di sudut ruang meeting departemen pengembangan, ada Alex yang berdiri di sudut. Pria itu menatap Amira dengan tatapan khawatir. Dia tentu saja mendengar apa yang Heri katakan, dan dia tidak menyukainya. Alex merasa jika Heri sudah menyinggung Amira. Alex tahu jika dirinya tidak setara dengan Raga, karena dia memang hanya pengawal. Namun, Amira berbeda. Amira adalah teman Raga, harusnya status Raga dan Amira bisa setara. Meski begitu, Heri dengan sengaja menyamakan Amira dengan Alex. “Kakek akan minta ayah dan ibumu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka juga. Kamu juga bersiap. Kita pulang sama-sama.” Raga mengangguk. “Raga akan pulang bersama Amira. Kakek duluan aja sama ayah dan ibu.” Jawaban Raga membuat Amira mempertanyakan eksistensi otak Raga. Apakah organ tubuh cowok itu sedang menghilang sementara? Karena Raga tiba-tiba menjadi bodoh begitu saja. Di luar dugaan, Heri malah tersenyum. Dia kemudian berpamitan pada Raga, berjalan keluar ruangan. “Kita ketemu lagi di rumah,

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 93. Canggung Setengah Mati

    Amira berterima kasih pada pegawai yang membawakannya coklat panas dan kue-kue. Setelah itu, Amira cuma bisa duduk kaku di samping Raga. Di ruang meeting perusahaan Exscales, tidak ada hal lain yang bisa Amira lakukan. “Bagian ini harusnya dibuat kayak yang gue bilang kemarin. Kenapa dirubah?” Amira bisa mendengar suara Raga yang kesal. Pegawai di depan Raga hanya bisa mengangguk patuh saat Raga menyemburnya dengan kemarahan. Ternyata sikap seenaknya Raga sudah mendarah daging. Karena dia memiliki status yang lebih tinggi, Raga terbiasa melakukan hal seperti itu. “Maaf, Tuan. Kami akan memperbaikinya lagi.” Pegawai itu memasang wajah memelas dengan penuh penyesalan. Namun, Raga tidak menanggapinya sama sekali. Raga melengos. Tangannya menunjuk menyuruh. “Bawakan laptop ke sini,” ujar Raga memberikan perintah. “Masukkan juga data-data ini ke dalam,” sambungnya kemudian. Tak perlu menunggu semenit, satu buah laptop sudah ada di depan Raga. Tangan Raga sigap memeriksa isi file y

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 92. Pekerjaan Raga

    “Udah selesai?” Catherine bertanya ramah. Dia tersenyum pada Raga dan Amira bergantian. “Kok cepet? Enggak mau lebih lama lagi?” Raga menggeleng. Dia menunjuk ke arah luar gedung tempat les milik Catherine. “Ada urusan lain,” jawabnya singkat. Catherine mengangguk lagi. Dia memang hanya menawarkan, bukan memaksa. “Lain kali, datang lebih sering,” ucap Catherine. “Kamu termasuk murid yang selalu saya tunggu.” Raga angkat bahu. Dia tidak menjawab, hanya memberi senyum sekilas. Raga memilih untuk berpamitan. Dia tak berniat untuk berbasa-basi dengan Catherine lebih lama lagi. Di luar gedung, ada Alex yang langsung menghampiri. Pria itu langsung segera keluar dari mobil saat melihat Raga. “Tuan Raga sudah selesai?” Tanya Alex. Alex memang diminta oleh Raga untuk menunggu di mobil saja. Awalnya Alex tidak setuju, tapi Raga memaksa. Setelah mengamati keadaan sekitar dan yakin dengan keamanannya, Alex baru beranjak. “Udah. Buka pintunya,” sahut Raga. Alex mengiyakan. Dia membuka

DMCA.com Protection Status