PERINGATAN KERAS!CHAPTER INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU. 🚫***Ah. Ini masih terasa seperti mimpi.Aira yang baru pulang dari pesta pertunangan gebetannya sewaktu tadi, ternyata masih memikirkan pertemuan yang selama ini ia nanti-nanti.Tinggi semampai, berkulit putih pucat, berambut putih kusam keperakan, juga bermanik mata ungu amethyst yang dalam, … Antshel Gracious, si pria muda itu, ternyata memang jauh lebih sempurna jika dilihat secara langsung dari kedekatan, … dibandingkan dengan apa yang selama ini ia bayang-bayangkan, lewat imajinasi yang terkandung dalam tulisan.-“Ah, Lady Aira … kah?"-Namanya yang digumamkan oleh bibir sensual milik laki-laki berdarah Duke Gracious itu, telah membuat perasaannya Aira menjadi berbunga-bunga. Dia seperti sedang di terbangkan ke awang-awang. Jantungnya saja sudah tidak bisa diajak kompromi secara baik-baik, untuk bisa sedikitnya menjadi lebih tenang.Memang, pertemuan pertamanya dengan Antshel Gracious sen
“Hei.”“…?”“Apa kamu pernah dengar?”Suara hampa dari seorang perempuan berambut putih panjang serta bermuka rata di depan laki-laki berambut hitam ebony, yang baru saja membuka matanya setelah tak sadarkan diri akibat dari menerima rasa sakit yang begitu luar biasa ini, … tampak berdiri melayang dengan kaki telanjang, seraya memakai gaun pengantin putih dengan buket bunga eglantine ditangan. “Saat orang sedang sekarat, mereka akan memikirkan seseorang yang benar-benar sangat ditemui olehnya untuk terakhir kali, … sebelum pada akhirnya dia menjadi sepenuhnya mati.”Si laki-laki tersebut, Fennel Eglantine, … tidak menjawab. Mungkin, karena tenggorokannya terasa sangat tidak nya—huh! Tunggu?! … Bukannya, tenggorokannya sedang dilanda oleh rasa tidak nyaman yang mengarah ke penderitaan sekarang? Lalu … kenapa?“Hei, ini adalah alam bawah sadarmu.” Perempuan di depannya ini, mengerutkan keningnya dengan satu tangan yang dikacakkan ke pinggang. “Lihat saja. Lehermu, tanganmu, kakimu,
“H-hanya me-mendiamkan diri di sini saja? … Saya?"Hisahilde yang masih tak mau mempercayai apa yang baru saja ia dengarkan ini, lekas bertanya kembali, guna memastikan kebenaran dari tugas yang ia terima, … karena dirasa sangat meragukan."Jikalau Saya boleh tahu, apa alasan di balik maksud beserta tujuannya dari tugas tersebut, yang kemungkinan berkaitan dengan Saya, … Your Highness?""Sudah pasti untuk menjaga kediaman beserta keamanan Lady Alesya yang tengah mendiami tempat ini, Sir Hisahilde."“Ehh?! T-tetapi! Saya kira, Anda yang akan melakukannya.”Tentu saja Hisahilde sudah mengira bahwa skenarionya akan menjadi klise seperti itu. Ia sangat meyakini, bahwa Fennel—si tunangannya Alesya—akan memilih berdiam dan tinggal di sini, … tuk menemani sang nona mudanya dari kedekatan.“Seperti yang Sir Zeind bilang, tentang kediaman ini yang pernah diserang orang-orang luar dikala mengetahui bahwa Marquess tidak ada di rumah. Maka, kemungkinan besar, … kali ini juga akan terjadi hal yang
“Selamat datang kembali, Sir Fennel!”Dengan antusiasme yang begitu tinggi, Ray berlari keluar menghampiri Fennel yang baru saja pulang dari bepergiannya dalam mengecek setiap tempat yang diawasi oleh para ksatria kediaman ini di malam hari, … sambil melompat seperti anak kucing, yang tak tanggung-tanggung langsung menerkam Fennel untuk segera dipeluknya secara erat. (“Huh … Ray?”)“Ray, kau … kenapa masih belum tidur?”Seraya mengelus-eluskan pipinya pada mantel Fennel, Ray … menampilkan senyumannya yang lebar, yang kelihatannya memiliki kesan seperti sedang melepaskan semua rasa lega.“Dari tadi aku menunggumu terus, agar bisa tidur bersama denganmu hari ini, … Sir.”“Oh? Benarkah? Kalau begi … tu ….” Mendadak berhenti berbicara begitu ekor matanya menangkap sesosok perempuan yang ia sayangi, … Fennel tak menyadari, bahwa dirinya sudah sangat terperangah.Senyumannya yang terpancar dari wajah yang pucat, beserta mata yang menyipit seperti bulan sabit selayaknya tengah menandakan t
Bagaimana mungkin, Ridan sampai bisa menyiapkan sebuah tulisan, lalu segera memutuskan nyawanya supaya berakhir dengan mengorbankan diri sebagai tameng hidupnya untuk Alexon, … sementara kecepatan akan pergerakannya si orang itu saja, … Fennel tak bisa dengan cepat memprediksinya?Ah, ternyata, semuanya dikarenakan Ridan adalah orang yang merupakan tipe pendengar dan pemerhati sesuatu, yang akan sangat serius dalam meneliti banyak hal secara saksama.Saat Alexon merasa gugup dengan situasi di mana pedang milik Fennel tengah berada di dekat lehernya, … Ridan justru malah terfokus kepada apa yang sedang Fennel bicarakan sendiri.Apalagi, begitu dirinya melihat orang yang Fennel sebut sebagai, “Pemilik mantra sihir yang mampu mengacaukan Mana sihir milik orang lain, … sampai ke titik di mana pancaran Mana milik orang yang kau kacaukan tersebut, menjadi buyar”, … spontan, iris matanya langsung melebar.Orang itu, ya, si orang itu, … adalah orang yang seingatnya sudah melewati penjagaan ke
“Ngihhik!”Ringkikan kuda yang melaju cepat menyambangi gerbang kediaman Eiren, mengagetkan dua ksatria penjaga pintu masuk.“Si-sir Alexon! Apa yang ter … jadi?”Ksatria penjaga gerbang yang hendak bertanya tentang kebingungan di dalam benak mereka, langsung terhenti begitu melihat Ridan yang sudah menjelma menjadi mayat kaku bersimbah darah, dengan tubuh bagian atasnya yang dihalangi mantel tebal milik Alexon … agar menutupi kepalanya yang tertancap panah. “Bisakah kalian ….” Alexon mengeluarkan suara bergetar, yang kedengarannya seperti seseorang tengah menahan tangis. “… Membantuku membawa Sir Ridan masuk ke dalam?”Buliran bening air mata Alexon, mulai jatuh menggenang dari pelupuknya, melewat dengan santai membasahi pipi. “Aku tak berani.”Alexon tidak memiliki banyak keberanian untuk menghadapi keluarga yang ditinggalkan Ridan. Terutama sepupu Ridan, Poppy. Dia mengakuinya, bahwa dirinya ini … hanya seorang pengecut.“Biar Saya saja yang memberitahukan kepada semuanya, … Sir,
“Ah, kamu sudah tidak bisa kembali ke ragamu. Kamu sudah sepenuhnya mati.”Si perempuan misterius pemakai baju pengantin yang saat ini sedang mengobrol bersama Fennel di alam bawah sadar itu, menunjukkan jarinya ke arah badan si pemuda berambut ebony tersebut, yang perlahan mulai terlihat memudar.“Sebelum menghilang dari duniamu seluruhnya, apa kamu mempunyai suatu penyesalan yang ingin dikatakan atau dilakukan, karena tidak dapat mewujudkannya selagi masih hidup? Aku akan membantumu dalam melaksanakannya. Itu juga, kalau aku memang dapat melakukannya.”“Penyesalan?”“Ya. Penyesalan. Mungkin, sewaktu kamu masih hidup, kamu pernah dengar cerita tentang hantu yang tidak bisa pergi dengan tenang, gara-gara masih memiliki sebuah penyesalan besar di dunianya. Yang begitu.”“Ah, penyesalan semacam itu yah?”Apakah Fennel, punya penyesalan? … Oh! Tentu saja ada! Banyak sekali malahan.“Mulai katakanlah sekarang, supaya kita bisa mengerjakan semuanya dengan cepat. Ayo kita kerjakan sebelum w
-“Lady Eiren.”-“Salah.”-“Uhm, Lady Eiren?”-“Bukan.”-“Saya sangat menyukai Anda, Lady Eiren.”-“Bohong. Kamu tak menyukaiku.”-“Saya ingin menikah dengan Anda.”-“Bohong. Kamu tak ingin menikah denganku.”-“Maukah Anda … menikah dengan Saya di musim semi nanti, Lady Alesya?”-“Lihat? Ini sudah musim semi … tapi … kamu, tak mengajakku kembali untuk segera menikah.”-“Lady Alesya, … a-aku … aku mencintaimu.”-“Bohong lagi? Dasar pembohong. Kamu sebenarnya tak mencintaiku kan?”Berjalan gontai dengan pikiran yang serasa sudah mau meledak dengan kegilaan, Alesya yang keluar dari mansion dengan langkah terburu-buru … dalam mengikuti ke mana perginya Ray yang akan selalu berlari keluar begitu tahu Fennel telah pulang, … menyeret kakinya yang lemas, tuk mendekati gerbang halaman depan kediaman Eiren.“Kamu lebih memilih mati meninggalkanku, ….”Warna merah menyala dari kain panjang yang berkibar di tengah dinginnya angin malam ini, dengan gagahnya mengikat leher seseorang yang tak lain da
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena