/”Waktu cepat sekali berlalu ya? Lihatlah keluar, musim panas sekarang sudah menjadi kesekian kalinya yang kulalui tanpa keberadaanmu 4 tahun terakhir ini. Ah, Aku kesepian tanpamu, kapan sih adik kecilku yang manis itu kembali ke pelukan kakaknya yang cantik jelita ini?”/
“Hihi, Kakak masih sama seperti biasanya. Selalu memuji dirinya sendiri di setiap surat yang ia berikan padaku, apa dia tidak memikirkan kata-kata lain selain ini?”
Darissa terkikik kecil membaca surat dari kakaknya itu, sepucuk surat yang menjadi penebus rindu.
/”Kesehatanku sudah mulai membaik daripada sebelumnya, sekarang Aku tidak terlalu sering berbaring di kasur dan mengurung diri di kamar tahu! Setelah Kau lulus dari akademi, ayo lakukan semua hal yang ingin Kau lakukan bersamaku dulu! Seperti piknik di musim panas, menanam dan melihat bunga-bunga cantik di musim semi, berjalan bersama saling bergandengan tangan di bawah pepohonan yang daunnya mulai rontok di musim gugur, lalu membuat boneka salju di musim dingin!”/
Darissa tersentuh sampai membuat ujung matanya basah, itu adalah semua yang ingin dia lakukan bersama kakaknya sewaktu kecil. Namun, Dia tidak bisa melakukanya karena kakaknya sering sakit-sakitan, Darissa juga tak bisa sering bermain dengannya karena Alesya lebih menghabiskan banyak waktu untuk beristirahat.
Alesya memiliki jantung yang lemah, dia akan langsung jatuh sakit jika terlalu banyak bergerak atau berjalan sebentar, meskipun hanya beberapa meter saja. Makanya, Alesya sering disuruh beristirahat dan berdiam diri di kamar saja agar kondisinya tidak menjadi parah, bahkan di hari keberangkatan Darissa ke akademi pun, Alesya tak melangkahkan sejengkal dari kakinya yang turun dari ranjang.
“Kakak lebih baik sekarang? Syukurlah kalau begitu, Aku sangat merindukan Kakak.”
/”Seperti apa yah penampilanmu sekarang? Apa Kau jadi lebih mirip dengan Ayah, err ... kurasa tidak. Hm, mungkin mirip Ibu? Atau malah mirip denganku?! Ugh! Aku benar-benar tidak sabar menantimu pulang. Seingatku, tinggimu dulu hanya sebatas bahuku, lalu bagaimana dengan sekarang? Apa Kau tumbuh lebih tinggi? Aku dengar kalau biasanya anak yang paling muda akan tumbuh menjadi lebih tinggi melampaui Kakaknya, apakah itu berlaku juga padamu?”/
“Hm, coba kupikir dulu. Sepertinya kalau soal tinggi badan, Kakak masih tetap tinggi dariku.”
/”Darissa, apa Kau tahu? Hari demi hari Ayah kita dilanda kegelisahan ketika memikirkanmu, dia selalu meminta pendapat kepada kami berdua soal apa yang harus dia lakukan jika suatu hari nanti, Kau pulang dari akademi membawa calon menantu. Huh, padahal Adik kecilku itu masih sangat muda untuk menikah. Tapi, jika Kau membawa calon adik ipar untukku yang berkelakuan baik padamu, mungkin Aku akan menyetujuinya! Jangan terlalu dipikirkan, tapi ... membayangkan memiliki keponakan perempuan yang mirip denganmu sepertinya akan terasa menyenangkan!”/
“Apa-apaan mereka itu!” cicit Darissa kecil dengan wajah memerah.
/”Kau akan pulang dalam 2 tahun lagi kan? Pasti debutante-mu di dunia sosialita aristokrat akan jatuh pada ulang tahunmu yang ke-16. Ibu bilang, dia tidak sabar untuk mendandanimu dengan sangat cantik, tentu saja Aku juga ingin ikut serta dalam pesta. Membayangkan pergi ke pesta dansa bersamamu dengan memakai gaun yang berpasangan berdua saja sudah membuatku gembira! Makanya, belajarlah yang rajin lalu pulanglah dengan cepat. Kami sangat menantikan hari kepulanganmu!”/
/”Dengan penuh cinta, untuk adikku yang tersayang. Jaga dirimu baik-baik dan tetap sehat selalu, Kakak mencintaimu.”/
“Alesya Eilaira Na Eiren.” gumam Darissa membaca nama yang tertulis dipojok surat, itu adalah nama kakaknya yang dia kagumi.
