Beranda / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 60. Si Miskin dan Si Kaya

Share

Bab 60. Si Miskin dan Si Kaya

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 15:49:22

Keesokan hari, Raga sedang duduk di kursinya, di dalam kelas. Pelajaran selesai, dan bel istirahat telah berbunyi. Guru baru saja beranjak keluar kelas, tapi Michelle sudah menunggu di depan pintu.

“Jangan pergi,” ucap Raga saat Amira menoleh padanya. Kedua mata Raga memandang penuh harap pada Amira.

Tentu saja Raga juga sudah melihat sosok Michelle yang menunggu Amira. Dia juga tahu, jika setelah ini Amira pasti akan langsung menghampiri Michelle. Karena itulah, barusan Amira menoleh padanya, seolah meminta izin.

“Jangan tinggalin. Temenin gue aja,” sambung Raga dengan suara lirih.

Amira langsung menautkan alis. Dia merasa geli sendiri mendengar Raga yang memohon manja padanya.

“Elo mabok?” Ledek Amira.

Amira merasa aneh mendapati wajah memelas Raga. Biasanya kan cowok itu hobi marah-marah dan memaksa.

“Gue cuma mau ke kantin,” sambung Amira kemudian.

Memang benar, Amira hanya ingin menghabiskan waktu istirahat bersama Michelle di kantin Laveire, bukannya mau pergi ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 61. Tidak Pantas

    Sejak mengibarkan bendera perang pada Claudia, Amira jadi lebih berhati-hati. Kemarin, mereka tidak jadi makan di kantin dan memilih untuk membeli roti isi untuk dinikmati di taman belakang Laveire. Di sana lebih tenang, dan tanpa Claudia tentu saja. Saat itu, Michelle terus saja menggumamkan maaf pada Amira sampai jam istirahat selesai. Jelas sekali jika Michelle sungguh merasa bersalah pada Amira. Padahal Amira sudah mengatakan, jika itu bukan salah Michelle. Kring!“Pelajaran hari ini kita lanjutkan minggu depan, ya.” Guru menutup pelajaran tepat saat bel berbunyi. Siswa-siswi di kelas XI-A ikut beranjak. Mereka juga ingin menikmati waktu istirahat. “Lo mau ke kantin sama temen lo lagi?” Tanya Raga saat Amira bergeser dari kursinya. Kemarin, Raga sudah menahan kesal. Dia masih mencoba bersabar saat Amira lebih memilih Michelle daripada dirinya. Sekarang, Amira sepertinya masih akan melakukan hal yang sama. Raga jadi menyimpan dongkol sendiri. Dia ingin Amira memilih dirinya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 62. Batas Kesabaran

    Amira menarik tangan Michelle. Dia tidak bisa membiarkan temannya menangis di depan toilet. Lorong sekolah masih ramai di jam istirahat. Michelle bisa menjadi pusat perhatian nanti. Langkah kaki Amira membawa mereka menuju ke kursi yang ada di taman samping Laveire. Di sana, suasana lebih sepi, tak banyak orang lalu lalang. Suara mereka pun tak akan terdengar jika mereka tidak berteriak. “Maafin gue, Amira ….” Michelle masih terisak. Berkali-kali Michelle menghapus air mata yang jatuh di pipi. Dia pun terus menggumamkan kata maaf. “Kenapa minta maaf?” Tanya Amira kesal. Amira tak bisa lagi hanya diam menyaksikan Michelle yang terus tenggelam dalam kesedihan. Dia tahu ada yang salah, dan kali ini, dia tak akan tinggal diam. “Bilang ke gue. Apa yang terjadi?” Pertanyaan Amira terabaikan. Michelle masih tergugu. Gadis itu menangis lirih, membuat hati Amira panas. “Lo diapain sama Claudia?” Tanya Amira tanpa berpikir panjang. Dia sudah menetapkan satu nama itu sebagai te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 63. Salah Langkah

    Jam istirahat kali ini berbeda. Di kantin Laveire, ada tontonan yang menarik. Dua kelompok siswi sedang berdebat, kelompok Amira dan kelompok Claudia. Mereka adu mulut, lalu beralih pada adu fisik. Brak! Amira terjatuh, tubuhnya menghantam lantai yang dingin. Kepala Amira membentur sudut meja besi yang ada di dekat mereka. “Duh!” Amira mengeluh. Sekarang, kepala Amira terasa pening. “Amira!” Michelle berteriak panik. Dia segera berlutut menghampiri Amira. Tangan Michelle terulur, membantu Amira berdiri. Dia memekik saat melihat sudut kepala Amira yang berdarah. “Maaf!” Seru Michelle dengan wajah penuh rasa bersalah. Amira hanya mengucap kata tak apa yang singkat dan segera bangkit. “Salah lo!” Claudia tiba-tiba saja berteriak. “Lo yang narik gue duluan!” Tentu saja Claudia tidak mau disalahkan, meski dia yang mendorong. Amira yang memulainya, bukan dia! Salah satu teman Claudia menyenggolnya. “Ayo pergi, nanti ada guru.” Amira hanya bisa melengos saat melihat ketiga oran

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 64. Gue Enggak Takut

    Amira tidak berpikir panjang. Kakinya melangkah cepat mengikuti ke arah Michelle pergi. Dia terus berjalan ke taman belakang Laveire, sampai ke sudut titik buta CCTV. “Heh, item!” Belum-belum, Amira sudah kesal. Suara cempreng Claudia yang menghina temannya, sungguh membuat Amira meradang. “Item, item terus!” Balas Amira sambil melangkah mendekat. “Mata lo buta, ya? Kulit dia tuh cokelat, bukan item!” Amira jadi menyela di antara mereka. Dia berdiri di depan Michelle, lalu menarik gadis itu ke sisinya. “Kalo buta warna, bilang! Jangan malah jelekin orang!” Ketus Amira. Tangannya menunjuk ke sekeliling. “Lagian ngapain sih kalian main di rumput begini? Mau saingan sama kambing, apa gimana?” Claudia memicing tajam. Dia tidak suka ucapan Amira yang menyamakannya seperti kambing. “Lo terus aja cari masalah sama gue!” Jerit Claudia keras. Kedua kaki Claudia menghentak marah. Dia mengulurkan tangan, merebut kembali Michelle ke sisinya. “Argh!” Michelle memekik kesakitan. Ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 65. Perang Cewek

    Amira meloncat kaget. Bayangan masa depan yang dia lihat langsung membuatnya berlari mundur. Beruntung lorong sekolah di jam pulang sangat sepi, jadi Amira tidak menabrak siapapun. “Lah? Bapak?” Amira menunjuk Reynald bingung. “Kok bisa?” Dalam sekejap, Amira jadi melupakan tentang Claudia yang mengejarnya seperti orang gila. Dia berubah haluan. Tatapannya memicing pada Reynald. “Ada apa? Kenapa kalian kejar-kejaran di sekolah?” Otak Claudia ternyata sudah kembali. Cewek itu sempat menyembunyikan gunting yang dia bawa. Entah ke mana benda itu sekarang. “Itu, Pak!” Claudia menyela lebih dulu. “Dia jambak rambut saya sampai copot!” Amira melotot. Dia kecolongan. Semua karena Amira terlalu sibuk kaget dengan masa depan Reynald yang dia lihat. “Tapi dia juga dorong saya! Sampai kepala saya luka!” Amira menunjukkan darah yang mengering di dahinya. Reynald jadi pusing sendiri mendengar teriakan keduanya. Dia sungguh tidak pandai menghadapi murid perempuan, apalagi yang bertengka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 66. Berani Menghadapi Konsekuensi

    Ruang guru di Laveire kembali memanas. Di depan sebuah meja bundar, seorang guru dan lima siswi sedang berdiskusi untuk mencari pemecahan dari masalah yang mereka hadapi. Hanya ada mereka, di saat yang lain sudah pulang karena jam sekolah telah berakhir. “Setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya kan, Pak?” Claudia terus menyudutkan Amira. Memang, bagi Claudia tidak masalah jika dia mendapatkan satu baris kasus di dalam buku rapornya. Tapi bagi Amira, ini bisa menjadi masalah besar. “Saya menarik tangannya karena dia mengejek saya duluan, Pak.” Amira masih berusaha membela diri. Sungguh, hari ini benar-benar hari sial untuk Amira. Kenapa juga dia mencari masalah? Kenapa dia menyerang duluan? Dan kenapa pula dia ketahuan? “Pak, saya mau bicara sebentar.” Hari ini adalah hari paling gila dalam hidup Amira, jadi mungkin Amira bisa menjadi gila juga. Tangan Amira menarik Reynald mendekat. Dia berbisik tepat di telinga guru itu. “Jangan laporkan kasus ini, atau saya akan melapo

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 67. Panggilan yang Mengubah Malam

