15.48“Assalammu’alaikum.”Sebuah suara rendah yang terdengar berwibawa, terdengar dari arah ruang tamu. Aliya yang baru saja selesai membaca surat yasin sebanyak tiga kali untuk ia kirimkan pada Dean, menutup mushaf yang ada di tangannya.Ia melepas mukena dan melipatnya dengan cepat namun rapi. “Wa’alaikumsalam,” terdengar suara Guntur menjawab salam itu.Aliya bergegas menyimpan lipatan mukena dan sajadah ke atas meja di kamar Dean.Aliya memang sengaja membawa mukena dan menyimpannya di kamar Dean untuk ia gunakan. Ia tahu, ia akan sering datang ke sini dalam beberapa hari ini. Ia lalu menyimpan dengan hati-hati mushaf milik suaminya kembali ke tempatnya.Aliya merapikan diri, lalu bergegas keluar kamar.Di ruang tamu, ia melihat Guntur tengah berdiri berhadapan dengan dua orang pria yang tampak hampir sebaya. Pria di depan Guntur menggunakan semacam koko panjang dan celana longgar berwarna coklat muda sebatas mata kaki.Meski tampak beberapa kerut di wajahnya, namun sorot matany
“Benar Mbak. Sepertinya mereka berdua sengaja membuka dirinya untuk terbaca saya. Dugaan saya, untuk membuat kita tenang, karena tahu mereka pada level yang sangat memungkinkan untuk menolong mas Nawidi….”“Alhamdulillah kalau begitu. Kita benar-benar beruntung.…” Aliya menghela napas lega. “Luar biasa memang, keluarga kang Awi. Begitu banyak elemen Level satu.” Aliya bergumam takjub.Bagaimana tidak, Level 1 adalah level yang jarang dapat dicapai para elemen.Level 1 merupakan pencapaian tertinggi elemen pada umumnya. Butuh puluhan tahun untuk mencapai level 1 ini pada manusia elemen secara normal. Hanya orang-orang tertentu yang bisa dengan singkat mencapai Level ini.Entah dia sangat berbakat, atau dia mengikuti gemblengan khusus di alam lain.Para Penjaga Inti Aliya, contohnya. Terutama Elang dan Dean. Mereka berdua merupakan jenis pria langka yang begitu cepat melampaui tingkatan dan level.
Jumat, 30 Desember 202208.27 WIBKeesokan harinya, Aliya berkunjung ke makam ayahnya.Sesaat setelah ia memarkirkan motornya, matanya menyapu pemandangan sekeliling pemakaman itu. Badannya sedikit menggigil. Angin bertiup cukup kencang dan kabut masih menutup pemandangan di bawah bukit. Pemakaman ini memang terletak di atas perbukitan.Telah hampir dua minggu ini, hawa dingin Lembang terasa kurang wajar. Temperatur menunjukkan angka 20°, namun suhu yang terasa, seolah 5 derajat di bawahnya.Aliya mengalihkan pandangannya kini pada hamparan pemakaman di depannya. Lalu melangkah mendekat.Di tangannya tergenggam dua kuntum mawar. Merah dan putih. Ia mengucap salam lirih diperuntukkan para penghuni kubur yang ada di lokasi pemakaman itu.Kakinya terayun pelan menuju satu gundukan tanah yang telah tertata rapi dengan rumput yang menghijau di atasnya.“Selamat pagi, Pa…” ujar Aliya lirih. Ia lalu berjongkok d
“Betul, Nak. Jadi Buya minta, Nak Aliya tetap tenang dan bersabar. Hindari bertindak terburu-buru ataupun gegabah.”Aliya terdiam beberapa saat. Ia seperti berpikir keras, sebelum kemudian bertanya lagi.“Tapi, apakah Buya tahu, kapan bantuan itu akan datang?”“Tak lama lagi, Nak,” jawab Tuan Qazzafi. “Jangan risaukan tentang tubuh suami Nak Aliya. Sebelum hal terburuk terjadi, bantuan itu Insya Allah telah datang.”Aliya terdiam lagi, mencoba mencerna setiap kata yang disampaikan oleh Tuan Qazzafi tadi. Sebelum hal terburuk terjadi, bantuan itu telah datang.Aliya mengulang-ulang kalimat itu.Meski merasa ini ironis, karena Aliya sesungguhnya berharap, bantuan itu datang sebelum Dean tewas. Tapi lalu Aliya menghela napas lega. Dia merasa bebannya sedikit berkurang.Setidaknya, perkataan seorang sesepuh dari RealmAir, tidak mungkin adalah perkataan spekulasi semata. Atau hanya sekadar hiburan belaka.Aliya