•••
“Syarat untuk mewarisi gelar Ayahku adalah memiliki pasangan dan menikah? Tidak masuk akal! Padahal 'kan, Aku cukup mampu untuk mewarisi gelar itu tanpa harus menikahi seseorang!”
Di bawah temaramnya cahaya bulan, ada seorang pemuda yang sebentar lagi memasuki usia dewasa menurut peraturan kerajaan Aethelred, yakni berumur 18 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.
Rambut perak platinum yang warnanya tampak menyatu dengan sinar rembulan itu terseok-seok secara acak dihembus angin dari jendela kamarnya yang sengaja ia buka, manik mata ungu amethyst itu memandangi bulan yang menampakan diri menerangi bumi dalam wujud separuhnya saja.
“Dengan menikah, Anda bisa memperkuat kekuatan politik Anda karena terbantu oleh kekuatan politik dari keluarga Istri Anda. Akan lebih baik jika Anda menikahi putri dari keluarga terpandang, Young Master Antshel.” saran Aide dari pemuda yang bernama Antshel itu.
“Ckk, merepotkan! Lalu, apa Kau tahu gadis bangsawan mana yang masih lajang dengan latar belakang keluarganya yang cukup menjanjikan?”
“Ah, ada dua putri keluarga Marquess yang diketahui masih belum memiliki tunangan. Putri tertua bernama Alesya Eilaira Na Eiren, usianya 16 tahun, dia setahun lebih muda dari Anda. Kedua putri dari Marquess Eiren sangat terkenal akan kepintarannya dibidang akademik dan kesopanan, tak lupa pula dalam bidang tata krama. Nona Alesya sangat cocok dengan Anda, namun ... sayangnya, dia memiliki riwayat penyakit lemah jantung,”
“Aku tidak tertarik untuk menikahi gadis berpenyakitan! Itu hanya akan menyusahkanku saja. Lalu, bagaimana dengan adiknya?”
“Be-begitu ya? Kalau begitu, soal Nona termuda putri Marquess Eiren. Namanya Darissa Na Eiren, 14 tahun, dan kini tengah berada di akademi sihir untuk belajar mengendalikan bakat sihir apinya.”
Antshel berpikir sebentar, sepertinya adiknya akan jauh lebih berguna daripada kakaknya. Darissa memiliki bakat mengendalikan sihir api yang di mana terbilang cukup legendaris di Aethelred. Bukan hanya itu saja, gadis itu juga berasal dari keluarga Marquess yang mana pangkat derajatnya hanya setingkat lebih rendah dari pangkat seorang Duke.
Keuntungan yang akan ia raup akan sangat bangak jika dia bertunangan atau bahkan sampai menikah dengan Darissa, pertunangan politik tanpa cinta adalah ide yang bagus untuk rencananya merebut gelar "The Duke of Gracious" dari Ayahnya.
“Baiklah, sudah kuputuskan. Aku akan melamar gadis itu dan memintanya untuk menjadi tunanganku di hari debutante-nya nanti.”
~~~~~
CRUNCH~ CRUNCH~
“Your Highness, apa ini sudah menjadi hobi Anda? Membaca buku sampai larut malam?”
Fennel mengunyah biskuit rasa teh hijau di sela-sela kebosanannya menemani Lancient membaca buku novel selama hampir tiap malam. Lancient yang awalnya iseng-iseng membaca novel gara-gara apa yang Aira bilang 4 tahun lalu, malah keterusan membacanya dan menjadikannya sebuah kebiasaan.
“Ceritanya sangat menarik! Setiap novel mempunyai permasalahannya tersendiri, ada bagian-bagian tertentu yang membuatku ketagihan untuk membacanya lagi dan lagi!”
“Apanya yang menarik dari sejumput cerita begitu? Lebih baik jika Anda belajar saja! Itu akan sangat berguna untuk pengetahuan Anda.”
Lancient mendelik Fennel dengan tatapan tidak suka, sudah ia duga dari sebelumnya kalau si pengawal pribadi sekaligus pelayanannya dalam mempersiapkan kebutuhannya sehari-hari itu, tak pernah tertarik dengan hal-hal yang berbau romansa.
Direbutnya piring berisi biskuit favorit Fennel dan disembunyikan olehnya ke belakang punggung, persis seperti yang Fennel lakukan tadi sore.