    Di rumahnya, Amira menghela lelah. Senja sudah berakhir dan dia baru saja selesai mengobati luka di dahinya. “Duh! Muka gue jadi tambah jelek, nih!” Gerutu Amira pada dirinya sendiri. Amira terus saja menatap cermin di hadapan. Dia berusaha menutupi plester di dahinya dengan menurunkan sebagian poni. “Tetep keliatan,” gumam Amira pelan. “Atau enggak usah pake plester aja gitu?” Tangan Amira meraba pelan bekas luka di dahinya. Hanya sesaat, sampai dia kemudian berhenti. Kepalanya menggeleng. “Nanti ada bekasnya!” Daripada terus kesal sendiri, Amira memilih untuk menyiapkan makan malam saja. Dia membuka kulkas, lalu mengambil stok bahan makanan dari sana. Tangan Amira bergerak terampil memotong sayur yang akan dimasak. Hari ini dia akan membuat tumis sawi dengan telur dadar. “Apa Raga masih marah sama gue?” Ucap Amira begitu saja. Menggunakan semua barang pemberian Raga, membuat Amira jadi teringat pada cowok itu. “Dia juga enggak ada hubungin gue sama sekali,” gumam Ami

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 68. Momen yang Tersia-sia

    Raga sudah menunggu di depan gang rumah Amira seperti biasa. Dia meneror gadis itu dengan pesan singkat dan panggilan, menyuruh Amira datang secepatnya. “Lama!” Gerutu Raga saat pintu mobil terbuka. Terlihat Amira yang mengusap peluh karena lelah berlari. Dia gegas masuk ke dalam mobil, sebelum Raga mengomel lebih banyak. “Salah lo! Ini masih pagi banget!” Amira memaki kesal. Raga memang melakukan hal yang tidak masuk akal, menjemput terlalu pagi. Kalau mereka berangkat sekarang, mereka akan sampai di sekolah satu jam sebelum bel masuk. “Emang mau ngapain ke sekolah buru-buru? Ada apaan?” Pertanyaan Amira tidak bisa dijawab oleh Raga. Sebenarnya, dia bukan ingin datang ke sekolah buru-buru, tapi dia mau segera bertemu dengan Amira. “Enggak ada apa-apa. Gue cuma mau cepet sampe sekolah, biar enggak telat.” Amira memicing sinis. Dia tidak percaya dengan jawaban konyol Raga. “Kita enggak bakal telat, Raga. Kita mungkin bakal jadi yang pertama dateng.” Wajah Raga berubah can

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 145. Harapan untuk Laveire

    "Maksud Pak Reynald gimana?" Evan bertanya. Saat ini, Evan merasa tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Mungkin saja karena di ruang rawat Amira ini ada banyak orang. Dia jadi tidak bisa mendengar dengan jelas. "Gurunya berhenti semua?" Tanya Evan, sekali lagi. Dia berusaha memastikan. Memang, mereka sudah bisa menduga tentang murid yang pindah. Namun, tidak ada yang menduga jika guru akan melakukan hal yang sama. "Kenapa?!" Evan memekik tak percaya. Reynald hanya bisa angkat bahu. Dia sama tak percaya seperti Evan. Dia juga kaget ketika mendapati pertemuan kemarin yang hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. "Kebanyakan tidak mau lagi terlibat dengan Laveire. Mereka tidak mau nama mereka disangkut pautkan." Citra Laveire sudah terlanjur buruk. Meski keluarga Wijaya sudah membantu menutupi kasusnya, tetap saja berita yang beredar dari mulut ke mulut tidak dapat dihentikan. "Kepala sekolah sudah mengundurkan diri, dan kepala yayasan sedang bingung mencari solusi." A

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 144. Kunjungan Pagi

    Amira mengumpulkan kesadarannya yang masih bertebaran di atas ranjang. Dia menguap beberapa kali sebelum menyuruh Alex duduk. Pengawal rajin itu terus saja berdiri di sudut. "Duduk, Pak." Amira menunjuk sofa yang ada di sudut kamarnya. "Aku marah kalau Pak Alex enggak duduk." "Tapi–" Amira menggeleng. Dia tidak menerima penolakan. "Kalau Pak Alex enggak duduk, Pak Alex enggak boleh ada di sini,” ujar Amira sambil menunjuk pintu keluar. Alex kan sama seperti Amira, masih berstatus pasien. Namun, Raga malah menyuruh Alex mengawal Amira. Harusnya Alex beristirahat di kamarnya. “Bapak mau duduk atau balik ke kamar Bapak sendiri?” Ancam Amira. Alex terpaksa menurut. Dia mengambil tempat di atas sofa yang ditunjuk Amira. Amira pun mengangguk puas melihatnya. Dia mengucek matanya sekilas, sebelum menurunkan kaki dari ranjang. Amira hendak beranjak ke toilet sebelum sebuah suara teriakan terdengar. "Amira!" Suara sekencang toa itu sudah jelas siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 143. Bersamamu, Meski Jauh

