“Ngihhik!”Ringkikan kuda yang melaju cepat menyambangi gerbang kediaman Eiren, mengagetkan dua ksatria penjaga pintu masuk.“Si-sir Alexon! Apa yang ter … jadi?”Ksatria penjaga gerbang yang hendak bertanya tentang kebingungan di dalam benak mereka, langsung terhenti begitu melihat Ridan yang sudah menjelma menjadi mayat kaku bersimbah darah, dengan tubuh bagian atasnya yang dihalangi mantel tebal milik Alexon … agar menutupi kepalanya yang tertancap panah. “Bisakah kalian ….” Alexon mengeluarkan suara bergetar, yang kedengarannya seperti seseorang tengah menahan tangis. “… Membantuku membawa Sir Ridan masuk ke dalam?”Buliran bening air mata Alexon, mulai jatuh menggenang dari pelupuknya, melewat dengan santai membasahi pipi. “Aku tak berani.”Alexon tidak memiliki banyak keberanian untuk menghadapi keluarga yang ditinggalkan Ridan. Terutama sepupu Ridan, Poppy. Dia mengakuinya, bahwa dirinya ini … hanya seorang pengecut.“Biar Saya saja yang memberitahukan kepada semuanya, … Sir,
“Ah, kamu sudah tidak bisa kembali ke ragamu. Kamu sudah sepenuhnya mati.”Si perempuan misterius pemakai baju pengantin yang saat ini sedang mengobrol bersama Fennel di alam bawah sadar itu, menunjukkan jarinya ke arah badan si pemuda berambut ebony tersebut, yang perlahan mulai terlihat memudar.“Sebelum menghilang dari duniamu seluruhnya, apa kamu mempunyai suatu penyesalan yang ingin dikatakan atau dilakukan, karena tidak dapat mewujudkannya selagi masih hidup? Aku akan membantumu dalam melaksanakannya. Itu juga, kalau aku memang dapat melakukannya.”“Penyesalan?”“Ya. Penyesalan. Mungkin, sewaktu kamu masih hidup, kamu pernah dengar cerita tentang hantu yang tidak bisa pergi dengan tenang, gara-gara masih memiliki sebuah penyesalan besar di dunianya. Yang begitu.”“Ah, penyesalan semacam itu yah?”Apakah Fennel, punya penyesalan? … Oh! Tentu saja ada! Banyak sekali malahan.“Mulai katakanlah sekarang, supaya kita bisa mengerjakan semuanya dengan cepat. Ayo kita kerjakan sebelum w
-“Lady Eiren.”-“Salah.”-“Uhm, Lady Eiren?”-“Bukan.”-“Saya sangat menyukai Anda, Lady Eiren.”-“Bohong. Kamu tak menyukaiku.”-“Saya ingin menikah dengan Anda.”-“Bohong. Kamu tak ingin menikah denganku.”-“Maukah Anda … menikah dengan Saya di musim semi nanti, Lady Alesya?”-“Lihat? Ini sudah musim semi … tapi … kamu, tak mengajakku kembali untuk segera menikah.”-“Lady Alesya, … a-aku … aku mencintaimu.”-“Bohong lagi? Dasar pembohong. Kamu sebenarnya tak mencintaiku kan?”Berjalan gontai dengan pikiran yang serasa sudah mau meledak dengan kegilaan, Alesya yang keluar dari mansion dengan langkah terburu-buru … dalam mengikuti ke mana perginya Ray yang akan selalu berlari keluar begitu tahu Fennel telah pulang, … menyeret kakinya yang lemas, tuk mendekati gerbang halaman depan kediaman Eiren.“Kamu lebih memilih mati meninggalkanku, ….”Warna merah menyala dari kain panjang yang berkibar di tengah dinginnya angin malam ini, dengan gagahnya mengikat leher seseorang yang tak lain da