Sabtu, 31 Desember 202213.15 WIB, Basecamp Cikahuripan.Siang itu Aliya menengok Nawidi kembali.Tuan Qazzafi dan adiknya --Tuan Nazran-- masih di dalam kamar Nawidi untuk sesi healingmereka pada Nawidi.Ia mendengar dari Agung bahwa Nawidi masih belum siuman. Namun kondisinya tampak lebih stabil.Agung dan Iyad lalu pamit pada Aliya, untuk ke paviliun belakang menemui Reed dan rekan-rekannya yang menginap di sana.Reed dari posko Turki, Oliver dari posko Albania, Kyler dari posko Ghana dan Nevan dari posko Luxembourg telah datang Jumat sore kemarin, beberapa jam setelah Aliya pamit pulang.Mereka ditempatkan di paviliun belakang yang telah disiapkan beberapa hari itu oleh Agung dan teman-teman.Agung dan Iyad ada janji rapat dengan keempat pimpinan posko tersebut siang ini. Mereka hendak membahas lebih lanjut beberapa opsi untuk memulangkan jasad Dean dan membawa Agni kembali dan beberapa hal penting lainnya.
Praaang!Nampan dan kedua gelas terjatuh dari pegangan Aliya. Pecahan terserak tak jauh dari kedua kaki Aliya.Mata Aliya membelalak, mulut membuka, jantung terlewat beberapa detakan, napasnya terdengar pendek-pendek seakan terengah.Kedua lutut Aliya gemetar dan menjadi lemas hingga tak lama kemudian tubuhnya hendak terjatuh.Namun sosok yang berdiri di depan Aliya itu, dengan sigap menyingkirkan pecahan cangkir yang berserakan di bawah Aliya dengan sekali empasan ringan energi dari tangan kirinya, sementara tangan kanan menangkap lengan kiri Aliya dan menahannya tidak sampai terjatuh.Kedua lutut Aliya sungguh lemas.Ia kini terduduk di lantai dengan lengannya yang terlingkari erat oleh tangan sosok itu.Wajah Aliya menengadah memandang tak percaya pada pria yang berlutut satu kaki di depan Aliya dengan tangan yang tetap melingkari lengannya.Bibirnya bergetar, lalu dengan susah payah satu kata keluar dari mulutnya.“De-Dean…”Pria di hadapan Aliya itu tersenyum. “Aku pulang…” bisik
Sosok jangkung yang kini tampak di depannya dengan kaos hitam lengan panjang dan celana kargo berwarna senada itu, tengah menatap diri Aliya dengan sorot mata yang tampak rumit.Terlihat jejak lelah pada wajah tampan-nya yang masih dihiasi jambang yang menyambung dengan janggut dan kumis tipisnya.Aliya terpaku menatap wajah maskulin itu.Wajah dengan sepasang bola mata berwarna hazel terbingkai garis rahang yang kuat dan tegas dengan hidung mancung yang terpahat sempurna di atas bibir tipis indahnya.Wajah yang telah ia rindukan dengan amat sangat selama berhari-hari ini.Wajah yang ia inginkan untuk hadir di mimpinya dan ia harapkan untuk mendatangi dirinya dalam bayangan. Wajah yang muncul dalam doa di setiap ia selesai melaksanakan sujud-sujud panjangnya di sepertiga malam dan lima waktu wajibnya. Aliya seperti tak bernapas, ketika pria jangkung itu melangkah mendekat padanya.“Aliya….” Suara rendah itu memanggil nama Aliya begitu langkahnya hanya berjarak sekitar tiga puluh s
Kilas Balik.Sabtu di minggu sebelumnya, 17 Desember 202221.40 WIB, CikahuripanBeberapa penggalan percakapan yang sesungguhnya malam itu antara Dean dan Nawidi di teras belakang basecamp di Cikahuripan.“Apa ada hal lain yang Anda lihat?” tanya Nawidi.“Dalam penglihatan saya saat sesi healing itu, saya melihat sesuatu pada Einhard. Sebentuk benda tampak seperti mata dan benda itu hidup. Dugaan saya, itulah sumber kontaminasinya. Saya telah meminta Windi untuk mengkonfirmasi titik tepatnya di Einhard ke Aliya. Saya tidak sanggup menanyakannya sendiri pada Aliya. Karena harus membuka ingatannya tentang kejadian itu, yang sebagian memang masih tertutup karena traumatisnya.”“Saya paham,” sahut Nawidi.“Ketika itu terkonfirmasi, di titik itulah, Anda harus menaklukkannya ketika nanti berhadapan dengan Einhard?” lanjutnya kemudian.Dean mengangguk, lalu menghela napas berat.“Dan benda itu terlihat terkoneksi dengan sesuatu pada pergelangan tangan Einhard. Tangan kirinya. Saya hanya ber
Teaser untuk S3 RATU BUMI: KELAHIRAN SANG PEWARIS(Entah kapan akan dibuat S3-nya. Tapi Author ingin berikan ini sebagai ekstra saja untuk kalian. Thanks to you all!!)Seorang wanita tengah berada di depan laptop. Sebuah kacamata berbentuk persegi dengan bingkai berwarna biru bertengger di pangkal hidungnya.Terdengar suara tuts pada keyboard yang ditekan cukup keras dan cepat.“Selesai!!” seru wanita itu dengan bibir tersungging senyum yang begitu lebar.Matanya sekali lagi menatap lekat pada layar laptop miliknya. Seolah puas dengan apa yang ia baca, ia mengangguk dan tersenyum lagi.“Mantap memang. Si gue menggambarkan tokohnya begitu nyata. Cakep banget ini. Epik,” ujarnya sambil terus mengangguk-angguk kan kepala. Tiada henti ia memuji dirinya sendiri.“Mungkin karena aku pake namaku sendiri buat tokoh cewek, ini bener-bener terasa seperti kejadian nyata. Tapi kan itu emang tujuanku..”“Sepertinya aku bener-bener jenius… Beberapa potong mimpi ku, bisa kujadikan rangkaian cerita se
Suatu hari di bulan September 2023.Aliya menggeliat lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merentangkan kedua tangannya dan menguap.Kepalanya menengok ke kiri. Sisi itu kosong.Ia lalu menengadah, melihat ke arah jam dinding dalam kamar itu. 7:15.Aliya kemudian turun dari ranjang-nya. Ia kenakan sandal rumah berbahan kain dengan bordiran inisial A pada bagian tutup kakinya.Dengan langkah malas ia keluar kamar. Kepalanya berputar mencari.Hari itu, setelah ia tadi shalat subuh, ia tertidur kembali, karena semalam ia begadang menyelesaikan pekerjaannya hingga jam 2 dini hari.Kaki Aliya terus melangkah. Kini hidungnya mencium harum masakan berasal dari dapur. Ia pun mengarahkan kakinya ke arah sumber aroma tersebut.Ia terhenti di ambang pintu dapur. Bibirnya tersenyum. Matanya menatap ke depan dengan sorot penuh kasih.Tubuh jangkung dengan masih menggunakan set piyama tidur bermotif salur itu, masih asyik melakukan sesuatu di depan kompor.“Sudah bangun, rupanya…” kata pemilik
Dean menyetir mobil Jeep Cherokee Trackhawk yang terbuka dengan santai, menikmati embusan angin yang hangat di wajahnya sementara Aliya di sampingnya tampak takjub memandangi pemandangan di sekeliling mereka.Sekitar lima belas menit lalu, Aliya dan Dean tiba di Amboseli Airtrip di dalam Taman Nasional Amboseli.Taman Nasional Amboseli ini terletak di selatan Kenya, tepatnya di Kabupaten Kajiado, dekat perbatasan Kenya dengan Tanzania.Taman ini berada sekitar 240 kilometer sebelah tenggara Nairobi, ibu kota Kenya, dan terletak di bawah bayang-bayang Gunung Kilimanjaro yang megah di Tanzania, yang memberikan latar belakang yang ikonik dan terkenal di taman ini.Amboseli terkenal dengan populasi gajah besarnya, serta pemandangan sabana yang menakjubkan.Dean sengaja membawa Aliya ke tempat favorit-nya ini, untuk memberikan pengalaman baru bagi Aliya.Dengan helikopter, mereka terbang sekitar 40 menit dari helipad di atas gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi menuju Kajiado. Se
Aliya paham, yang dimaksud orang Elemen Air itu adalah Elang. Namun yang tidak ia paham, mengapa ia menangkap gestur kemarahan dari sosok Syauqi? Apakah Syauqi dan Elang pernah bertemu sebelumnya?Ini belum waktunya Aliya bertanya lebih jauh tentang itu. Jadi ia kemudian hanya mengalihkan pertanyaan pada hal lain.“Bukankah yang kudengar, bahwa Realm adalah keluarga yang memang bermukim di Tanah Air. Tapi--” Ucapan Aliya terhenti.Syauqi tertawa kecil. “Anda bingung karena saya berwajah campuran di luar Indonesia?”“Ya, jujur aku bingung.” Mau tak mau Aliya pun tertawa kecil.“Nenek saya sedikit memberontak, Madam.”“Eh?”Syauqi terkekeh. “Nenek saya kabur dari Indonesia dan menikah dengan orang Jepang. Lalu ibu saya lahir dan kemudian menikah dengan orang Amerika. Lalu lahirlah saya.”Pria berwajah elok itu menjeda diri sesaat. “Saat saya berumur lima tahun, ibu saya membawa saya kembali ke kakek buyut. Tetua Realm Api dan mengembalikan saya. Kata ibu saya, itu wasiat nenek saya sebel
Aliya bersandar di sofa lounge hotel yang nyaman, menatap tenang pada makanan di depannya.Ia mencoba hidangan khas Nairobi: Nyama Choma, potongan daging panggang yang gurih dan kaya rempah, ditemani dengan kachumbari—salad segar dari tomat, bawang, dan cabai.Rasa pedas dan segar dari kachumbari melengkapi cita rasa daging yang hangat, membuat Aliya semakin larut dalam suasana santai sambil menunggu Dean yang tengah dalam rapat mendadak di ballroom hotel.Saat kunyahan terakhir, Aliya teringat percakapannya tadi dengan Matteo, yang penuh dengan dukungan.Matteo, sahabat Dean itu, mengungkapkan ketulusan hati ketika mengetahui Aliya bersama Dean."Aku sangat bahagia, Nyonya.”“Please, panggil Aliya saja, Matteo.”Matteo tersenyum sumringah. “Baiklah.. Ya.. aku benar-benar merasa bahagia.”“Aku bisa lihat itu. Sejak pertama kita bertemu, wajahmu berseri-seri terus,” Aliya tersenyum lebar.“Ini bukan tentang diriku, Nyonya. Melihatmu akhirnya bersama Dean... itu sungguh yang selama ini
Tak berapa lama limousine yang ditumpangi Dean dan Aliya tiba di satu hotel yang tampak megah.Beberapa greeter dan bellboy tampak menyambut ramah dan penuh hormat saat Aliya dan Dean yang dipimpin Matteo, memasuki area hotel.Dean terlihat sedikit menaikkan alis—tampak berpikir sesuatu, namun tetap dengan santai mengikuti langkah Matteo yang terlihat bersemangat berbicara dengan Aliya.Aliya melangkah masuk ke dalam suite mewah di Helshington Nairobi, tak dapat menahan gumaman kagum yang meluncur pelan.Matanya menyusuri setiap sudut ruangan—sebuah suite yang luas dengan desain butik berkelas, bercampur sentuhan klasik yang elegan.Dindingnya dihiasi karya seni khas Afrika, menambah sentuhan eksotis pada ruangan yang megah namun tetap hangat.Lampu-lampu gantung dari kristal menghiasi langit-langit tinggi, sementara lantai kayu yang mengilap mencerminkan pantulan cahaya lembut dari lampu yang dipasang dengan artistik.Di satu sisi, ada balkon pribadi yang menghadap ke pemandangan perb
Gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi terlihat lebih sibuk dari biasanya.Para karyawan berjalan cepat, membawa berkas-berkas dan peralatan, memastikan setiap detail tertata sempurna untuk menyambut kedatangan CEO mereka, yang nyaris tidak pernah terlihat.Lobi utama yang biasanya hanya dihiasi dengan dekorasi sederhana kini terlihat sedikit berbeda. Tanaman hijau segar diletakkan di beberapa sudut, meja resepsionis dibersihkan hingga berkilau, dan tim keamanan memeriksa ulang setiap titik untuk memastikan semuanya sesuai standar.Di tengah kesibukan tersebut, Direktur cabang melangkah mendekati Matteo, manajer yang selalu tenang di tengah hiruk-pikuk persiapan ini.Dengan ragu, Direktur bertanya, "Mr. Odhiambo, apa benar tidak masalah jika kita melakukan persiapan seperti ini?"Sang Direktur masih teringat akan sikap sang CEO yang cenderung rendah hati dan tidak suka dengan seremoni berlebihan.Pernah sekali waktu saat ia pertama kali menjabat sebagai direktur cabang, ketika
Aliya duduk sendirian di dalam kabin jet pribadi Gulf Stream yang melaju anggun di atas awan menuju Kenya.Interior jet ini tampak begitu mewah dan nyaman, didesain dengan kursi kulit lembut berwarna krem yang berpadu dengan elemen kayu mahoni gelap.Cahaya matahari senja yang masuk dari jendela memberikan kilau hangat ke dalam kabin, menciptakan suasana tenang yang menyelimuti perjalanan mereka.Aliya menatap keluar jendela, melihat hamparan langit oranye keemasan yang seakan tak berujung, membiarkan pikirannya melayang.Bayangan pertama kali ia melihat pesawat ini, dengan logo Starlight Corp di badan jet, memenuhi benaknya.Kata-kata Agung kembali terngiang di kepalanya, bagaimana Dean memilih nama Starlight, terinspirasi dari panggilan kesayangan yang ia berikan padanya setelah pertama kali melihat Aliya dalam mimpi.Ketika ia iseng berselancar di dunia maya, ia mendapati bahwa Starlight Corp adalah korporasi besar yang dikagumi dunia. Selain Starlight Corp dikenal dengan kebijakan
Dean tersedak lalu terbatuk.“Prrrfffffftttttt.” Agni sukses menyemburkan nasi yang baru saja ia suapkan ke dalam mulutnya.Bi Titin menahan tawa. Ia mengacungkan jempol pada Aliya, lalu melenggang santai kembali ke dapur.Hening.Aliya melotot ke arah Agni.“Jorok, ih!” Aliya menepukkan tangannya ke beberapa nasi semburan Agni yang mampir dan bertengger di bajunya.“So-sorry Moony!” Agni bergegas bangun dan meraih beberapa lembar tissue dan menghampiri Aliya. Tangannya mengelap tangan Aliya.Saat tangan Agni akan berpindah ke bagian baju di bawah dagu Aliya, tangan Dean telah memegang tangan Agni.“Biar saya saja,” kata Dean singkat.Agni memanyunkan mulutnya. “Lu sih, Om…” Lalu kembali ke tempat duduknya dan membersihkan sisa-sisa nasi yang berhamburan di meja sambil nyengir.Dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal, Agni mengambil piring makannya dan memutuskan segera menyingkir dari ruang makan, untuk memberi keleluasaan bagi pasangan itu.“Gue pindah ah. Ini obrolannya udah dua