“Your Highness! Kenapa Anda merebut makanan Saya?!”
Fennel, si pemuda yang selalu menyembunyikan semua perasaannya dari hadapan orang lain seperti saat dia marah, kesal, dan sedih terhadap seseorang itu, akan menunjukkan sikap aslinya jika ada orang yang mengganggu acara makan kudapan favoritnya. Dan lihatlah sekarang, pemuda itu sewot dan berisik sekali saat makanannya Lancient rebut.
“Oh ya, ada satu hal yang membuatku penasaran setengah mati karena Aku belum pernah melakukannya. Mungkin saja Fennel tahu kan? Karena Fennel lebih tua dariku, pastinya Kau sudah berpengalaman.”
“Anda membicarakan hal yang aneh lagi! Saya tidak peduli itu, pokoknya kembalikan makanan Saya!”
“Aih, Kau ini! Baik, baik, Aku akan mengembalikannya padamu asalkan jawab pertanyaanku dulu.”
“Urgh ... baiklah, apa yang ingin Anda tanyakan?”
Fennel yang tidak sabaran lagi menyetujui permintaan Lancient tanpa berpikir panjang, padahal dia tidak akan pernah tahu pasti dengan apa yang akan ditanyakan oleh Lancient itu, karena dia hanya memikirkan makanannya saja.
“Hm, itu ... Aku penasaran. Seperti apa rasanya ciuman?”
“....”
Pemikiran tentang biskuit teh hijaunya tiba-tiba pecah berhamburan, otaknya mendadak kosong dan mata zamrudnya itu melotot dengan tatapan suram. Fennel sangat syok, dia menolak berbicara sejenak karena sedang mengumpati anak muda di depannya dari dalam hati.
“Katanya, saat berciuman dengan orang yang Kau suka, adik kecilmu (?) akan berdiri keras dan membuat pikiranmu jadi liar. Orang yang pendiam dan tanpa emosi pun akan berubah menjadi buas saat berada di atas ranjang, lalu saat Kau memasukkan ad--- hmph!”
Dengan tangan gemetaran, Fennel membekap mulutnya Lancient rapat-rapat. Walaupun tidak terlalu tahu, tapi Fennel benar-benar paham dengan arah pembicaraan kotor yang membuat wajah tegasnya menjadi terasa meleleh akibat hawa panas yang membakar.
Anak kecil itu seharusnya pikirannya masih polos, bagaimana bisa Lancient mengatakan "Cara membuat anak kecil yang mirip denganmu, atau pasanganmu, atau bahkan perpaduan antara Kalian berdua." begitu lantangnya tanpa ada rasa malu sedikit pun?
“Bagaimana ... bagaimana bisa Anda mengetahui hal vulgar semacam itu, Your Highness?”
Lancient mengerjapkan matanya berkali-kali menatap aneh reaksi tidak biasa dari Fennel yang membuatnya semakin penasaran, segera saja dihempaskan tangan yang menutupi mulutnya itu dan kembali berucap.
“Dari buku, tentunya.”
“Baiklah, Saya serius sekarang! Sepertinya buku-buku ini harus segera dimusnahkan karena telah berani-beraninya mengotori pikiran polos Anda, menjadi seperti itu. Jika Anda terus-menerus membaca ini, akan seperti apa nanti masa depan yang menanti Anda?! Saya takut Anda akan berubah menjadi orang cabul dan berakhir mengenaskan!”
“Hei, jangan lakukan itu! Kalau Kau sampai berani menghanguskan buku-buku favoritku, maka Aku akan memastikanmu agar tak pernah bisa makan biskuit teh hijau kesukaanmu lagi!”
Ancam Lancient sesaat setelah melihat Fennel merebut bukunya dan berniat untuk membakarnya sampai hangus, sepertinya ancaman itu cukup berpengaruh untuk pemuda pecinta makanan pahit itu.
“Haah, tolong berpikirlah dengan serius tentang usia Anda dan batasan buku yang pantas dibaca oleh Anda. Kalau begini caranya, Anda malah akan menjadi dewasa sebelum waktunya! Itu tidak baik, Anda hanya perlu berkelakuan seperti Anak seumuran Anda saja.”
“Apa salahnya jika membacanya sesekali, Aku membacanya untuk berjaga-jaga, em ... mungkin? Ma-maksudku untuk persiapan agar tahu apa yang harus kulakukan di malam pertama pernikahanku suatu saat nanti.”
Lancient mengembalikan piring berisi biskuit itu kembali kepada pemiliknya, dengan cepat, Fennel pun segera melanjutkan acara makan kudapannya yang sempat terjeda tadi.
CRUNCH~ CRUNCH~
“Menikah? Anda sudah berpikiran sampai sejauh itu, apa Anda sudah mempunyai seorang kandidat untuk dinikahi?”
“Tentu saja! Aku akan menikahi Miss Aira Qianzy suatu saat nanti, dan sebelum itu, Aku akan menjadikannya sebagai tunanganku terlebih dahulu!”
CRU~ NCH~
Berbanding terbalik dengan Lancient yang bersemangat dan memancarkan energi keceriaan, Fennel tiba-tiba berubah menjadi muram. Dia berhenti mengunyah biskuitnya, dan hanya mengulumnya lalu menelannya tanpa berselera.
“Oh itu bagus! Apapun pilihan Anda, siapa pun yang Anda pilih. Saya sangat bersyukur, Saya akan senantiasa mendukung dan akan selalu mendoakan kebahagiaan Anda, doa Saya adalah ... semoga Anda bahagia.”
“Terimakasih, terimakasih Fennel. Kau memang yang terbaik!”
Walaupun dipuji begitu, Fennel tidak merasa senang. Dia menutupi perasaannya yang terluka dengan mencoba tersenyum tipis seperti biasa, mengabaikan perasaan pribadi itu memanglah susah-susah gampang, Kau hanya harus tersenyum lalu lupakan segalanya. Namun, itu cukup menyebalkan jika dilakukan terus-menerus, bagaimana pun juga, perasaan manusia itu tidak akan mudah berubah begitu saja.
“Oh iya! Kau belum menjawab pertanyaanku, sekali lagi Aku tanya padamu. Apa Fennel pernah mengalami hal luar biasa semacam ciuman atau yang lainnya?”
“Anda terkadang bersikap kurang ajar dan tidak sopan juga yah, Your Highness. Memangnya ini salah siapa? Saya 'kan selalu bersama dengan Anda kapan pun dan kemana pun Anda berada, Saya yang sesibuk itu bagaimana bisa mendapatkan seorang kekasih?"
“Lalu, bagaimana dengan gadis pemberi makanan ringan itu? Kau tidak menyukainya?”
Fennel terdiam, hatinya benar-benar bimbang.
“Saya sudah bilang 'kan? Kalau Saya akan lebih memilih melajang selamanya daripada merebut gadis itu dari orang lain yang juga menyukainya.” Fennel menggulirkan netra hijaunya ke lantai menghindari kontak mata dengan Lancient.
“Kalau begitu, cari gadis lain saja! Memangnya Kau yakin akan tetap bertahan melajang seumur hidup? Apa Kau tidak tertarik dengan hal-hal nakal yang bisa Kau lakukan nanti kepada kekasihmu?”
“Mulai lagi huh? Kenapa Anda terus mengatakan hal-hal yang aneh selama seharian ini?”
Lancient mengambil sekeping biskuit itu dan meletakkannya di depan bibir Fennel, alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membuat orang yang selalu mengomelinya karena terlalu sering membaca novel, agar ikut terjerumus bersamanya, membuatnya ikut-ikutan ketagihan dalam membaca kata demi kata manis dalam buku tebal bergenre romansa itu.
“Bayangkan, ada seorang gadis cantik yang Kau sukai mengecupmu sebentar seperti ini, tepat di bibirmu. Bibir merah manisnya terasa lembut hingga membuatmu ingin menyesapnya sampai bengkak, Kau pun balas menciumi gadismu itu dengan lebih ganas, bahkan sampai beradu lidah. Lalu—“
“Your Highness!” bentak Fennel tegas membuat Lancient tersentak.
“G-gulp!”
“Lekas tidur!” titah Fennel sembari menunjuk bantal dengan pelototan.
“Ba-baik!”
Lancient paling merasa ketakutan kalau melihat orang setenang Fennel mulai marah, itu akan menjadi hari terburuknya jika dia tak langsung menuruti perkataannya.
Hanya butuh waktu beberapa menit, Lancient sudah tertidur pulas dengan posisi tubuhnya yang meringkuk. Fennel menghela nafas berat lalu membenarkan selimut Lancient hingga menutupi tubuh anak itu sampai batas leher, Dia memungut buku yang dibaca Lancient tadi dan sedikit mengintip seperti apa tulisan yang terus-menerus membuat tuan mudanya ketagihan untuk membacanya.