Malam kelabu. Gelap yang sama dengan awan hitam pada hari-hari sebelumnya, di musim gugur yang begitu menenangkan.Sang ratu kerajaan Aethelred, Leanne, … yang saat ini sedang bersantai meminum teh sembari melihat-lihat ke langit luar pemuncul bintang-bintang kecil selain dari remang-remangnya bayangan bulan itu, … tiba-tiba langsung memusatkan perhatiannya kepada seseorang yang tengah menghampirinya dengan langkah ringan.“Salam, Your Majesty. Semoga kesejahteraan dan kebahagiaan … senantiasa memberkati Anda selalu.”Orang itu. Orang yang usianya lebih muda dari putra bungsunya selama beberapa bulan, … yakni sang putra dari kaisar, yang katanya memiliki nama panjang Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent itu, … memberinya hormat secara sopan dan penuh tata krama, seakan-akan menunjukkan kepribadian lainnya yang begitu berbeda tatkala sedang bersama sang anak lelaki yang ia awasi akhir-akhir ini.“Saya melihat Prince of Violegrent.” Leanne menyelamati balik Ruffin plus langsung m
“Penyesalan terbesarmu, adalah menyatakan perasaan sayangmu sebagai seorang Kakak?”Bayangan perempuan bergaun pengantin yang menonjol bersama kesadaran Fennel, menangkup dagunya dengan kedua telapak tangan, asyik mendengarkan dengan baik semua yang si pemuda Eglantine itu ceritakan.“Yah~ kamu sudah menyelesaikan penyesalanmu yang terbesar. Apakah ada penyesalan lain yang bisa kutahu?”“Penyesalan Saya yang lain?” Fennel bergumam, memikir-mikirkan perihal itu dengan baik-baik. “Tentu saja penyesalan lain Saya adalah menyesal karena meninggalkan Lady Alesya. Padahal kami akan segera menikah, tapi ….”Menyorot sedih, mata zamrud Fennel yang menenangkan, … memandangi jari manis tangan kirinya yang kini tak memiliki sematan apa-apa lagi.Tak lama kemudian, ia pun kembali bergumam.“Selain itu, penyesalan Saya yang lain juga, adalah tidak menemukan Ibu Saya yang menghilang.”“Bukannya Ibumu sudah lama mati ya?” celetuk si perempuan langsung menyahut secara cepat, melontarkan ucapan yang t
“Sudah siap, Milady! Anda sangat cocok sekali!”“Ah, terima kasih Anette. Ini semua berkat Her Grace yang memilihkan gaunnya untuk Saya.”“Ey, Lady~ sebetulnya, pesona dari gaunnya itu terlihat biasa-biasa saja. Yang luar biasa itu adalah pesona Anda sendiri.”“Anett—““—Anette benar, Darissa.”“Oh ya ampun! Y-your Grace!”Darissa Na Eiren. Si gadis muda berambut biru langit cerah, yang barusan dipuja-puji oleh seorang pelayan dari kediaman Duke, Anette, … langsung menundukkan kepalanya dengan hormat, begitu melihat ada seorang wanita berambut putih keperakan dan mata biru kedalaman laut, … yang memasuki kamarnya dengan hiasan rambut di tangan.Wanita itu, tak lain dan tak bukan merupakan sang Duchess bernama Masahila, … ibu dari tunangannya Darissa, juga calon ibu mertuanya di masa depan.Memasuki kamar dengan langkah yang anggun, sang Duchess lekas menyematkan hiasan rambut di tangannya yang berupa jepit pita berenda putih disertai pingitan permata biru lapis lazuli, ke sisi rambut
“Huh? Anda akan mengikrarkan diri sebagai pengawal Putri Mahkota secara resmi? Tiba-tiba?!”Pagi hari di ruang tamu kediaman Gracious tempat tinggal Darissa sekarang, di waktu setelah tiga hari berlalu semenjak hari penobatan putra mahkota, … si gadis berkepala biru cerah itu, tampaknya merasa sedikit terkejut dengan apa yang dibahas oleh sang tunangan kali ini.“Kenapa harus Anda? Bukankah orang lain juga masih bany–nyak?”Darissa mendadak merasa tercekat begitu saja, tatkala sang lawan bicara yakni tunangannya, Antshel, … terlihat memberikan pandangan dingin, di saat dirinya mengutarakan perkataan barusan.Meremas lengannya gugup dengan wajah tertunduk, Darissa memberanikan diri untuk kembali berceloteh. “M-maksud Saya, Saya sangat mengkhawatirkan kesehatan Anda, Young Duke. Banyak hal yang harus diurus sebagai bakal penerus His Grace. D-dan juga ….”Aneh sekali. Ini pertama kalinya Darissa merasa sedikit sakit dihatinya, karena tatapan tak beralasan yang terasa menghantam perasaan
“Jadi, Anda mengatakan bahwa Tunangan Saya, Putri Mahkota, … tampak seperti memiliki hubungan yang spesial dengan pengawal pribadinya, yakni putra sang Duke, Lord Antshel, begitu?” Menerima kunjungan mendadak di tengah-tengah sibuknya ia mengurusi semua limpahan pekerjaan menumpuk milik ayahnya yang sakit, sang putra mahkota kerajaan Aethelred, Lancient, … mengaduk teh miliknya dengan mata yang tertuju ke arah lawan bicara. “Bagaimana Anda bisa sampai seyakin itu, Dear My Friend, … Lady Darissa?” Darissa Na Eiren, tamu dadakan yang Lancient pedulikan lebih dari pekerjaannya itu, hanya tampak menundukkan wajah tak berani dengan tangannya yang meremas gaun secara gemetaran. “Saya sangat yakin akan hal itu, l-lewat sikap yang mereka tunjukkan.” “Uh okay. Uhm, … Lady, apa Anda baik-baik saja?” tanya khawatir Lancient, sembari mengarahkan lengannya ke depan tuk menyadarkan Darissa yang menurutnya sedang bertingkah aneh sekarang. Di musim yang masih termasuk ke waktu musim panas ini,
“Akan terasa tidak nyaman jika rambut Anda menjuntai selagi asyik memakan camilan, bukan? Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda mengikatnya untuk sementara waktu.” Alesya kira apa, ternyata ini toh yang dimaksudkan untuk dipakai olehnya tadi? “Apa Anda ingin memanggil pelayan pribadi tadi, dan membiarkannya membantu memakaikan ini?” SRAKK~! Fennel membuka dan mengeluarkan isi dari kantung kain itu. Terdapat banyak manik-manik kecil berbentuk bunga krisan, satu sisir kecil, dan juga pita berwarna kuning cerah supaya serasi dengan warna gaun yang saat ini tengah dikenakan oleh Alesya. “Poppy ya? Dia pergi ke suatu tempat dan akan kembali lumayan lama, jadi … Saya pikir ….” Alesya menggantung kalimatnya sejenak, tuk menundukkan wajahnya yang terasa mulai bersemu kembali. Dia juga menempatkan kedua telapak tangannya di bawah meja, untuk meremas rok gaun demi menyalurkan rasa gugup tak menentu. Dengan suara yang samar lagi terdengar seperti melirih, gadis itu pun lanjut berkat
“….”Untuk beberapa waktu, Fennel mengerjapkan matanya beberapa kali selagi menahan nafasnya akibat merasa kaget.Sejujurnya, pemuda itu merasa bingung.Bukankah seharusnya Alesya merasa senang? Lantas, mengapa dia malah meresponsnya dengan meninggikan suara, serta menodongkan kepalan tangan kanan di depan mukanya sekarang???“Poppy?”“Ya? Saya mendengarkan.”Akhirnya, Fennel bisa bernafas lega kembali sewaktu Alesya menarik kepalan tangan dari depan muka, dan membalikkan badannya tuk menghadap lurus sang pelayan pribadi bernama Poppy.“Aku akan berada dalam pengawasan Tuan muda Eglantine, jadi … aku harap kau mengerti."Pelayan berambut merah ati dam bermata hijau apel muda itu menyunggingkan senyuman tipis.Dengan menundukkan kepala dan merundukkan sedikit badan, Poppy menekuk kakinya sedikit selagi mengangkat masing-masing sisi rok, tanda bahwa ia langsung menuruti titahan tanpa perlu mendengarkan penjelasan secara menyeluruh.“Selamat bersenang-senang, Milady.”Mendapati respons
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp
SHAAK~!“Apa ini …?”Rambut hitam sekelam ebony berayun dengan lembut, begitu sang empu pemilik netra hijau zamrud itu menolehkan kepalanya ke belakang.“Kenapa aku merasa merinding?” gumamnya heran, seraya mulai mengusap tengkuknya sambil memasang ekspresi wajah tidak nyaman.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku,” gumamnya sekali lagi, namun, kali ini ia membarenginya dengan memokuskan wajah rupawannya supaya kembali menghadap sang mentor di hadapan.Hari ini, kelas 3-2 yang sebentar lagi akan segera lulus dari akademi, tengah mengadakan kelas tambahan khusus berupa belajar berdansa.Hadirlah di sana, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, yang sengaja mengambil tempat duduk di ujung dan paling pojok, karena ia tidak dekat dengan siapa pun di angkatannya ini.Dia memerhatikan penjelasan dari mentor dengan saksama demi pengetahuannya yang pasti akan ia pergunakan di kemudian hari, sambil mencatat materi tuk sesekali.“Baiklah anak-anak. Sekarang, kita akan berlatih memeragakan mater
“Lihat! Ini rajutan buatan Saya lo~! Bagus bukan?”“Sarung tangan rajut? Untuk apa kau memakai itu? Itu kan tidak nyaman.”“Mengapa Anda mengatakan itu ketika Anda sendiri saja senantiasa mengenakannya? Sarung tangannya terbuat dari bahan kulit pula.”“….”Hari ini, Lancient memutuskan untuk makan siang dengan Ruffin dan Hisahilde saja, ketimbang dengan Aira.Dia memilih hal demikian untuk menghindari pertikaian tidak penting yang sempat bersitegang sewaktu kemarin.“Itu …! I-itu berbeda! Aku melakukannya karena ada alasan yang khusus, kan?! Aku tidak ingin kerepotan jika tak sengaja bersentuhan langsung dengan kulit kalian!”“Yah, Saya juga berpikiran seperti itu selagi merajut sarung tangan!”Namun, lihatlah.Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang?“Mulai sekarang kan, Saya pasti akan selalu berada di sekitar Anda, mengingat pertunangan yang terjalin bersama Putri Violegrent.”Apakah mungkin, pertikaian tidak penting itu … sedang terjadi lagi?“Saya melakukannya untuk memperkecil ke
“Aira!”Ah.Setelah semua kesulitan yang dilaluinya, berupa diabaikan dan dipermalukan oleh laki-laki yang ia coba goda, bukankah ini adalah sebuah kemenangan?“Lancient~! Huwaa!”Satu bulan tak terasa sudah berlalu, semenjak Aira menyadari bahwa Lancient ternyata tidak mengabaikan pikatannya seperti tiga anak laki-laki sebelumnya itu.Dengan saling berinteraksi satu sama lain secara dekat melalui bahasa informal disertai menyematkan nama depan, Aira yakin sekali … kalau Lancient, sekali lagi berada di pihaknya sama seperti di kehidupan mereka yang lalu.“Aira?! Apa kamu tidak apa-apa?”Benarkan? Lihat saja sekarang!Di sela-sela tangis yang sengaja ia keluarkan sejadi-jadinya tatkala menghadapi satu permasalahan ini, Aira menarik sudut bibirnya dan menyeringai puas.Bagaimana tidak?“Aku tidak baik-baik saja huwaa~! Mengapa Miss Eiren melakukan ini padaku? Mengapa ia mendorongku sampai jatuh, padahal yang aku lakukan hanya lewat di depannya saja?”Sama seperti dulu, Lancient datang s
“Semangat~! Lancient~! Semangat~!”Aira bersorak-sorai di pinggir lapangan, dekat petak bagian yang digunakan oleh ketiga anak lelaki yang sudah mengingat masa lalu mereka itu, sebagai tempat pelatihan mereka bertiga supaya mengasah kemampuan bela diri mereka agar lebih tajam lagi.Masing-masing dari mereka berdiri di tiga tempat berbeda, saling berhadapan dengan satu dan lainnya, selagi membawa senjata yang terbuat dari sihir. “….”“….”“Semangat~! Lancient~! Kyaaa~!”Selain dari anak bersangkutan yang namanya terus-menerus dipanggilkan sebagai bentuk penyemangat, ada dua anak lain.Yakni, Ruffin dan Hisahilde.Keduanya kini malah saling memandang satu dengan yang lainnya dengan tatapan serupa, yaitu, tatapan mata penuh rasa ngeri dan geli.Tak berlangsung lama, mereka pun lekas mengalihkan tatapan tersebut kepada sang pangeran berambut pirang, Lancient.“Oh, serius. Dia sangat mengganggu!” tukas Ruffin mengeluhkan isi hatinya secara blak-blakan. Sedangkan itu, Hisahilde, ….“Apa A
“A—?! Apa-apaan Anda ini?!” tegur Alesya, seraya menolehkan kepalanya ke arah samping kiri, memandang Hisahilde dengan penuh kekesalan.“Saya belum mengizinkan Anda untuk duduk di samping Saya lo~!?”Dia menghardik sang sepupu yang tidaklah berhubungan dekat dengannya itu, menggunakan bahasa formal.Struktur kalimatnya dipenuhi oleh kesopanan, memang. Namun, tidak dengan nada suara yang ia keluarkan.Mendapati yang ditegurnya tidak mengindahkan teguran itu sama sekali, malahan dia bersikap cuek bebek saja dengan mulai menyantap makanannya sendiri, … kekesalan yang Alesya rasa, kini mulai semakin memuncak.“Anda benar-benar ya …!?”Dalam hatinya, ia berpikiran bahwa dirinya memiliki niatan kurang bagus, berupa ingin menyingkirkan sepupunya itu pergi dengan cara mendorongnya dari kursi.Namun, ….“Biarkan saja, kakak.”… Berkat Darissa yang berkata seperti itu, Alesya pun akhirnya menyerah juga.“Haa … dasar.”Dia menghela nafasnya pasrah, dan lekas menukar raut muka penuh rasa keki itu
TUK! TUK!“…?”Ketukan pada salah satu meja kantin yang tengah ditempati olehnya bersama Alvina, mengalihkan perhatian dari mata hitam gelap kepunyaan sang putri dari Kekaisaran agung Violegrent, Rosalina Earlene Gina, tuk tertuju kepada si pengetuk.“Boleh minta waktunya sebentar, ….”Manik mata yang seindah batu obsidian itu terbelalak lumayan lebar, merasa tidak memercayai akan hal macam apa yang pupil matanya pantulkan.“… Your Royal Highness?”Hadir di samping mejanya sana, seorang anak lelaki pemilik warna rambut biru tua dan juga mata merah menyala, yang berdiri dengan tegap sembari menyembunyikan lipatan tangan di belakang punggungnya ala-ala ksatria.“…!”Anak lelaki itu biasanya bermuka masam dan menampilkan ekspresi tidak suka terhadap kehadiran Rosalina. Namun, kali ini justru bersikap berbeda lewat segaris senyuman tulus yang disunggingkannya, … sampai-sampai sang putri kesayangannya Kaisar Violegrent itu terperangah dengan pipi merah merekah.“U-uhm, uh.”Rosalina tidak