“Halo? Masih belum tidur, kan?"
"…?"
"Kenapa kau terlihat tak merasa senang sama sekali?”
Sang pangeran berambut merah, si Ruffin Cailean Edelhert itu, … melambai-lambaikan tangannya ke arah di mana muka Lancient yang tampak termenung, di mana kini di pangeran pirang itu mulai memandanginya dengan tatapan heran.
“Haruskah aku merasa bahagia?” tanya balik Lancient, yang justru malah berhasil membuat Ruffin menjadi bingung sendiri.
Akan tetapi, tak lama kemudian, … Ruffin mulai memecahkan keheningan kamar ini lagi, dengan cara pungah berujar, disertai menyombongkan diri.
“Tentu! Harus!” tukasnya pasti, sembari mengibaskan ekor rambut merah panjang kebanggaannya, “Karena aku, Master Ruffin Cailean Edelhert, yang sangat hebat ini, … akan secara langsung mengajarimu dan juga melatihm
“Master, aku sudah menunggumu dari tadi! Kenapa kau baru datang sekarang?! Kupikir, kau akan menunda kembali bualanmu tentang melatihku.”“Ya maaf.”Ruffin yang baru saja memasuki lapangan luas tempat pelatihan pedang di dekat istana kediaman Lancient itu, tampak seperti seseorang yang sudah melakukan suatu hal buruk.“Ke mana Fennel?” tanya Lancient sembari melonggok-longgokan kepalanya, mencari keberadaan si pemuda berambut ebony yang biasanya akan selalu mengikutinya, kemanapun ia menuju.“Oh, soal itu, ….” menghampiri Lancient dengan menggantungkan kalimatnya, Ruffin mengambil satu pedang kayu yang tersedia di dekat pangeran pirang itu, dengan lengan yang telah lengkap dibalut oleh sarung tangan hitam favoritnya, “… Aku telah menyingkirkannya,” sambungnya berujar dengan enteng.“Me-menyingkirkanny
“Senjata yang terbuat dari Mana-nya sendiri, adalah keahlian istimewa untuk seseorang yang memiliki banyak Mana dan banyak kepandaian dalam hal mengendalikannya, sampai bisa memiliki Mana sihir berpangkat tinggi.”Seakan-akan telah lihai dalam hal mengendalikan Mana sihir, dengan mudah … Ruffin mengubah bentuk dari pedang bara api miliknya, menjadi bentuk senjata lain yang ia ingin tunjukkan. Seperti busur panah, tombak, pecut rantai, kapak, gada, dan trisula.Namun, senjata yang paling ia banggakan dalam memamerkannya, dan mengatakan kepada Lancient bahwa itu adalah senjata kesukaannya, … adalah sebuah celurit setinggi bahu, bermatakan dua mata senjata saling bertolak belakang, dengan ujungnya yang sangat-sangat tajam.“Tidak sebarang orang bisa melakukan sihir tingkat tinggi. Hanya orang-orang yang pemilik Mana bawaan yang melimpah banyak, atau orang pemilik sedikit energi Mana namun bisa mengon
“Aku tak mau pergi.”“Kenapa tidak mau pergi?”Ruffin yang selalu muncul di mana saja, dan dalam waktu yang kapan saja itu, sudah membuat Lancient tak merasa aneh lagi.Padahal, sudah sedari habis mandi sore tadi, Lancient jelas-jelas berada di ruangan tempatnya belajar secara sendirian. Eh sekarang, malah mendadak ada suara orang yang sudah dipastikan kalau itu adalah Ruffin seorang, dibalik dinding di bawah jendela luar.“Ibumu, sang Ratu, … telah mengundangmu untuk makan malam bersama secara khusus loh,”Mendengar suara benda terbuka yang berbunyi dengan cara berderit itu, menjadikan Lancient langsung kembali menegakkan punggungnya dan duduk dengan benar, bersama kepala pirangnya yang sudah ia tolehkan ke arah asal suara.Ruffin, yang merasa telah terpergok saat memasuki ruangan belajar Lancient dari luar, lewat jalur jendela itu &hell
Di waktu sore, selepas Lancient tak jadi menemui Zelvin pada pagi hari tadi, … yang kini sedang disibukkan dengan belajar membaca dan menulis sejak dini ini, … telah diundang oleh si kakak berambut pirangnya itu, untuk segera hadir ke pesta minum teh kecil, yang tengah diadakan oleh gadis yang bertunangan secara politik dengan sang kakak.-“Salam, Your Highness, … the second Prince of Aethelred. Saya, Jihan Bentala Van Camerine, menyapa bintang kecil kerajaan Aethelred yang mulia ini.”-Seorang gadis berambut putih keperakan, lengkap dengan mata uniknya yang bermanik putih bening, … sebening es kristal, … menyapa Lancient yang berada di balik kaki jenjang Zelvin, dengan sapaan yang penuh akan sifat mengagungkan.Bersembunyi dengan wajah yang merona malu, Lancient segera membalas sapaan dari gadis itu, … dengan balasan yang tak kalah sopan.-“Salam u
//Kepada Adikku yang tersayang, Lancient Re Aethelred.Sudah seminggu berlalu semenjak Kakak meninggalkan kastel, bukan? Akan tetapi, dalam waktu seminggu ini, Kakak justru baru sampai ke kamp militer yang didirikan oleh Duke Gracious, … yang bertempatkan dekat dengan perbatasan, antara kerajaan Camerine dan Aethelred.Begitu malam tiba, kami semua memutuskan untuk bergiliran saling berjaga. Tatkala yang lain tidur, maka sebagian lainnya pula mengawasi kondisi di sekitar.Ah, sayang sekali. Di waktu musim panas yang berhawa gerah ini, Kakak harus jauh darimu.Padahal, Kakak ingin menghabiskan waktu musim panas kali ini dengan melatihmu berbagai hal.Terutama, berlatih menggunakan pedang.Namun, sepertinya, Kak Zeze rasa … tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.Ada Fennel yang akan selalu berada di sana, bersama-sama denganmu dan menemanimu dari kedekatan.
-“Kematian, tak akan pernah bisa dipisahkan dari yang namanya kehidupan. Tak ada yang namanya hidup, jika tak ada mati. Dan tak akan ada yang namanya mati, kalau kita tak merasakan terlebih dahulu yang namanya hidup.”-Memakai pakaian berkabung yang memiliki warna serba hitam, di tengah-tengah kedua orang tuanya yang sama-sama berdiri di hadapan peti mati mendiang sang kakak tertua, … Lancient memperhatikan betul-betul penampilan terakhir dari Zelvin yang ditunjukkan kepadanya, sembari mendengarkan dengan khidmat apa yang diceramahkan oleh sang pemuka agama.-“Kematian, adalah sebuah takdir terakhir yang akan diterima oleh manusia, dari Tuhan yang maha kuasa, … setelah beberapa takdir besar lain yang telah kita terima sebelumnya. Kelahiran, kepangkatan, kekayaan, kekuasaan, kecintaan, keberhasilan, yang kemudian diakhiri oleh kematian, … sebagai penutupnya.”-Di peti mati yang memiliki pahatan-pahatan khusus di sekeliling, dan juga disimpani oleh banyaknya rangkaian berpuluh-puluh tan
-“Iri?" Memandangi Lancient dengan pandangan yang tampak mengkhawatirkan, Aira melontarkan beberapa patah kalimat tanya. “Iri kenapa? Karena apa? Dan … kepada siapa?”--“Hanya, ….” Lancient menundukkan wajahnya akibat dari tak berani-beraninya menatap Aira secara langsung. Meski demikian, ia menetapkan diri untuk bergumam, “… Aku merasa iri dengan teman-teman yang mendapatkan sebuah surat dari orang yang mereka sayang, atau juga orang yang menyayangi mereka.”--“Ah~”--“Menyedihkan, bukan? Aku merasa iri terhadap hal kecil, sampai-sampai membuatku menjadi bersifat kekanak-kanakan.”-Menghibur Lancient dengan cara menyenggol lengan yang diselingi oleh senyuman menawan, Aira berkata ria, -“Hei, apa salahnya bersikap kekanak-kanakan? Kita kan memang masih kanak-kanak.”-Menurut Aira, usia dua belas tahun itu masih termasuk ke dalam kriteria anak-anak.Jadi, tidak ada salahnya juga kan, … untuk Lancient yang diharuskan bersikap lebih dewasa dibandingkan usia sebenarnya, … supaya bisa lebi
“Ha! Sulit dipercaya! Apa-apaan kau itu? Kau ini bisa atau tidak sih, untuk mengenai sedikitnya tubuh Mastermu yang hebat ini?”“Berisik! Mendengarmu membicarakan semua omong kosong itu, malah semakin membuatku ingin mengenaimu lalu memukulmu sepuasnya, … Master.”Ini adalah hari ke lima Lancient berlatih pedang kayu bersama Ruffin. Namun, dalam lima hari pelatihan pula, ia sama sekali masih belum bisa mengenai badan masternya barang sedikit pun. Jangankan badannya langsung. Rambutnya yang panjang serta menjuntai setelah diikat dengan gaya ekor kuda saja, … ia tak sampai mengenainya.“Master? Kau tidak curang dengan menggunakan Mana untuk bergerak lincah seperti itu, kan?”“Heh, meragukan kemampuanku ya?” terkekeh remeh, dan memain-mainkan pedang kayu di tangan dengan mengayunkannya semacam seorang pemimpin kelompok parade, Ruffin berujar menantang, “Kalau begitu, mau berganti posisi denganku?”“Maksudnya, Master jadi penyerang, dan aku yang diserang?”"Tepat! … Apa kau takut?”“Taku
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena