Dua hari menjalani interaksi yang sangat kaku dengan ksatria pengawal sementaranya tersebut, … Alesya yang merasa sudah cukup banyak membantu di desa ini pun, sudah memutuskan untuk pulang kembali ke kediaman, … dengan Ray yang juga tak lupa untuk diikutsertakan.“Woyaahh, sudah lama sekali ya~ semenjak kita kedatangan anak baru. Terakhir kali, anak baru yang datang ke kediaman sini itu, adalah si kembar Leon dan Leony yang muncul lima tahun lalu."“Benar tuh. Em, ngomong-ngomong, … Nak, siapa namamu?”Disambut dengan baik di asrama oleh para ksatria, … Ray yang masih belum merasa familiar di tempat baru dan di situasi itu pun, hanya terus-menerus menempel kepada Fennel, … selayaknya mereka berdua ini, sudah menjadi lebih dekat antar satu sama lain … daripada di hari-hari kemarin.“Tidak apa-apa.” Fennel bertukas lembut, berusaha tuk menenangkan Ray masih bersikeras memeluk tangannya dengan erat, … seraya menyembunyikan diri di balik punggung. “Sir Ridan dan Sir Alexon adalah orang
“Le … Leira. Ma-maaf, aku … aku tidak bisa menemanimu hari ini. Brrhh … brrhh.”Berdiri di ambang pintu kamar ksatria dengan raut muka yang khawatir, … Alesya merasa menjadi tidak tega untuk meminta Hisahilde mengawal aktivitasnya, di hari ini sama seperti biasa, karena katanya ia sedang terserang demam panas dingin sedari malam tadi.Wajah Hisahilde yang memerah karena bengap, akibat dari menyelimuti dirinya sendiri dengan selimut tebal, di cuaca gerah yang masih termasuk ke dalam waktu musim panas ini, … telah banyak mengeluarkan keringat dingin. Bukan hanya itu saja, kelihatannya, … badan si pemuda berambut navy itu pun terasa bergetar dengan kuat, karena sedang menggigil kedinginan.Ingin hati memasuki kamar Hisahilde yang sekamar dengan tiga ksatria lain, termasuk di antara si ksatria dadakan kediaman ini, yakini sang tambatan hati, … Alesya malah dicegah oleh yang lain, untuk jangan sampai masuk ke dalam sana. Mereka melontarkan alasan konyol, terkait demam yang kemungkinan sa
KEPAKK! KEPAKK!Burung merpati hitam mengepak. Mengetuk-ngetukkan paruhnya ke jendela kamar sang Marchioness of Eiren, Gloriella, … dan mengagetkan sejenak si empu pemilik kamar.“Oh, Madam! Ini adalah burung merpati buatan sihir Sir Osford yang membawakan pesan!” seru Head Maid yang selalu bersama dengan Gloriella akhir-akhir ini, segera membukakan jendela dan mengambil lipatan surat yang dikaitkan di kaki merpati.“Segera bawakan itu padaku sekarang. Kemungkinan, itu adalah laporannya terkait kondisi Lord Eiren saat ini.”Sudah tujuh hari berlalu semenjak Zeind pergi ke ibukota, untuk mengunjungi sang Marquess yang masih ditahan dengan alasan mencoba melakukan pengkhianatan. Daun-daun yang mulai layu, suhu udara yang mulai terasa lembap, dan suasana yang kebanyakan didominasi oleh warna oranye kecokelatan, … jelas-jelas sudah menandakan, bahwa musim gugur yang dinanti-nantikan semua, … telah tiba juga.//”Lord Eiren mengatakan, … dia akan segera pulang dalam dua hari lagi, karena m
“Milord! Selamat datang kembali!”“Your Excellency! Anda pulang!”“Marquess, apakah Anda tahu tentang seberapa besarnya kami semua mengkhawatirkanmu!?”Seperti eloknya kelopak bunga yang masih berupa kuncup dalam memeluk dan melindungi bagian serbuk sari bunga, … semua orang yang menghuni kawasan March Eiren ini, tengah tertawa dan menangis haru bersama, dalam menyambut kepulangan orang yang datang ke kediaman ini dengan didampingi oleh Sir Zeind. Terkecuali Ray, si anak yang masih baru di lingkungan tersebut, … hanya berdiri menjauh dari kerumunan dengan perasaan yang tidak karuan, … karena didominasi oleh rasa ingin merendahkan diri.Sang Marquess, si orang yang memiliki mata merah seperti kepunyaannya Sir Hisahilde, … dan juga merupakan seorang ayah dari gadis yang dianggapnya sebagai ibu itu, … tampak menunjukkan senyumannya yang paling bahagia, kontras dengan isi pikirannya yang mengatakan hal lain.Pura-pura baik-baik saja, pura-pura tidak apa-apa, pura-pura bukan masalah besar
“Wow~ semuanya tampak sibuk! Apa akan ada acara besar di sini?” celetuk seseorang tiba-tiba, berbicara di samping anak kecil berambut merah muda salem, … seraya memandang dengan kagum para ksatria dan pelayan yang sibuk berlalu-lalang di halaman taman depan mansion Eiren. “Sebentar lagi, pesta pertunangan Lady Darissa akan segera dilaksanakan. Jadi, ….“ Si anak kecil itu, Ray, yang secara refleks menjawab pertanyaan orang di dekatnya tersebut, mendadak langsung terdiam, … begitu menyadari bahwa orang yang tak dikenalnya ini, telah memasuki kediaman Eiren dengan sesuka hati.Menengadahkan wajah, Ray menyipitkan matanya secara curiga, kemudian segera kembali bersuara. “Tunggu sebentar, Lady, … Anda siapa ya?” tanyanya heran, yang malah disahuti dengan delikan tajam.Orang itu memiliki tubuh tinggi yang bisa dibilang tidak terlalu tinggi untuk setinggi seperti ayah akuannya, Fennel. Rambutnya yang berwarna merah, terurai panjang menimpa tudung jubah hitam kebesarannya, dengan tangan y
“His Highness, the second Prince of Aethelred, … telah tiba!”Atas pengumuman dari ksatria penjaga gerbang kediaman Eiren, semua tamu undangan pesta yang datang terlebih dahulu di gelaran kenduri secara luar ruangan hari ini, … menundukkan badan mereka secara serentak, memberikan hormat kepada sang pangeran bintang kecilnya kerajaan.Di hari yang sangat spesial untuk sahabat perempuannya itulah, Lancient mematutkan diri dengan penampilan yang sangat istimewa.Dia memakai atribut formal lengkap, berupa seragam kebangsawanan tingkat tinggi yang didominasi warna kain merah dan biru, dilengkapi pita besar yang menyilang di lintangan perut dan dada, disertai dengan setengah mantel pendek biru tua di pundak sebelah kanan, … yang memiliki banyak hiasan tumpukkan kapas putih.Diikuti dengan Fennel di belakangnya, yang juga sama-sama berpenampilan menawan. Tidak memakai seragam resmi milik ksatria kerajaan, saat ini, Fennel, … justru berpakaian ala-ala putra seorang bangsawan. Rambutnya yang
“Lady Eiren!"Fennel menghampiri Alesya yang saat ini tengah diajak mengobrol oleh salah satu tamu undangan, dengan perasaannya yang menggebu-gebu.Di dalam hatinya, Fennel bergumam. Apakah penampilannya saat ini, akan cukup cocok untuk dipakai berdampingan dengan Alesya yang begitu menawan?Alesya berdandan dengan sangat cantik. Dia memakai gaun hijau klorofil yang mengembang penuh tumpukan ruffle bersama renda-renda, disertai aksesori berupa kalung liontin pemberian dari Hisahilde, lengkap dengan anting-anting yang memiliki warna permata hijau serupa.Rambutnya yang memiliki warna manis itu pula, diikat secara setengah kepang pada bagian permukaan rambut belakang, dengan disematkan pita satin hijau.Wajahnya yang memang sudah tercipta untuk memancarkan kecantikan secara alami itu, kini menerima banyak kesan keindahan lebih, … dikarenakan sudah dipadankan oleh sapuan riasan wajah tipis. “Eh? Sir Eglantine!”Sama-sama memiliki semburat merah di pipi masing-masing, akibat dari meras
"Kemarin, Sir Eglantine benar-benar keren sekali ya?”“Iya! Lady Alesya saja tak bisa berhenti untuk memamerkan cincin pemberiannya kepada kita, dengan perasaan yang sangat-sangat bangga.”“Kata bapakku, dulu … Lord Eiren pun sering sekali begitu. Memang, darah lebih kental daripada air.”“Seperti Ayah, seperti anak perempuan.”Membantu pekerjaan para pelayan dan orang-orang veteran yang bertugas membersihkan setiap bagian kediaman secara merata, sehabis usainya gelaran pesta royal kemarin, … para ksatria, memilih untuk sedikit bercengkerama, dengan niatan supaya membuat mereka tidak merasa bosan.Mansion menjadi lebih sepi. Apalagi karena Darissa sudah pindah tempat tinggal, dan menetap menempati ruangan besar di rumah sang tunangan.Sedih memang, ketika menyadari harus segera melepas gadis mereka ke tempat yang ingin di tempati. Tetapi, hal itulah … yang justru akan membuatnya menjadi bahagia. Darissa pergi ke Duchy Gracious sana, dengan hanya berbekal diri sendiri. Dia tak membaw
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp
SHAAK~!“Apa ini …?”Rambut hitam sekelam ebony berayun dengan lembut, begitu sang empu pemilik netra hijau zamrud itu menolehkan kepalanya ke belakang.“Kenapa aku merasa merinding?” gumamnya heran, seraya mulai mengusap tengkuknya sambil memasang ekspresi wajah tidak nyaman.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku,” gumamnya sekali lagi, namun, kali ini ia membarenginya dengan memokuskan wajah rupawannya supaya kembali menghadap sang mentor di hadapan.Hari ini, kelas 3-2 yang sebentar lagi akan segera lulus dari akademi, tengah mengadakan kelas tambahan khusus berupa belajar berdansa.Hadirlah di sana, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, yang sengaja mengambil tempat duduk di ujung dan paling pojok, karena ia tidak dekat dengan siapa pun di angkatannya ini.Dia memerhatikan penjelasan dari mentor dengan saksama demi pengetahuannya yang pasti akan ia pergunakan di kemudian hari, sambil mencatat materi tuk sesekali.“Baiklah anak-anak. Sekarang, kita akan berlatih memeragakan mater
“Lihat! Ini rajutan buatan Saya lo~! Bagus bukan?”“Sarung tangan rajut? Untuk apa kau memakai itu? Itu kan tidak nyaman.”“Mengapa Anda mengatakan itu ketika Anda sendiri saja senantiasa mengenakannya? Sarung tangannya terbuat dari bahan kulit pula.”“….”Hari ini, Lancient memutuskan untuk makan siang dengan Ruffin dan Hisahilde saja, ketimbang dengan Aira.Dia memilih hal demikian untuk menghindari pertikaian tidak penting yang sempat bersitegang sewaktu kemarin.“Itu …! I-itu berbeda! Aku melakukannya karena ada alasan yang khusus, kan?! Aku tidak ingin kerepotan jika tak sengaja bersentuhan langsung dengan kulit kalian!”“Yah, Saya juga berpikiran seperti itu selagi merajut sarung tangan!”Namun, lihatlah.Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang?“Mulai sekarang kan, Saya pasti akan selalu berada di sekitar Anda, mengingat pertunangan yang terjalin bersama Putri Violegrent.”Apakah mungkin, pertikaian tidak penting itu … sedang terjadi lagi?“Saya melakukannya untuk memperkecil ke
“Aira!”Ah.Setelah semua kesulitan yang dilaluinya, berupa diabaikan dan dipermalukan oleh laki-laki yang ia coba goda, bukankah ini adalah sebuah kemenangan?“Lancient~! Huwaa!”Satu bulan tak terasa sudah berlalu, semenjak Aira menyadari bahwa Lancient ternyata tidak mengabaikan pikatannya seperti tiga anak laki-laki sebelumnya itu.Dengan saling berinteraksi satu sama lain secara dekat melalui bahasa informal disertai menyematkan nama depan, Aira yakin sekali … kalau Lancient, sekali lagi berada di pihaknya sama seperti di kehidupan mereka yang lalu.“Aira?! Apa kamu tidak apa-apa?”Benarkan? Lihat saja sekarang!Di sela-sela tangis yang sengaja ia keluarkan sejadi-jadinya tatkala menghadapi satu permasalahan ini, Aira menarik sudut bibirnya dan menyeringai puas.Bagaimana tidak?“Aku tidak baik-baik saja huwaa~! Mengapa Miss Eiren melakukan ini padaku? Mengapa ia mendorongku sampai jatuh, padahal yang aku lakukan hanya lewat di depannya saja?”Sama seperti dulu, Lancient datang s
“Semangat~! Lancient~! Semangat~!”Aira bersorak-sorai di pinggir lapangan, dekat petak bagian yang digunakan oleh ketiga anak lelaki yang sudah mengingat masa lalu mereka itu, sebagai tempat pelatihan mereka bertiga supaya mengasah kemampuan bela diri mereka agar lebih tajam lagi.Masing-masing dari mereka berdiri di tiga tempat berbeda, saling berhadapan dengan satu dan lainnya, selagi membawa senjata yang terbuat dari sihir. “….”“….”“Semangat~! Lancient~! Kyaaa~!”Selain dari anak bersangkutan yang namanya terus-menerus dipanggilkan sebagai bentuk penyemangat, ada dua anak lain.Yakni, Ruffin dan Hisahilde.Keduanya kini malah saling memandang satu dengan yang lainnya dengan tatapan serupa, yaitu, tatapan mata penuh rasa ngeri dan geli.Tak berlangsung lama, mereka pun lekas mengalihkan tatapan tersebut kepada sang pangeran berambut pirang, Lancient.“Oh, serius. Dia sangat mengganggu!” tukas Ruffin mengeluhkan isi hatinya secara blak-blakan. Sedangkan itu, Hisahilde, ….“Apa A
“A—?! Apa-apaan Anda ini?!” tegur Alesya, seraya menolehkan kepalanya ke arah samping kiri, memandang Hisahilde dengan penuh kekesalan.“Saya belum mengizinkan Anda untuk duduk di samping Saya lo~!?”Dia menghardik sang sepupu yang tidaklah berhubungan dekat dengannya itu, menggunakan bahasa formal.Struktur kalimatnya dipenuhi oleh kesopanan, memang. Namun, tidak dengan nada suara yang ia keluarkan.Mendapati yang ditegurnya tidak mengindahkan teguran itu sama sekali, malahan dia bersikap cuek bebek saja dengan mulai menyantap makanannya sendiri, … kekesalan yang Alesya rasa, kini mulai semakin memuncak.“Anda benar-benar ya …!?”Dalam hatinya, ia berpikiran bahwa dirinya memiliki niatan kurang bagus, berupa ingin menyingkirkan sepupunya itu pergi dengan cara mendorongnya dari kursi.Namun, ….“Biarkan saja, kakak.”… Berkat Darissa yang berkata seperti itu, Alesya pun akhirnya menyerah juga.“Haa … dasar.”Dia menghela nafasnya pasrah, dan lekas menukar raut muka penuh rasa keki itu
TUK! TUK!“…?”Ketukan pada salah satu meja kantin yang tengah ditempati olehnya bersama Alvina, mengalihkan perhatian dari mata hitam gelap kepunyaan sang putri dari Kekaisaran agung Violegrent, Rosalina Earlene Gina, tuk tertuju kepada si pengetuk.“Boleh minta waktunya sebentar, ….”Manik mata yang seindah batu obsidian itu terbelalak lumayan lebar, merasa tidak memercayai akan hal macam apa yang pupil matanya pantulkan.“… Your Royal Highness?”Hadir di samping mejanya sana, seorang anak lelaki pemilik warna rambut biru tua dan juga mata merah menyala, yang berdiri dengan tegap sembari menyembunyikan lipatan tangan di belakang punggungnya ala-ala ksatria.“…!”Anak lelaki itu biasanya bermuka masam dan menampilkan ekspresi tidak suka terhadap kehadiran Rosalina. Namun, kali ini justru bersikap berbeda lewat segaris senyuman tulus yang disunggingkannya, … sampai-sampai sang putri kesayangannya Kaisar Violegrent itu terperangah dengan pipi merah merekah.“U-uhm, uh.”Rosalina tidak
“Huh …? K-Kanselir? B-Bernium?” Hisahilde terbengong untuk sesaat. Benaknya kini berusaha lebih keras tuk mengingat-ingat terkait nama bangsawan “Bernium”, yang sungguh terdengar sangat asing ditelinga. Seingatnya, seumur hidupnya di masa lalu sebagai bagian dari ksatria kediaman Eiren itu, ia tak pernah mendengarnya di mana pun. Lalu mengapa, sekarang ini …. “Apa yang sebenarnya sedang kau lamunkan, Tuan muda Bernium?” … Panggilan nama belakang yang kedengarannya milik bangsawan kenamaan, justru dilayangkan kepadanya seorang? “Anu … itu …. S-sejak kapan Saya bukan lagi bagian dari Eiren? Sampai kapan pun, sepertinya Saya akan terus terikat dengan rumah itu secara senang hati,” tukas Hisahilde ragu-ragu, menatap Ruffin sambil mengusap tengkuknya yang terasa pegal. “Sejak aku mengirimkan ayahku supaya mencegah ayahmu melakukan percobaan bunuh diri tentunya. Memangnya apa lagi?” balas Ruffin penuh percaya diri, dilihat dari dirinya berdiri dari tempatnya duduk, lalu mengusap pon
“Oh! Syukurlah! Akhirnya kau sadar, Rui!”Ruffin mengerjapkan matanya beberapa kali.Mendengar dan melihat, juga positif memastikan kalau hanya ada Lancient saja di samping, anak laki-laki berambut merah itu berpikir, ia bebas berekspresi.“Sialan!” umpatnya, sembari mendudukkan diri dan langsung memegangi kepala. “Kepalaku serasa ingin meledak.”“Tapi ini adalah rekor baru loh,” timpal Lancient antusias, memandang master sihirnya di masa lalu dengan berbinar-binar.“Kau hanya tidak sadarkan diri selama seharian penuh saja. Tidak seperti saat kau pingsan setelah mengembalikan ingatanku.”Hm, … benarkah?Ekhem!Mendapatkan ucapan kekaguman dari si pangeran berambut pirang tersebut, tak ayal, sudut bibir Ruffin terasa gatal.Dia yang tadinya mengerahkan sebelah tangan kanan untuk memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya akibat merasa pusing, kini mulai beralih.Mengalihkan pergerakan jari-jemarinya tersebut, tuk mengusap poninya supaya tersisir ke belakang.“Well yeah. Siapa dulu