    Pembicaraan Raga dan Amira terpotong dengan kedatangan perawat yang membawa makan malam. Raga membantu Amira makan seperti biasa. Mereka berbincang sesaat sampai akhirnya Leon memperingatkan Raga untuk segera kembali ke kamarnya sendiri. “Jangan terlalu malam, Tuan Raga. Besok–”Raga mengangkat tangan, mencegah Leon bicara lebih banyak. “Jangan ngeduluin gue ngomong.”Leon gegas menutup mulutnya rapat. Dia tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Amira yang mendengar kalimat kesal Raga, menyadari jika ada yang aneh dari sang pacar. Dia bergerak mendekat pada Raga. “Jangan, dong!” Cegah Raga saat Amira berusaha menggapai tangannya. Amira ingin tahu apa yang akan terjadi. Dia hendak melihat masa depan dari tangan Raga. Namun, Raga menepis tangan Amira yang terulur. “Biar gue bilang sendiri.” Raga menolak tangan Amira. Sebagai gantinya, Raga menatap Amira lekat. Kedua bola matanya menelisik netra Amira lembut, mendalami iris coklat di depannya. “Gue sayang sama lo,” ucap Raga tanpa aba

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 142. Jangan Bikin Gue Jauh

    Amira menunggu pacarnya menjawab. Namun, Raga tampak terlalu terkejut hanya untuk berucap. "Raga," panggil Amira sekali lagi. "Enggak apa-apa kan, kalau kita beda sekolah?" Ulang Amira. Amira sampai menggeser tempat duduknya. Dia mendekat pada Raga, dengan sengaja menepuk lengan cowok itu. Amira melakukannya semata agar Raga merespon, tidak hanya terus diam. "Kita masih bisa tetep ketemu, loh," ucap Amira dengan nada lembut, membujuk. Kata-kata Amira mendapatkan sebuah tatapan dari Raga. Cowok itu memandang tak rela. Amira tidak tahu saja, betapa inginnya Raga mengatakan tidak. Raga berniat menyuarakan keberatannya. Tapi melihat Amira yang berusaha membujuk, Raga jadi tak tega. "Habis harus gimana?” Tanya Amira. Kali ini, dia mengangkat bahu, menunjukkan kebingungannya. "Gue kayaknya enggak bisa kalau harus masuk ke sekolah kayak Laveire lagi. Uang gue mungkin enggak cukup."Amira harus berpikir jauh ke depan. Sebenarnya, bukan tidak mungkin jika Amira memilih sekolah seperti L

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 141. Jalan Keluar yang Lain

    Raga terdiam. Di dalam ruang rawat inapnya, dia menunggu jawaban dari Heri. Sang kakek, tidak mengucapkan apa pun. Heri hanya memandang Raga, lurus. Raga tidak bisa bertahan lebih lama dalam keheningan. Dia bertanya lagi, kali ini lebih agresif. “Mungkin Kakek bisa mencoba mengambil alih Laveire. Kakek kan selalu sukses dalam segala hal?” Heri berdecih. “Pintar sekali kamu bicara,” cibir Heri, sinis. Raga menggeleng. Dia tidak sekedar memuji. Tentu saja semua itu berdasarkan pada bukti. Perusahaan keluarga Wijaya yang masih berdiri dalam bentuk Exscales adalah bentuk nyata hasil kerja keras Heri.“Tidak bisa. Kakek terlalu sibuk. Exscales yang sedang berada di puncak, membutuhkan lebih banyak tenaga dari yang bisa kamu lihat.”Jawaban Heri sangat masuk akal. Namun, Raga tidak berniat untuk menyerah. “Bagaimana kalau Kakek yang ambil alih tapi orang lain yang mengurusnya?”Usul Raga terdengar buru-buru, tapi dia sudah terlanjur maju. Raga tak berniat untuk mundur tanpa hasil. “Bi

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 140. Masa Depan Laveire

    Michelle, Febby, dan Evan pulang di jam makan siang. Raga pun terpaksa berpamitan pada Amira. Leon mengatakan jika Raga harus menjalani beberapa pemeriksaan lanjutan. Beberapa jam Raga habiskan, hanya untuk mendengar pernyataan dokter yang mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Setelah semua pemeriksaan itu, Raga dinyatakan sehat. "Apa Tuan Raga mau langsung pulang ke rumah sekarang?" Tanya Leon pada Raga yang sudah kembali ke kamar inapnya. Tentu saja, Raga bisa keluar dari rumah sakit kapan pun dia mau. Lukanya benar hanya goresan, tidak berbahaya, apalagi mengancam nyawa. "Nanti," sahut Raga singkat. Raga masih ingin menemani Amira. Amira pasti masih galau dengan berita ditutupnya sekolah. Setidaknya, Raga ingin menghibur Amira sampai hari ini. "Tapi Tuan Raga harus menjalankan jadwal yang dibuat oleh Tuan Besar secepatnya." Raga mendengus. Apa yang diucapkan oleh Leon terdengar seperti perintah. "Kalau gitu, ngapain nanya gue masih mau di rumah sakit apa enggak!" Ket

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 139. Gosip Penutupan

    Amira terdiam di atas ranjangnya. Dia terpaku tak bergerak selama beberapa saat. Hening menyergap ruang rawat Amira. "Kenapa?" Michelle yang pertama kali mengeluarkan suara. “Kok sekolah kita ditutup?”Gadis yang satu itu memang memiliki kemampuan nalar yang mungkin kurang dibandingkan teman-temannya. Dia sedikit lamban dalam mencerna informasi."Ya lo pikir aja!" Evan yang tidak sabar menanggapi pertanyaan Michelle. "Emang masih ada orang yang mau sekolah di tempat yang baru aja jadi ladang pembantaian?" Ujar Evan, sinis.Mungkin kata-kata Evan terlalu kasar, tapi dia tidak salah. Faktanya, tidak ada korban jiwa di Laveire. Namun, banyak sekali yang terluka. Laveire sudah ternoda dengan darah. Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan itu. "Bener kata Evan.” Febby pun mengiyakan. Nyatanya kredibilitas sekolah mereka, sudah terjun ke dasar jurang. Keamanan adalah hal yang krusial, dan Laveire tidak bisa menjaminnya. “Mana ada orang tua yang mau sekolahin anaknya di tempat yang engga

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 138. Pernyataan Tiba-Tiba

    Seisi kamar terdiam. Sekarang, pandangan semua orang yang ada di ruang rawat Amira, tertuju pada Michelle. Febby sampai mengulang pertanyaannya lagi. "Lo … suka sama siapa? Raga?"Amira refleks meraih tangan Raga, padahal sebelumnya dia yang menjauh. Amira hanya sedang menandai miliknya. Michelle memang teman Amira, tapi Raga adalah hal yang tidak bisa dia bagi dengan orang lain. Dalam diam, Raga menahan senyum. Sebenarnya dia ingin meloncat senang, tapi dia menahan diri. Setidaknya Raga harus bersikap seperti orang normal di depan yang lain. Meski dia ingin salto karena begitu bahagianya. Mendapati Amira yang mendekat padanya duluan, itu luar biasa. “Beneran Raga?” Febby terus bertanya karena Michelle hanya diam. Butuh beberapa detik sampai akhirnya gadis itu menggeleng. “Bukan,” jawab Michelle datar. Jelas tidak. Sejak awal dia tidak tertarik pada Raga. “Loh?” Febby berseru heran. “Terus siapa kalau bukan Raga?”Febby mendelik pada Michelle sekarang. Jarinya tertambat pada Ami

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 137. Cinta Segiteman

    Raga berdiri panik saat mendengar suara tangis Amira. Air mata sudah mengalir deras di pipi gadis itu.Alex dan Leon ikut berdiri. Mereka juga kaget karena tiba-tiba saja Amira menangis, padahal Raga dan Amira sedang suap-suapan tadi. “Jangan ke sini!” Cegah Raga saat mendengar langkah kaki Leon dan Alex yang mendekat. “Kalian tunggu di luar!”Leon ingin membantah, tapi Alex membujuknya. “Cuma sebentar. Tuan Raga pasti aman sama Nona Amira.”Pernyataan yang jelas membuat Leon mendelik. Bagaimana bisa Alex begitu yakin? Leon tak mau mengambil resiko. Namun, saat dia hendak menggeleng, Alex menyela. “Saya jamin dengan nyawa saya.”Meski masih menaruh curiga, akhirnya Leon mengiyakan. Dia melangkah keluar kamar bersama dengan Alex. Sementara di dalam kamar, Raga sibuk bertanya. “Kenapa? Sakit?”Amira menggeleng. Namun, kepalanya terus menunduk. Amira tidak membiarkan Raga melihat wajahnya yang saat ini penuh dengan air mata."Amira, please!" Raga berteriak gemas. Dia tentu saja panik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status