-“Iri?" Memandangi Lancient dengan pandangan yang tampak mengkhawatirkan, Aira melontarkan beberapa patah kalimat tanya. “Iri kenapa? Karena apa? Dan … kepada siapa?”--“Hanya, ….” Lancient menundukkan wajahnya akibat dari tak berani-beraninya menatap Aira secara langsung. Meski demikian, ia menetapkan diri untuk bergumam, “… Aku merasa iri dengan teman-teman yang mendapatkan sebuah surat dari orang yang mereka sayang, atau juga orang yang menyayangi mereka.”--“Ah~”--“Menyedihkan, bukan? Aku merasa iri terhadap hal kecil, sampai-sampai membuatku menjadi bersifat kekanak-kanakan.”-Menghibur Lancient dengan cara menyenggol lengan yang diselingi oleh senyuman menawan, Aira berkata ria, -“Hei, apa salahnya bersikap kekanak-kanakan? Kita kan memang masih kanak-kanak.”-Menurut Aira, usia dua belas tahun itu masih termasuk ke dalam kriteria anak-anak.Jadi, tidak ada salahnya juga kan, … untuk Lancient yang diharuskan bersikap lebih dewasa dibandingkan usia sebenarnya, … supaya bisa lebi
“Ha! Sulit dipercaya! Apa-apaan kau itu? Kau ini bisa atau tidak sih, untuk mengenai sedikitnya tubuh Mastermu yang hebat ini?”“Berisik! Mendengarmu membicarakan semua omong kosong itu, malah semakin membuatku ingin mengenaimu lalu memukulmu sepuasnya, … Master.”Ini adalah hari ke lima Lancient berlatih pedang kayu bersama Ruffin. Namun, dalam lima hari pelatihan pula, ia sama sekali masih belum bisa mengenai badan masternya barang sedikit pun. Jangankan badannya langsung. Rambutnya yang panjang serta menjuntai setelah diikat dengan gaya ekor kuda saja, … ia tak sampai mengenainya.“Master? Kau tidak curang dengan menggunakan Mana untuk bergerak lincah seperti itu, kan?”“Heh, meragukan kemampuanku ya?” terkekeh remeh, dan memain-mainkan pedang kayu di tangan dengan mengayunkannya semacam seorang pemimpin kelompok parade, Ruffin berujar menantang, “Kalau begitu, mau berganti posisi denganku?”“Maksudnya, Master jadi penyerang, dan aku yang diserang?”"Tepat! … Apa kau takut?”“Taku
“Tunggu dulu, Master. Sebelum memulai pelatihan ini, … apa kau yakin memberiku pedang sungguhan untuk berlatih denganmu? Kau kan hanya mengandalkan pedang kayu. Bagaimana jika ayunan dari pedangku ini sampai bisa melukaimu?”Lancient yang bertanya karena merasa tidak enak dan juga sedikit khawatir, akibat mendapatkan senjata pedang asli untuk latihan bersama Ruffin seperti biasa itu, … malah terkena sahutan bernada meremehkan.“Jangan khawatirkan aku. Khawatirkanlah dirimu saja, anak manja. Kau mungkin akan langsung menyerah begitu aku mengerahkan seluruh keseriusanku dalam pelatihan kali ini. Ini akan dipenuhi oleh banyaknya kejutan!”“Oh, benarkah? Kalau begitu, perlihatkan kepadaku dengan segera … Master.”“Ha! Dengan senang hati.”“His Highness, … pasti akan baik-baik saja, … kan?” gumam seseorang yang mengawasi latihan dua pangeran itu dari kejauhan, yang tak lain dan tak bukan ialah Yureth, si Butler-nya istana kediaman Lancient. Pelatihan pedang dimulai dengan Ruffin melempark
*Dua bulan yang lalu, di waktu Fennel sampai ke kediaman Eiren atas perintah dari Ruffin.*“Apa? Ruffin memerintahkan Anda untuk mengawal Saya setiap saat?!” Di keesokan paginya, hari dimulai dengan keterkejutan tuan putri Violegrent, Rosalina, … dikala Fennel menghadap kepadanya dan juga kepada sang kaisar, di aula lantai dasar kediaman Marquess Eiren. “Benang merah yang seindah sutra berbahan kelopak mawar merah ini, memang benar rambutnya Ruffin,” tukas Howard, si kaisar Violegrent, dengan burung rajawali Garu di pundaknya, dalam mengamati secara teliti terkait helaian rambut Ruffin yang Fennel berikan sebagai bukti atas titahan.“Si anak kopianku itu, tidak akan dengan mudah memberikan bulu kepalanya kepada orang yang tidak ia inginkan begitu saja. Jadi, ini memang betul titahannya.”“Tetapi, itu …! Untuk memiliki pengawal pribadi yang mengikutiku ke mana pun aku berlalu, akan sangat membuatkan risi, Papa." Rosalina mencicit. Dia mengungkapkan isi hatinya dengan jujur.“Namun, i
“Sir Eglantine. Tolong bantu Saya membuat tiang jemuran ya?"….“Sir Eglantine. Ayo kita menambang batu di perut gunung, untuk kebutuhan barang bangunan dan kebutuhan membuat jalan!”….“Sir Eglantine. Bisa tolong ajari anak-anak Saya, untuk belajar menggunakan pedang?"….“Sir Eglantine~”….“Sir Eglantine, ….”….“Sir Eglantine.” "…?!"Seseorang memanggil si pemuda bernama belakang Eglantine tersebut dengan lembut, … sampai-sampai membuat Fennel–si pemilik nama–yang saat ini tengah memberi anak-anak desa, terkait bahasan pembelajaran bermacam-macam ilmu bela diri … langsung menolehkan kepalanya ke asal suara.“Anda pasti sangat kelelahan, bukan? Istirahat terlebih dahulu saja,” tawar orang itu, yang tak lain dan tak bukan, ialah Alesya.Ini sudah memasuki waktu yang ke tiga minggu lamanya, semenjak mereka berdua menetap di rumah kepala desa sini. Dengan tujuan, untuk membenahi sedikitnya tata struktur kesejahteraan para penduduk pedesaan, … yang kini telah menunjukkan hilalnya dal
“Oh! Ayolah Ayah! Ajarkan aku lebih banyak lagi tentang bela diri dengan tangan kosong! Agar nanti, … aku jadi bisa melindungi Ibu dari kedekatan.” “Benar, Sir! Sama seperti yang dikatakan oleh Ray, kami juga ingin bisa belajar ilmu bela diri untuk melindungi desa kami dari para penjahat!” “Yah, itu pun, kalau penjahatnya betulan ada dan muncul di depan kami sih.” Hari ini, masih sama seperti biasanya. Fennel yang sudah seperti terjadwal untuk memenuhi tugas harian barunya di pagi hari, dalam mengajari semua anak-anak desa pada belajar itu, … hanya menjawab permintaan yang terlontarkan barusan, dengan menghela nafas yang pasrah. “Haah~ baiklah. Aku akan mengajarkan itu kepada kalian nanti. Tetapi, sebelum itu, … Ray.” Memanggil nama panggilan anak laki-laki berumur 10 tahun yang memanggilnya dengan sebutan "Ayah" itu, Fennel lekas menegurnya dengan tangan yang sengaja berkacak pinggang. “Tolong berhentilah memanggilku dengan sebutan 'Ayah' … oke? Aku kan bukan Ayahmu. Hal itu b
Dua hari menjalani interaksi yang sangat kaku dengan ksatria pengawal sementaranya tersebut, … Alesya yang merasa sudah cukup banyak membantu di desa ini pun, sudah memutuskan untuk pulang kembali ke kediaman, … dengan Ray yang juga tak lupa untuk diikutsertakan.“Woyaahh, sudah lama sekali ya~ semenjak kita kedatangan anak baru. Terakhir kali, anak baru yang datang ke kediaman sini itu, adalah si kembar Leon dan Leony yang muncul lima tahun lalu."“Benar tuh. Em, ngomong-ngomong, … Nak, siapa namamu?”Disambut dengan baik di asrama oleh para ksatria, … Ray yang masih belum merasa familiar di tempat baru dan di situasi itu pun, hanya terus-menerus menempel kepada Fennel, … selayaknya mereka berdua ini, sudah menjadi lebih dekat antar satu sama lain … daripada di hari-hari kemarin.“Tidak apa-apa.” Fennel bertukas lembut, berusaha tuk menenangkan Ray masih bersikeras memeluk tangannya dengan erat, … seraya menyembunyikan diri di balik punggung. “Sir Ridan dan Sir Alexon adalah orang
“Le … Leira. Ma-maaf, aku … aku tidak bisa menemanimu hari ini. Brrhh … brrhh.”Berdiri di ambang pintu kamar ksatria dengan raut muka yang khawatir, … Alesya merasa menjadi tidak tega untuk meminta Hisahilde mengawal aktivitasnya, di hari ini sama seperti biasa, karena katanya ia sedang terserang demam panas dingin sedari malam tadi.Wajah Hisahilde yang memerah karena bengap, akibat dari menyelimuti dirinya sendiri dengan selimut tebal, di cuaca gerah yang masih termasuk ke dalam waktu musim panas ini, … telah banyak mengeluarkan keringat dingin. Bukan hanya itu saja, kelihatannya, … badan si pemuda berambut navy itu pun terasa bergetar dengan kuat, karena sedang menggigil kedinginan.Ingin hati memasuki kamar Hisahilde yang sekamar dengan tiga ksatria lain, termasuk di antara si ksatria dadakan kediaman ini, yakini sang tambatan hati, … Alesya malah dicegah oleh yang lain, untuk jangan sampai masuk ke dalam sana. Mereka melontarkan alasan konyol, terkait demam yang kemungkinan sa
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.