“Kubuka satu persatu pakaian yang menempel ditubuh molek Istriku, kuciumi bibirnya penuh nafsu lalu kualihkan bibirku menurun dan menghisap lehernya meninggalkan jejak merah. Dia men ... desah dengan merdu membuat gairahku semakin meninggi. Lalu Aku pun---“
PPANG!
Buku itu dilempar ke sebarang arah tanpa ampun karena Fennel merasa aneh saat membacanya, jantungnya berdebar tidak karuan dan wajahnya menjadi merah padam.
Dia berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, namun, matanya tak bisa ia cegah untuk kembali melirik buku yang teronggok di lantai itu lewat sela-sela jarinya. Pada akhirnya, Fennel pun lebih memilih untuk menyerah lalu kemudian memungut buku itu kembali dan berniat membacanya juga.
“Aku hanya berniat membacanya untuk mengecek apa yang telah dibaca oleh His Highness Prince Lancient, iya benar! Tujuanku cuma itu.”
Dan pada akhirnya, setelah bergadang semalaman suntuk menamatkan buku itu, Fennel pun menjadi ketagihan dan membaca buku novel lainnya dengan rate-R, setiap malam secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun, terutama Lancient.
“Satu langkah ke kanan, mundur dua langkah ke belakang. Berputar sekali, lalu langkah pentingnya adalah jangan menginjak pasangan menari kalian.” instruksi seorang guru menari.Hari kelulusan sudah hampir di depan mata, akademi sihir yang tahu kalau anak murid lulusan mereka akan segera menggelar pesta debutante itu, sengaja mengadakan pelatihan dansa di akhir pekan. Berlatih menari akan lebih baik jika dilakukan sedari dini, karena setiap langkah yang ditunjukkan di depan pasangan menarimu, akan sangat mempengaruhi karakteristikmu.THOMP!“Uh, Your Highness! Anda menginjak kaki Saya lagi,”“Uwah, maaf.”Entah sengaja melakukannya karena dendam pribadi, atau memang benar-benar tidak sengaja, Lancient menginjak kaki pasangan latihan menarinya yang tak lain adalah Darissa.Ada kelegaan kecil yang terpancar dari raut mukanya L
"Menjinakkan Tunangan Posesif"Judul dari light novel online yang terkenal di kalangan anak muda-mudi penggemar setia aplikasi orange, ceritanya sangat booming dan populer di mana-mana. Dengan berisikan 163 bagian, novel itu dikarang oleh seorang penulis novel bernama pena "Rui Lean."Novelnya menembus pasar industri hiburan yang sangat luas dengan dijadikan buku cetak, diilustrasikan jadi komik dan visual novel, bahkan sampai diadaptasi jadi film layar lebar.Penggemarnya sangat banyak, berasal dari berbagai macam tempat. Termasuk, seorang gadis biasa berpenampilan sederhana yang tinggal di rumah kumuh ini, sebut saja namanya Mariana.Dia selalu mengenakan kacamata tebal, wajahnya juga dipenuhi oleh jerawat. Dia selalu tinggal di rumahnya terus karena dia adalah seorang pengangguran yang kerjanya hanya tiduran memainkan ponsel yang dia punya hasil dari menghutang. Gadis itu, sangat tergila-gila dengan salah satu karakter novel
Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara
“Your Highness, Princess Camerine. Saya ingin meminta pertolongan dari Anda, bisakah Anda menghentikan pendarahan pada tangan Saya ini dengan menggunakan sihir penyembuh milik Anda?”Darissa memberi sinyal minta tolong kepada Putri Camerine yang duduk di sebelah kanannya Putri Violegrent, Darissa sangat mengandalkan bantuannya karena Putri Camerine itu terkenal akan sihir penyembuhannya yang sangat efektif menyembuhkan luka luar. Camerine yang wajahnya sama pucatnya dengan gadis-gadis lain, segera beranjak pergi menghampiri Darissa dengan rasa panik yang hebat melandanya.Dipeganginya tangan kiri Darissa yang terulur bercucuran darah merah segar itu ke arahnya, dengan menggunakan tangan yang menggigil seakan-akan gemetar akibat kedinginan. Mana sihir dengan aura seputih awan mengalir dari telapak tangannya dan beralih ke tangan Darissa, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sampai akhirnya pendarahan di punggung tangan kiri Darissa berhe
