“Wow~ semuanya tampak sibuk! Apa akan ada acara besar di sini?” celetuk seseorang tiba-tiba, berbicara di samping anak kecil berambut merah muda salem, … seraya memandang dengan kagum para ksatria dan pelayan yang sibuk berlalu-lalang di halaman taman depan mansion Eiren. “Sebentar lagi, pesta pertunangan Lady Darissa akan segera dilaksanakan. Jadi, ….“ Si anak kecil itu, Ray, yang secara refleks menjawab pertanyaan orang di dekatnya tersebut, mendadak langsung terdiam, … begitu menyadari bahwa orang yang tak dikenalnya ini, telah memasuki kediaman Eiren dengan sesuka hati.Menengadahkan wajah, Ray menyipitkan matanya secara curiga, kemudian segera kembali bersuara. “Tunggu sebentar, Lady, … Anda siapa ya?” tanyanya heran, yang malah disahuti dengan delikan tajam.Orang itu memiliki tubuh tinggi yang bisa dibilang tidak terlalu tinggi untuk setinggi seperti ayah akuannya, Fennel. Rambutnya yang berwarna merah, terurai panjang menimpa tudung jubah hitam kebesarannya, dengan tangan y
“His Highness, the second Prince of Aethelred, … telah tiba!”Atas pengumuman dari ksatria penjaga gerbang kediaman Eiren, semua tamu undangan pesta yang datang terlebih dahulu di gelaran kenduri secara luar ruangan hari ini, … menundukkan badan mereka secara serentak, memberikan hormat kepada sang pangeran bintang kecilnya kerajaan.Di hari yang sangat spesial untuk sahabat perempuannya itulah, Lancient mematutkan diri dengan penampilan yang sangat istimewa.Dia memakai atribut formal lengkap, berupa seragam kebangsawanan tingkat tinggi yang didominasi warna kain merah dan biru, dilengkapi pita besar yang menyilang di lintangan perut dan dada, disertai dengan setengah mantel pendek biru tua di pundak sebelah kanan, … yang memiliki banyak hiasan tumpukkan kapas putih.Diikuti dengan Fennel di belakangnya, yang juga sama-sama berpenampilan menawan. Tidak memakai seragam resmi milik ksatria kerajaan, saat ini, Fennel, … justru berpakaian ala-ala putra seorang bangsawan. Rambutnya yang
“Lady Eiren!"Fennel menghampiri Alesya yang saat ini tengah diajak mengobrol oleh salah satu tamu undangan, dengan perasaannya yang menggebu-gebu.Di dalam hatinya, Fennel bergumam. Apakah penampilannya saat ini, akan cukup cocok untuk dipakai berdampingan dengan Alesya yang begitu menawan?Alesya berdandan dengan sangat cantik. Dia memakai gaun hijau klorofil yang mengembang penuh tumpukan ruffle bersama renda-renda, disertai aksesori berupa kalung liontin pemberian dari Hisahilde, lengkap dengan anting-anting yang memiliki warna permata hijau serupa.Rambutnya yang memiliki warna manis itu pula, diikat secara setengah kepang pada bagian permukaan rambut belakang, dengan disematkan pita satin hijau.Wajahnya yang memang sudah tercipta untuk memancarkan kecantikan secara alami itu, kini menerima banyak kesan keindahan lebih, … dikarenakan sudah dipadankan oleh sapuan riasan wajah tipis. “Eh? Sir Eglantine!”Sama-sama memiliki semburat merah di pipi masing-masing, akibat dari meras
"Kemarin, Sir Eglantine benar-benar keren sekali ya?”“Iya! Lady Alesya saja tak bisa berhenti untuk memamerkan cincin pemberiannya kepada kita, dengan perasaan yang sangat-sangat bangga.”“Kata bapakku, dulu … Lord Eiren pun sering sekali begitu. Memang, darah lebih kental daripada air.”“Seperti Ayah, seperti anak perempuan.”Membantu pekerjaan para pelayan dan orang-orang veteran yang bertugas membersihkan setiap bagian kediaman secara merata, sehabis usainya gelaran pesta royal kemarin, … para ksatria, memilih untuk sedikit bercengkerama, dengan niatan supaya membuat mereka tidak merasa bosan.Mansion menjadi lebih sepi. Apalagi karena Darissa sudah pindah tempat tinggal, dan menetap menempati ruangan besar di rumah sang tunangan.Sedih memang, ketika menyadari harus segera melepas gadis mereka ke tempat yang ingin di tempati. Tetapi, hal itulah … yang justru akan membuatnya menjadi bahagia. Darissa pergi ke Duchy Gracious sana, dengan hanya berbekal diri sendiri. Dia tak membaw
“Ini teh kesukaanmu. Apa kau menyukainya, Tunangan?”Meminum teh kesukaannya di dalam kediaman Gracious yang luas, dengan ditemani oleh sang tunangan di cuaca yang bersuhu dingin semacam sekarang, … membuat hati Darissa terasa menjadi lebih menghangat.Antshel yang sekarang sedang anteng duduk di seberang Darissa, merasa kalau meminum teh bersama untuk mengawali paginya ini, ternyata … tidaklah seburuk yang ia pikirkan.Sampai, ….“Darissa!”… Seorang pria paruh baya berambut coklat dan bermata ungu, masuk secara terburu-buru dalam menginterupsi kegiatan mereka, … yang di mana langsung memanggil nama gadis si tunangan putranya tersebut dengan panggilan akrab, selayaknya sudah menganggap bahwa Darissa ini, … adalah putri kandungnya sendiri.“Ayah? Kenapa? Ada apa?”“Apa ada masalah, Your Grace?”Dia adalah sang Duke, Brian Gracious. Entah apa maksud dan tujuan kedatangannya. Yang jelas, sekarang, pria paruh baya itu telah memasuki ruangan santai ini, … dengan penampilannya yang berant
-“Hisahilde?”-GASP!-“I-iya?”--“Ada apa? Kau masih takut?”-Anak itu, Hisahilde yang masih kecil dan baru tinggal di rumah ini selama lebih dua hari ini, … kini sedang terdiam dengan sang Marquess di hadapannya, yang sekarang sedang sibuk mengusap air mata kesedihan di pipi.-“Maaf, karena Paman sudah tidak menjemputmu lebih awal. Dengan begitu, kau mungkin saja, ….”-Hisahilde yang menangis dengan pandangan mata kosongnya, selepas Myles memperlihatkan lukisan lama milik keluarga Eiren yang menampilkan seorang ayah, seorang pemuda, dan seorang gadis bermata merah semua itu, … segera menjulurkan tangan kecilnya, untuk kemudian bisa langsung memeluk orang yang memiliki hubungan darah dengannya ini. -“Tidak apa-apa. Paman tidak menjemput Hisahilde lebih awal pun, Hisahilde sama sekali tidak keberatan. Karena di waktu itu, … Hisahilde jadi bisa menghabiskan banyak waktu bersama Ayah.”-Myles tidak mengatakan apa-apa lagi, dan hanya mendengarkan apa yang diomongkan oleh keponakannya ter
Cahaya itu … adalah segalanya.Cahaya itu … adalah sumber daya yang paling utama di dunia.Cahaya itu … dapat menerobos apa yang dilaluinya. Terutama, menembus yang namanya kegelapan.Jika cahaya dipancarkan kepada benda yang memiliki sifat dan bentuk yang terang, maka sinar dari cahaya itu … pasti akan terpantul.Lalu, jika cahaya dipancarkan kepada sesuatu yang memiliki kecenderungan sifat transparan, maka sinar yang dihasilkan … akan terbias oleh saringan benda transparan tersebut.Kemudian, jika cahaya di arahkan kepada kegelapan, maka, cahaya tersebut … akan menerangi semuanya, sampai hanya dapat menyisakan sedikitnya bayang-bayang saja.Nilai untuk masing-masing peran cahaya dan kegelapan, adalah sepotong-sepotong. Dikarenakan, dua hal itu memiliki keuntungan dan kekurangannya tersendiri.Tidak akan ada yang namanya cahaya, jika kegelapan tidak dikenal. Begitu pun sebaliknya. Terlalu banyak cahaya, akan sangat mengganggu dengan silaunya yang membutakan, dan sengatan energi pan
PERINGATAN KERAS!CHAPTER INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN YANG TIDAK PATUT UNTUK DITIRU. 🚫***Ah. Ini masih terasa seperti mimpi.Aira yang baru pulang dari pesta pertunangan gebetannya sewaktu tadi, ternyata masih memikirkan pertemuan yang selama ini ia nanti-nanti.Tinggi semampai, berkulit putih pucat, berambut putih kusam keperakan, juga bermanik mata ungu amethyst yang dalam, … Antshel Gracious, si pria muda itu, ternyata memang jauh lebih sempurna jika dilihat secara langsung dari kedekatan, … dibandingkan dengan apa yang selama ini ia bayang-bayangkan, lewat imajinasi yang terkandung dalam tulisan.-“Ah, Lady Aira … kah?"-Namanya yang digumamkan oleh bibir sensual milik laki-laki berdarah Duke Gracious itu, telah membuat perasaannya Aira menjadi berbunga-bunga. Dia seperti sedang di terbangkan ke awang-awang. Jantungnya saja sudah tidak bisa diajak kompromi secara baik-baik, untuk bisa sedikitnya menjadi lebih tenang.Memang, pertemuan pertamanya dengan Antshel Gracious sen
“Oh! Syukurlah! Akhirnya kau sadar, Rui!”Ruffin mengerjapkan matanya beberapa kali.Mendengar dan melihat, juga positif memastikan kalau hanya ada Lancient saja di samping, anak laki-laki berambut merah itu berpikir, ia bebas berekspresi.“Sialan!” umpatnya, sembari mendudukkan diri dan langsung memegangi kepala. “Kepalaku serasa ingin meledak.”“Tapi ini adalah rekor baru loh,” timpal Lancient antusias, memandang master sihirnya di masa lalu dengan berbinar-binar.“Kau hanya tidak sadarkan diri selama seharian penuh saja. Tidak seperti saat kau pingsan setelah mengembalikan ingatanku.”Hm, … benarkah?Ekhem!Mendapatkan ucapan kekaguman dari si pangeran berambut pirang tersebut, tak ayal, sudut bibir Ruffin terasa gatal.Dia yang tadinya mengerahkan sebelah tangan kanan untuk memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya akibat merasa pusing, kini mulai beralih.Mengalihkan pergerakan jari-jemarinya tersebut, tuk mengusap poninya supaya tersisir ke belakang.“Well yeah. Siapa dulu
“….”TRP!Putri pedang kepercayaan sang Kaisar Violegrent, Alvina Desideria Kennard, berdiri beberapa langkah dari seseorang yang tengah duduk meringkuk memeluk lutut, … sembari memasang ekspresi muka yang datar.Gadis berambut biru beri itu terfokus melihat bagaimana tubuh sang putri kekaisaran yang dikejarnya, yakni saudari kembarnya orang yang ia suka, Rosalina, bergetar karena sesenggukan.Dia sedang menangis, … rupanya.“Your Royal Highness.”Alvina memanggil dengan lembut padahal.Namun, panggilannya itu justru membuat sang putri tersentak hebat.“Bolehkah Saya mendekati Anda sekarang?” Tanyanya meminta izin secara hormat, dikarenakan hubungan pertemanan mereka sudah lumaya
“Hm~!”Ah, hari yang indah.Hisahilde tak bisa berhenti tersenyum, setelah ia menang untuk pertama kalinya melawan Fennel Eglantine, pada satu minggu yang lalu.Ini adalah sebuah kebanggaan yang patut dikenang lama.Sebuah kemenangan yang ia dapat, setelah berkali-kali melawan dan tak lelah berlari keras, untuk mendapatkan kehormatan tersebut.Walaupun hanya sekali, tetap saja ini patut diapresiasi.Tak apa jika tak diapresiasi oleh orang lain.Setidaknya, ia harus mengapresiasi kerja kerasnya sendiri.Dia mengambil waktu luang untuk memanjakan tubuh.Mulai dari mandi sampai ke mengenakan pakaian rapi, memakai wewangian, dan menyisir poni rambutnya ke belakang, … semuanya ia lakukan secara mandiri.&nbs
“Miss Eiren. Anda kemari lagi hari ini?”“Tentu saja~!”“….”Aira menatap kosong gadis berambut permen kapas, yang tengah mengobrol dengan sok akrab bersama resepsionis perpustakaan di lantai dasar sana, dari lantai kedua.“Saya permisi dulu ya~!”“Ya! Nikmati waktu luang Anda dengan membaca buku yang bermanfaat!”Manik putih ivory miliknya yang seindah mutiara, menggelincir. Keduanya bergerak mengikuti langkah si penyandang nama kehormatan Eiren itu, di mana dia mulai berjalan mendekati lantai tepat di bawah Aira.“Hm, ….”Gumamannya keluar, begitu sudut matanya menangkap gambaran benda ditangan, sebuah buku bervolume tebal nan cukup berat.Ide licik dan terbilang sangat jahat pun muncul.“Ups!”Aira melemparkan buku yang barusan masih ada dalam pertanggungjawabannya itu, supaya sengaja jatuh mengikut gaya gravitasi.SRAKK!Secara cepat, kertas-kertas yang terbuka juga disapu angin lalu sampai-sampai suara bolak-baliknya terdengar jelas, mengundang Alesya tuk melongok ke atas.Dan,
BUK! BUK! BUK!“Uwahhh!”“Hm~?”Seorang pelayan peneman murid perempuan berambut merah muda, yang tengah merasa gemas karena ia memukul-mukul bantal di atas ranjang milik sendiri, tersenyum mengamati.“Miss Alesya,” panggilnya lembut, berusaha menyudahi aksi dari majikan mudanya ini dengan sebuah pertanyaan.“Apa ada yang bisa Saya bantu?”Poppy, itu adalah namanya.Pelayan muda yang usianya kurang lebih sebaya dengan sang nona yang ia layani ini, memiliki rambut berwarna merah ati.Mata hijau anggurnya yang menyorot halus, memandang sang nona secara teliti.Tidak lupa, sebuah senyuman mulai merayap dan membentuk sebuah patri.“Uhh, aku hanya ….”Ah, sungguh.Mendapati putri sulung Marquess Eiren bahagia seperti itu, di mana gadis berambut permen kapas tersebut, mulai memeluk dan menyelusupkan sebagian wajah ayunya kepada bantal yang tadi ia pukuli dengan muka terlihat begitu merah merona, … ini mendorong Poppy secara alami ikutan bahagia.“Hanya …!”Alesya melirik Poppy menggunakan e
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y