“Milord! Selamat datang kembali!”“Your Excellency! Anda pulang!”“Marquess, apakah Anda tahu tentang seberapa besarnya kami semua mengkhawatirkanmu!?”Seperti eloknya kelopak bunga yang masih berupa kuncup dalam memeluk dan melindungi bagian serbuk sari bunga, … semua orang yang menghuni kawasan March Eiren ini, tengah tertawa dan menangis haru bersama, dalam menyambut kepulangan orang yang datang ke kediaman ini dengan didampingi oleh Sir Zeind. Terkecuali Ray, si anak yang masih baru di lingkungan tersebut, … hanya berdiri menjauh dari kerumunan dengan perasaan yang tidak karuan, … karena didominasi oleh rasa ingin merendahkan diri.Sang Marquess, si orang yang memiliki mata merah seperti kepunyaannya Sir Hisahilde, … dan juga merupakan seorang ayah dari gadis yang dianggapnya sebagai ibu itu, … tampak menunjukkan senyumannya yang paling bahagia, kontras dengan isi pikirannya yang mengatakan hal lain.Pura-pura baik-baik saja, pura-pura tidak apa-apa, pura-pura bukan masalah besar
“Wow~ semuanya tampak sibuk! Apa akan ada acara besar di sini?” celetuk seseorang tiba-tiba, berbicara di samping anak kecil berambut merah muda salem, … seraya memandang dengan kagum para ksatria dan pelayan yang sibuk berlalu-lalang di halaman taman depan mansion Eiren. “Sebentar lagi, pesta pertunangan Lady Darissa akan segera dilaksanakan. Jadi, ….“ Si anak kecil itu, Ray, yang secara refleks menjawab pertanyaan orang di dekatnya tersebut, mendadak langsung terdiam, … begitu menyadari bahwa orang yang tak dikenalnya ini, telah memasuki kediaman Eiren dengan sesuka hati.Menengadahkan wajah, Ray menyipitkan matanya secara curiga, kemudian segera kembali bersuara. “Tunggu sebentar, Lady, … Anda siapa ya?” tanyanya heran, yang malah disahuti dengan delikan tajam.Orang itu memiliki tubuh tinggi yang bisa dibilang tidak terlalu tinggi untuk setinggi seperti ayah akuannya, Fennel. Rambutnya yang berwarna merah, terurai panjang menimpa tudung jubah hitam kebesarannya, dengan tangan y
“His Highness, the second Prince of Aethelred, … telah tiba!”Atas pengumuman dari ksatria penjaga gerbang kediaman Eiren, semua tamu undangan pesta yang datang terlebih dahulu di gelaran kenduri secara luar ruangan hari ini, … menundukkan badan mereka secara serentak, memberikan hormat kepada sang pangeran bintang kecilnya kerajaan.Di hari yang sangat spesial untuk sahabat perempuannya itulah, Lancient mematutkan diri dengan penampilan yang sangat istimewa.Dia memakai atribut formal lengkap, berupa seragam kebangsawanan tingkat tinggi yang didominasi warna kain merah dan biru, dilengkapi pita besar yang menyilang di lintangan perut dan dada, disertai dengan setengah mantel pendek biru tua di pundak sebelah kanan, … yang memiliki banyak hiasan tumpukkan kapas putih.Diikuti dengan Fennel di belakangnya, yang juga sama-sama berpenampilan menawan. Tidak memakai seragam resmi milik ksatria kerajaan, saat ini, Fennel, … justru berpakaian ala-ala putra seorang bangsawan. Rambutnya yang
“Lady Eiren!"Fennel menghampiri Alesya yang saat ini tengah diajak mengobrol oleh salah satu tamu undangan, dengan perasaannya yang menggebu-gebu.Di dalam hatinya, Fennel bergumam. Apakah penampilannya saat ini, akan cukup cocok untuk dipakai berdampingan dengan Alesya yang begitu menawan?Alesya berdandan dengan sangat cantik. Dia memakai gaun hijau klorofil yang mengembang penuh tumpukan ruffle bersama renda-renda, disertai aksesori berupa kalung liontin pemberian dari Hisahilde, lengkap dengan anting-anting yang memiliki warna permata hijau serupa.Rambutnya yang memiliki warna manis itu pula, diikat secara setengah kepang pada bagian permukaan rambut belakang, dengan disematkan pita satin hijau.Wajahnya yang memang sudah tercipta untuk memancarkan kecantikan secara alami itu, kini menerima banyak kesan keindahan lebih, … dikarenakan sudah dipadankan oleh sapuan riasan wajah tipis. “Eh? Sir Eglantine!”Sama-sama memiliki semburat merah di pipi masing-masing, akibat dari meras
"Kemarin, Sir Eglantine benar-benar keren sekali ya?”“Iya! Lady Alesya saja tak bisa berhenti untuk memamerkan cincin pemberiannya kepada kita, dengan perasaan yang sangat-sangat bangga.”“Kata bapakku, dulu … Lord Eiren pun sering sekali begitu. Memang, darah lebih kental daripada air.”“Seperti Ayah, seperti anak perempuan.”Membantu pekerjaan para pelayan dan orang-orang veteran yang bertugas membersihkan setiap bagian kediaman secara merata, sehabis usainya gelaran pesta royal kemarin, … para ksatria, memilih untuk sedikit bercengkerama, dengan niatan supaya membuat mereka tidak merasa bosan.Mansion menjadi lebih sepi. Apalagi karena Darissa sudah pindah tempat tinggal, dan menetap menempati ruangan besar di rumah sang tunangan.Sedih memang, ketika menyadari harus segera melepas gadis mereka ke tempat yang ingin di tempati. Tetapi, hal itulah … yang justru akan membuatnya menjadi bahagia. Darissa pergi ke Duchy Gracious sana, dengan hanya berbekal diri sendiri. Dia tak membaw
“Ini teh kesukaanmu. Apa kau menyukainya, Tunangan?”Meminum teh kesukaannya di dalam kediaman Gracious yang luas, dengan ditemani oleh sang tunangan di cuaca yang bersuhu dingin semacam sekarang, … membuat hati Darissa terasa menjadi lebih menghangat.Antshel yang sekarang sedang anteng duduk di seberang Darissa, merasa kalau meminum teh bersama untuk mengawali paginya ini, ternyata … tidaklah seburuk yang ia pikirkan.Sampai, ….“Darissa!”… Seorang pria paruh baya berambut coklat dan bermata ungu, masuk secara terburu-buru dalam menginterupsi kegiatan mereka, … yang di mana langsung memanggil nama gadis si tunangan putranya tersebut dengan panggilan akrab, selayaknya sudah menganggap bahwa Darissa ini, … adalah putri kandungnya sendiri.“Ayah? Kenapa? Ada apa?”“Apa ada masalah, Your Grace?”Dia adalah sang Duke, Brian Gracious. Entah apa maksud dan tujuan kedatangannya. Yang jelas, sekarang, pria paruh baya itu telah memasuki ruangan santai ini, … dengan penampilannya yang berant
-“Hisahilde?”-GASP!-“I-iya?”--“Ada apa? Kau masih takut?”-Anak itu, Hisahilde yang masih kecil dan baru tinggal di rumah ini selama lebih dua hari ini, … kini sedang terdiam dengan sang Marquess di hadapannya, yang sekarang sedang sibuk mengusap air mata kesedihan di pipi.-“Maaf, karena Paman sudah tidak menjemputmu lebih awal. Dengan begitu, kau mungkin saja, ….”-Hisahilde yang menangis dengan pandangan mata kosongnya, selepas Myles memperlihatkan lukisan lama milik keluarga Eiren yang menampilkan seorang ayah, seorang pemuda, dan seorang gadis bermata merah semua itu, … segera menjulurkan tangan kecilnya, untuk kemudian bisa langsung memeluk orang yang memiliki hubungan darah dengannya ini. -“Tidak apa-apa. Paman tidak menjemput Hisahilde lebih awal pun, Hisahilde sama sekali tidak keberatan. Karena di waktu itu, … Hisahilde jadi bisa menghabiskan banyak waktu bersama Ayah.”-Myles tidak mengatakan apa-apa lagi, dan hanya mendengarkan apa yang diomongkan oleh keponakannya ter
Cahaya itu … adalah segalanya.Cahaya itu … adalah sumber daya yang paling utama di dunia.Cahaya itu … dapat menerobos apa yang dilaluinya. Terutama, menembus yang namanya kegelapan.Jika cahaya dipancarkan kepada benda yang memiliki sifat dan bentuk yang terang, maka sinar dari cahaya itu … pasti akan terpantul.Lalu, jika cahaya dipancarkan kepada sesuatu yang memiliki kecenderungan sifat transparan, maka sinar yang dihasilkan … akan terbias oleh saringan benda transparan tersebut.Kemudian, jika cahaya di arahkan kepada kegelapan, maka, cahaya tersebut … akan menerangi semuanya, sampai hanya dapat menyisakan sedikitnya bayang-bayang saja.Nilai untuk masing-masing peran cahaya dan kegelapan, adalah sepotong-sepotong. Dikarenakan, dua hal itu memiliki keuntungan dan kekurangannya tersendiri.Tidak akan ada yang namanya cahaya, jika kegelapan tidak dikenal. Begitu pun sebaliknya. Terlalu banyak cahaya, akan sangat mengganggu dengan silaunya yang membutakan, dan sengatan energi pan
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.