“Tunggu sebentar, Anda bilang saudara laki-laki? Oh, oh! Apakah yang di maksud oleh Anda itu ialah saudara kembar Anda yang terkenal akan ketampanannya?! His Royal Highness The Prince of Violegrent?!” pekik Nona Seria dengan penuh kegirangan.“Meh, dia tidak setampan itu haha! Rumornya sangat keterlaluan sekali.”“Tapi, jika Anda saja sudah secantik ini, maka sudah pasti saudara kembar Anda juga memiliki wajah yang indah nan rupawan karena memiliki rupa yang sama, 'kan? Bukankah anak kembar itu sangat identik satu sama lain bagaikan pinang dibelah dua? Bahkan seakan-akan sedang bercermin sendiri saja, benarkan?” Nona Mizumi yang sedari tadi terdiam pun ikut penasaran.“Hm, sepertinya begitu. Yang membedakan Saya dengannya adalah jenis kelamin, warna rambut dan mata, juga tingkah laku yang sangat berbanding terbalik.”“Saya dengar kalau Prince of V
Letak asrama putri tidaklah terlalu jauh, tinggal melewati bukit kecil lalu Lancient akan segera sampai. Bukit gundul yang diterangi cahaya bulan itu mempermudah langkah Lancient untuk menembus gelapnya malam, suara jangkrik dan hewan nokturnal lain saling bersahutan menemani suara pijakan kakinya yang terdengar jelas di suasana yang sepi begini.Lancient berhenti sebentar di atas puncak bukit yang lapang memandangi indahnya taburan bintang di langit malam, pikirannya melayang jauh, memikirkan tentang bagaimana nasibnya beberapa bulan ke depan.Hari kelulusan tinggal menghitung bulan, seperti yang Lancient duga dari awal, bersekolah di akademi sihir selama beberapa tahun ini akan sia-sia karena dia memang tidak ditakdirkan memiliki Mana dan tidak akan bisa menggunakan sihir.Jika dia pulang seperti itu tanpa ada kemajuan sedikit pun, lalu apa yang akan dilakukan oleh Raja padanya? Memikirkannya saja membuat Lancient sampai-sampai mengabaikan suhu tubuhnya yang m
"Hor-hormat? Menghormatiku?!” pekik Lancient tak menyangka. “Iya, itu benar sekali.” timbal Darissa sembari menatap Lancient heran. Lancient menutupi wajahnya yang bersemu merah karena merasa senang, itu karena ada orang lain yang lagi-lagi selain Fennel yang bilang kalau dia menghormatinya. Segera saja Lancient teringat dengan tujuan awalnya keluar malam-malam, dilihatnya kotak pita itu dengan ragu-ragu, lalu menyorongkannya ke arah Darissa setelah meyakinkan dirinya dalam waktu yang cukup lama. “Ini.” “Hm?” Kotak yang berisikan pita itu berpindah tangan beralih dari tangan Lancient menuju ke tangan Darissa, mata emas Darissa terfokus pada kotak berukuran sedang di tangannya dengan raut wajah senang yang tak bisa ia gambarkan. “Kenapa Anda memberikan ini kepada Saya, Your Highness?” tanya Darissa yang masih tidak percaya dengan apa yang b
“Your Majesty, His Highness The Prince Of Aethelred, Lancient Re Aethelred. Beserta pengawal pribadinya, Sir Fennel Eglantine, meminta izin untuk menghadap Anda.” ucap penjaga gerbang pintu ruangan sang Raja, mengumumkan kedatangan Lancient dan Fennel.“Biarkan Mereka masuk.”Pintu dibuka, menampilkan sang Raja yang tengah duduk di atas meja kerja dengan menyilangkan kaki dan juga memutar segelas sampanye di tangannya.Dengan rahang tegas, mata hijau tajam, dan rambut pirang berkilau, sang Raja menatap sekilas mereka berdua lalu kemudian mengangkat wajahnya meneguk segelas sampanye itu sampai habis disedot kerongkongan.Pintu tertutup rapat, para pelayan yang ada di ruangan Raja segera keluar meski tanpa di suruh, demi privasi perbincangan mereka. Sang Raja yang memiliki paras awet muda di umurnya yang memasuki kepala 4 itu, menatap datar putranya yang telah tumbuh lebih tinggi dari yang diingatnya.
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena