“Satu langkah ke kanan, mundur dua langkah ke belakang. Berputar sekali, lalu langkah pentingnya adalah jangan menginjak pasangan menari kalian," instruksi seorang guru menari.
Hari kelulusan sudah hampir di depan mata.
Akademi sihir yang tahu kalau anak murid lulusan mereka akan segera menggelar pesta debutante itu, sengaja mengadakan pelatihan dansa di akhir pekan.
Berlatih menari akan lebih baik jika dilakukan sedari dini, karena setiap langkah yang ditunjukkan di depan pasangan menarimu, akan sangat mempengaruhi karakteristikmu.
THOMP!
“Uh, Your Highness! Anda menginjak kaki Saya lagi."
“Uwah, maaf.”
Entah sengaja melakukannya karena dendam pribadi, atau memang benar-benar tidak sengaja, Lancient menginjak kaki pasangan latihan menarinya, … yang tak lain adalah Darissa.
Ada kelegaan kecil yang terpancar dari raut mukanya Lancient, menjadikan Darissa sebagai partner berlatih menarinya cukup menguntungkan.
Dikarenakan, Darissa adalah seseorang yang sangat ahli dalam bidang itu, sehingga membuat gerakan tariannya menjadi lebih baik lagi.
Akan sangat memalukan nanti jika dia menginjak kaki Aira di pesta debutante, atau mungkin gerakan menarinya tak sesuai dengan irama.
“Mari mulai lagi dari awal. Anda masih buruk dalam menyesuaikan langkah kaki agar selaras dengan irama. Pertama-tama, perbaiki posisi tubuh Anda dengan benar.”
“Ah oke, aku mengandalkan bantuanmu."
“Kalau begitu, langkah pertamanya ialah. Lekatkan telapak tangan kiri Anda pada telapak tangan kanan Saya, tangan kiri Saya akan memegang bahu Anda. Terakhir, lingkarkanlah tangan kanan Anda pada pinggang Saya.”
“Seperti ini?”
Lancient mendengarkannya secara baik-baik instruksi dari Darissa.
Sudah terhitung 3 kali mereka berdua berlatih berdansa bersama.
Akan tetapi, baru kali ini Lancient mulai memahami pembelajarannya, … berkat Darissa yang senantiasa bersabar menjelaskan setiap hal yang tak dia pahami dengan sangat detail.
“Tepat sekali. Kalau begitu, Saya akan memundurkan kaki kiri Saya selangkah ke belakang, Anda harus mengikuti pergerakan Saya dengan cara melangkahkan kaki kanan ke depan, menapaki tempat yang kaki kiri Saya injak barusan.”
“Uh-huh, lalu apa setelah itu?”
“Lakukan hal yang serupa dan langkahkanlah kaki Anda dua kali lagi ke depan, tapi itu harus menggunakan kedua kaki Anda secara bergantian, ya.”
Darissa memundurkan langkahnya dua kali ke belakang, yang kemudian segera diikuti oleh Lancient.
Lancient terlihat sangat senang dengan keberhasilan kecil yang baru ia raih itu.
“Giliran Anda yang mundur ke belakang dua langkah, lalu setelah itu angkat tangan Saya yang di genggam ini sedikit naik ke atas.”
STEP … STEP ….
“Mundur ke belakang dua langkah, lalu mengangkat tanganmu."
“Tolong perkuat otot pundak Anda dan alirkan sedikit tenaga pada bagian lengan atas, Saya akan berputar sekitar 360° lalu akan berhenti dengan cara menarik tangan Anda ke belakang."
"…?"
"Anda tidak boleh sampai tertarik oleh Saya, yang harus Anda lakukan adalah diam di tempat, lalu balik menarik dan rangkulah pinggang Saya kembali. Apa Anda mengerti?”
“Baiklah, aku siap.”
Lancient menganggukkan kepalanya mantap.
Segera setelah mendapatkan balasan yang positif itu, Darissa memutarkan tubuh sampai bagian rok gaunnya yang lebar terangkat, seakan terbang mengambang di udara.
Ditariknya tangan Lancient sehingga membuat laki-laki muda tersebut, merasa ada sedikit tertekan akan liukkan tarian tajam yang dibuat oleh Darissa.
Seperti apa yang sudah diinstruksikan oleh Darissa, Lancient pun segera menarik gadis itu ke arahnya dan berakhir merangkul pinggang.
“Hup—!“
Baik Lancient maupun Darissa, keduanya menahan nafas secara bersamaan, … tatkala ujung hidung mereka berdua secara tak sengaja bersentuhan.
Mungkin, karena Lancient terlalu menariknya dengan sedikit mengerahkan tenaga, sehingga itu membuat Darissa tak bisa menyeimbangkan diri lalu berakhir menabrak tubuhnya, … dan menyebabkan wajah mereka berdua saling bertemu satu sama lain dalam jarak yang sangat dekat.
“Ah, my apologize Your Highness. Tubuh Saya oleng dan malah berakhir menabrak Anda, bukan hanya itu saja, Saya juga telah lancang menyentuh wajah Anda, mohon hukum Saya.”
Darissa segera melepaskan lengannya dari tangan dan bahu Lancient lalu mengambil langkah mundur ke belakang.
Kedua tangannya ia letakan di depan perut.
Dia memejamkan matanya, dan menunduk meminta pengampunan dengan sangat sopan kepada sang Pangeran Aethelred.
“Tidak, itu bukanlah masalah besar! Anda sudah mengajari Saya hal yang sangat berharga, kesalahan kecil ini tidak ada bandingannya dengan kebaikan yang Saya terima.”
Kecanggungan yang ada, membuat Lancient mendadak memutuskan untuk berbicara secara formal kepada Darissa.
Mulai dari sekarang dan seterusnya.
Padahal itu bukan masalah besar dan bisa dikatakan hanya kesalahan sepele, tapi Darissa bersikeras terus-menerus meminta maaf kepadanya.
Seperti yang dirumorkan memang.
Harga diri dan kesopanan yang diajarkan oleh Marquess Eiren kepada putri-putrinya, bukanlah sekadar guyonan semata.
Lagi pula, Lancient adalah orang yang paling sering melihat Darissa selalu meminta maaf atau berterimakasih, atas hal yang sering diabaikan oleh orang lain.
Julukannya sebagai “The Honourable Young Lady From Marquess Eiren’s Residence" itu, terasa sangat cocok dengannya.
“Kalau begitu, kita lanjutkan langkah terakhir yang harus Anda lakukan setelah berdansa dengan pasangan Anda.”
“Tolong dilanjutkan, Saya akan memperhatikan.”
Darissa mencoba memperagakan sesuatu yang akan dia ajarkan kepada Lancient sebagai penutup selesainya latihan dansa.
Dia sedikit mengangkat gaunnya demi membuat kakinya terlihat.
Ditariklah kaki kanannya hingga bersembunyi di belakang kaki kiri.
Tangan kanannya ia letakan menyilangi dada, lalu lututnya dibuat sedikit tertekuk ke bawah.
Kepalanya ia tundukkan sampai seperempat, lalu mata emasnya kembali menyembunyikan keelokan dibalik kelopak mata.
Saat memberi penghormatan terhadap seseorang dengan cara elegan seperti itu, keanggunan dan keindahan benar-benar menyertainya.
“Terima kasih telah menarikan tarian pertama Anda yang sangat berharga bersama dengan Saya.”
Lancient tertegun sampai tak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia terkagum-kagum dengan Darissa yang sangat multitalenta.
“Seperti itulah cara seorang laki-laki memberi hormat kepada orang lain, terutama pada seorang perempuan. Sementara untuk perempuan sendiri, mereka akan memberi salam kepada Anda seperti ini, jadi tolonglah untuk segera terbiasa.”
Darissa kembali memberi hormat dengan langkah-langkah yang hampir sama dengan penghormatan ala seorang laki-laki tadi.
Namun, yang membedakannya sekarang adalah kedua jari jemari lentiknya, mengangkat kedua sisi gaunnya sedikit ke atas secara bersamaan.
“Sekian yang Saya bisa ajarkan untuk hari ini. Apa masih ada yang belum Anda pahami? Your Highness?”
“Tidak, ini sudah cukup.” Lancient tersenyum simpul pada Darissa.
Dia pun segera mempraktikkan apa yang baru saja putri bungsu Marquess Eiren tersebut ajarkan padanya itu, dengan baik dan benar.
Dengan kaki kanan di belakang kaki kiri, lalu tangan kanan yang melintangi dada, Lancient menunjukkan semua bentuk rasa terima kasihnya akan bantuan dari Darissa, … dengan cara memberinya sebuah penghormatan.
“Terimakasih telah meluangkan waktu Anda yang sangat berharga untuk mengajari Saya, Miss Eiren.”
Darissa pun membalas penghormatan itu dengan senyuman samar yang mengulasi wajah ayunya.
Dengan mengangkat gaun dan menundukkan kepalanya, Darissa menerima penghormatan dari Lancient.
“Dengan segala hormat, Saya merasa bersyukur jika bantuan kecil dari Saya ini sangat bermanfaat untuk Anda … Your Highness.”
Semua murid lain dan guru menari di ruangan khusus untuk latihan tata krama kebangsawanan itu, terperangah tak percaya melihat chemistry mengagumkan … antara sang pangeran bersama dengan nona muda yang terhormat.
Sementara itu, diujung pojok ruangan latihan, terdapatlah Aira yang mengentakkan kakinya kesal, tatkala melihat Lancient selalu latihan menari bersama dengan Darissa di tiga minggu terakhir ini.
“Ugh! Menyebalkan, gadis tidak tahu diri itu sangat menyebalkan! Dan juga, kenapa sih Lancient lebih memilih berlatih menari dengan orang itu ketimbang denganku? Padahal tarianku sudah pasti jauh lebih bagus darinya!”
“Oh, kenapa Anda terlihat sangat kesal sekali, Miss Qianzy?”
Fennel yang baru saja datang untuk memperhatikan perkembangan latihan menarinya Lancient, segera menghampiri dan bertanya pada Aira ketika mendapati aura gadis itu tidak seceria biasanya.
Aira menampilkan mimik muka menyedihkan, dia meremas tangannya gugup, dan memutar-mutar pergelangan kakinya membuatnya terlihat gadis malang yang terluka.
“Untuk ketiga kalinya Lancient menolak berlatih menari bersama Saya. Apa dia pikir, tarian Saya seburuk itu, sehingga takut kakinya akan terinjak-injak oleh Saya?”
Mata ivorynya yang indah dengan cepat mengalirkan air transparan.
Fennel gelagapan saat melihat Aira mulai menangis.
Segera saja, dia mengeluarkan sapu tangan yang bersih dari sakunya, dan menyerahkannya kepada Aira.
“Jika Anda tidak keberatan? Bolehkah Saya membantu Anda berlatih menari? Tidak apa-apa jika kaki Saya terinjak, karena Anda itu sangat ringan, seringan bulu kapas! Jadi, sudah pasti tidak akan membuat siapa pun kesakitan,” tawar Fennel memberanikan diri.
Aira diam-diam memicingkan matanya dan melirik Fennel dengan tatapan merendahkan.
“Terimakasih banyak atas tawarannya, tapi sayang sekali, kalau hari ini Saya merasa sangat kelelahan setelah berlatih menari dari tadi. Hm, bagaimana kalau Kita menari bersama di lain waktu saja?"
Dia segera menghapus air mata palsunya, dan kembali tersenyum lebar seperti biasa.
"Debutante Saya tinggal setahun lagi, tapi Saya masih belum menemukan partner menari. Ah, apa di hari debutante Saya itu, Sir Eglantine akan melakukan debutante juga? Karena Anda ‘kan belum melakukan debutante meskipun sudah mencapai usia 18 tahun?"
“Ya, itu memang benar. Tapi Saya pikir, Saya tidak akan melakukan debutante. Karena keberadaan Saya yang tak jelas, melakukan debutante seperti itu pun tidak akan merubah apapun tentang garis darah kelahiran.”
“Eh? Mengapa tidak akan? Uh memalukan sekali. Padahal tadinya Saya ingin meminta Sir Eglantine untuk menjadi partner menari.”
“Ma-maaf?”
Fennel membatu tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
Apakah itu mimpi?
Nona bangsawan seperti Aira, mengajaknya yang notabene memiliki darah rendahan untuk menjadi partner berdansa di hari sepenting debutante itu?!
“Saya bilang, Saya ingin meminta Sir Eglantine untuk menjadi partner debutante Saya. Tapi karena Anda sepertinya tidak akan menghadiri pesta debutan, mungkin Saya hanya akan pergi sendirian.”
“Tidak! Saya berubah pikiran sekarang, dan sepertinya Saya akan pergi!” sanggah Fennel cepat, tak ingin membiarkan kesempatan langka itu terhapus begitu saja.
“Sungguh?!”
Tangan Aira menutupi mulut mungilnya yang menganga akibat terkejut.
Bola matanya yang bagaikan sebutir mutiara langka, melebar sempurna saat mendapati Fennel memalingkan wajah tampannya yang merona.
“Ka-kalau begitu, Sir Eglantine. Saya ingin menanyakannya secara resmi. Maukah Anda menjadi partner menari Saya di pesta debutante nanti?”
Fennel segera menenangkan dirinya, lalu menarik nafas dalam-dalam.
Wajah merah merona itu tenggelam tertutupi oleh rambut kelamnya, yang jatuh terawang-awang diudara saat dia membungkukkan badan.
Diraihnya tangan lembut Aira. Ia mengecup punggung tangan gadis itu selayaknya seorang ksatria resmi.
“Dengan senang hati, Miss Qianzy. Saya menerimanya.”
Fennel pamit pergi dengan hati yang riang gembira.
Dia bertekad untuk berlatih menari juga agar nantinya tidak mengecewakan Aira.
Akan menjadi kejadian yang sangat fatal, jika dia sedikit saja membuat kesalahan saat berada di pesta debutante.
Selain bisa mempermalukan martabatnya yang memang sudah sering dianggap “Sampah yang tak berguna”, Fennel juga takut akan mempermalukan Aira.
Maka dari itu, dia akan berusaha keras melakukan yang terbaik untuk berlatih menari selama sisa waktu setahun sebelum debutante diadakan.
"…."
Aira menatap kepergian Fennel dengan jijik.
Kalau saja tidak ada orang lain di dekatnya, sudah pasti dia akan langsung meludah bahkan mungkin muntah ketika melihat kelakuan Fennel yang menurutnya menjengkelkan.
Aira pergi dari tempat itu dan kembali ke kamarnya dengan suasana hati yang buruk.
Sapu tangan pemberian dari Fennel ia lempar ke perapian yang menyala, membuat kain berbentuk persegi empat itu hangus menjadi abu.
“Giane! Cepat siapkan air hangat dengan taburan bunga yang sangat banyak! Aku ingin mandi karena merasa sangat kotor sekali. Ada kotoran menjijikkan yang sudah berani-beraninya menyentuh tangan suciku ini, dia telah membuatku merasa menjadi makhluk rendahan!”
Aira berteriak kencang, memerintahkan maid pribadinya untuk segera mempersiapkan keperluan mandi.
Sebelum keperluan mandinya siap, Aira mencuci punggung tangan bekas dikecup oleh Fennel, beberapa kali dengan sabun wangi dialiri oleh air bunga.
Berani-beraninya pemuda rendahan itu mengecup tangannya dengan lancang!
Memangnya siapa Fennel bagi Aira?
Tokoh utama bukan! Tokoh utama kedua juga bukan!
Dia cuman anak haramnya Raja yang tak tahu diri karena sudah jatuh cinta padanya.
“Argh! Sialan! Cepetan kek, time skip gitu! Rasanya lama banget deh untuk ketemu tokoh favorit Gua. Najis dah lama-lama di deketin sama si beg* Lancient, dan si anak haram Fennel Itu!”
Aira Qianzy, perempuan yang mengingat kehidupan masa lalunya itu, kini tengah berbicara sendiri dalam bahasa asing ala dunia kehidupan pertamanya.
Dia merasa aman mengumpati orang-orang penting di dunia ini sesuka hati, karena tidak ada yang paham dengan bahasa yang dia gunakan sekarang.
Sudah sekitar 15 tahun, dia terlahir kembali di dunia ini.
Aira yang secara kebetulan tahu sebuah novel yang latarnya, letaknya, dan orang-orang penting di dalamnya sama seperti di kehidupan barunya ini, merasa senang karena mengetahui dirinya terlahir kembali sebagai tokoh utama perempuan dalam novel yang ia baca sebelum meninggal.
Dulunya, dia adalah seorang gadis yang terlahir dari keluarga berkeuangan pas-pasan.
Makanya dia menjadi anak manja di kehidupan sekarang, karena ingin merasakan senangnya jadi orang kaya.
Lalu, seperti apa novel yang dia baca dulu itu? Dan siapa penulisnya?
Apakah Aira akan menjalani kehidupan keduanya seperti dalam alur novel itu atau malah sebaliknya?
Hm, cukup sulit untuk diceritakan memang.
Tapi, ada satu hal yang sudah pasti.
Aira tidak ingin menjalani hidupnya dengan diatur oleh orang lain.
Dia ingin hidup bebas, melakukan apapun yang dia mau atau mungkin bermalas-malasan saja pun tidak apa, karena keluarganya yang sekarang sudah cukup kaya.
Selama dia makan dengan makanan enak, memakai perhiasan dan gaun mahal, ditambah dengan dirinya yang populer dan banyak dikenal oleh orang-orang elite, dia sudah sangat bahagia.
Tujuan utamanya adalah ingin membuat tokoh favoritnya jatuh cinta padanya.
Hal itu adalah perkara yang ingin ia wujudkan di kehidupannya yang sekarang.
Jika ada yang berani menghalanginya dan menyaingi potensi kepopuleran serta kecantikannya, dia tinggal menyingkirkan orang itu saja!
Seperti Darissa contohnya.
Aira mulai memikirkan rencana serius tentang cara bagaimana membuat si gadis yang sok edgy itu sengsara, lalu membuatnya berlutut di hadapan.
“Nurufufu, kayaknya gua punya ide yang brilian.”
***
“Menjinakkan Tunangan Posesif.”Judul dari light novel online yang terkenal di kalangan anak muda-mudi penggemar setia aplikasi oranye. Ceritanya sangat booming dan populer di mana-mana. Dengan berisikan 163 bagian, novel itu dikarang oleh seorang penulis bernama pena “Rui Lean.”Novelnya menembus pasar industri hiburan yang sangat luas dengan dijadikan buku cetak, diilustrasikan jadi komik dan visual novel, bahkan sampai diadaptasi jadi film layar lebar.Penggemarnya sangat banyak, berasal dari berbagai macam tempat.Termasuk, seorang gadis biasa berpenampilan sederhana yang tinggal di rumah kumuh ini, sebut saja namanya Mariana.Dia selalu mengenakan kacamata tebal, wajahnya juga dipenuhi oleh jerawat.Dia selalu tinggal di rumahnya terus karena dia adalah seorang pengangguran, di mana kerjanya hanya tiduran memainkan ponsel yang dia punya hasil dari menghutang.Gadis tersebut sangat tergila-gila dengan salah satu karakter novel “Menjinakkan Tunangan Posesif," walaupun itu semua ha
Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara
“Your Highness, Princess Camerine. Saya ingin meminta pertolongan dari Anda, bisakah Anda menghentikan pendarahan pada tangan Saya ini dengan menggunakan sihir penyembuh milik Anda?”Darissa memberi sinyal minta tolong kepada Putri Camerine yang duduk di sebelah kanannya Putri Violegrent, Darissa sangat mengandalkan bantuannya karena Putri Camerine itu terkenal akan sihir penyembuhannya yang sangat efektif menyembuhkan luka luar. Camerine yang wajahnya sama pucatnya dengan gadis-gadis lain, segera beranjak pergi menghampiri Darissa dengan rasa panik yang hebat melandanya.Dipeganginya tangan kiri Darissa yang terulur bercucuran darah merah segar itu ke arahnya, dengan menggunakan tangan yang menggigil seakan-akan gemetar akibat kedinginan. Mana sihir dengan aura seputih awan mengalir dari telapak tangannya dan beralih ke tangan Darissa, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sampai akhirnya pendarahan di punggung tangan kiri Darissa berhe
“Tunggu sebentar, Anda bilang saudara laki-laki? Oh, oh! Apakah yang di maksud oleh Anda itu ialah saudara kembar Anda yang terkenal akan ketampanannya?! His Royal Highness The Prince of Violegrent?!” pekik Nona Seria dengan penuh kegirangan.“Meh, dia tidak setampan itu haha! Rumornya sangat keterlaluan sekali.”“Tapi, jika Anda saja sudah secantik ini, maka sudah pasti saudara kembar Anda juga memiliki wajah yang indah nan rupawan karena memiliki rupa yang sama, 'kan? Bukankah anak kembar itu sangat identik satu sama lain bagaikan pinang dibelah dua? Bahkan seakan-akan sedang bercermin sendiri saja, benarkan?” Nona Mizumi yang sedari tadi terdiam pun ikut penasaran.“Hm, sepertinya begitu. Yang membedakan Saya dengannya adalah jenis kelamin, warna rambut dan mata, juga tingkah laku yang sangat berbanding terbalik.”“Saya dengar kalau Prince of V
Letak asrama putri tidaklah terlalu jauh, tinggal melewati bukit kecil lalu Lancient akan segera sampai. Bukit gundul yang diterangi cahaya bulan itu mempermudah langkah Lancient untuk menembus gelapnya malam, suara jangkrik dan hewan nokturnal lain saling bersahutan menemani suara pijakan kakinya yang terdengar jelas di suasana yang sepi begini.Lancient berhenti sebentar di atas puncak bukit yang lapang memandangi indahnya taburan bintang di langit malam, pikirannya melayang jauh, memikirkan tentang bagaimana nasibnya beberapa bulan ke depan.Hari kelulusan tinggal menghitung bulan, seperti yang Lancient duga dari awal, bersekolah di akademi sihir selama beberapa tahun ini akan sia-sia karena dia memang tidak ditakdirkan memiliki Mana dan tidak akan bisa menggunakan sihir.Jika dia pulang seperti itu tanpa ada kemajuan sedikit pun, lalu apa yang akan dilakukan oleh Raja padanya? Memikirkannya saja membuat Lancient sampai-sampai mengabaikan suhu tubuhnya yang m
"Hor-hormat? Menghormatiku?!” pekik Lancient tak menyangka. “Iya, itu benar sekali.” timbal Darissa sembari menatap Lancient heran. Lancient menutupi wajahnya yang bersemu merah karena merasa senang, itu karena ada orang lain yang lagi-lagi selain Fennel yang bilang kalau dia menghormatinya. Segera saja Lancient teringat dengan tujuan awalnya keluar malam-malam, dilihatnya kotak pita itu dengan ragu-ragu, lalu menyorongkannya ke arah Darissa setelah meyakinkan dirinya dalam waktu yang cukup lama. “Ini.” “Hm?” Kotak yang berisikan pita itu berpindah tangan beralih dari tangan Lancient menuju ke tangan Darissa, mata emas Darissa terfokus pada kotak berukuran sedang di tangannya dengan raut wajah senang yang tak bisa ia gambarkan. “Kenapa Anda memberikan ini kepada Saya, Your Highness?” tanya Darissa yang masih tidak percaya dengan apa yang b
“Your Majesty, His Highness The Prince Of Aethelred, Lancient Re Aethelred. Beserta pengawal pribadinya, Sir Fennel Eglantine, meminta izin untuk menghadap Anda.” ucap penjaga gerbang pintu ruangan sang Raja, mengumumkan kedatangan Lancient dan Fennel.“Biarkan Mereka masuk.”Pintu dibuka, menampilkan sang Raja yang tengah duduk di atas meja kerja dengan menyilangkan kaki dan juga memutar segelas sampanye di tangannya.Dengan rahang tegas, mata hijau tajam, dan rambut pirang berkilau, sang Raja menatap sekilas mereka berdua lalu kemudian mengangkat wajahnya meneguk segelas sampanye itu sampai habis disedot kerongkongan.Pintu tertutup rapat, para pelayan yang ada di ruangan Raja segera keluar meski tanpa di suruh, demi privasi perbincangan mereka. Sang Raja yang memiliki paras awet muda di umurnya yang memasuki kepala 4 itu, menatap datar putranya yang telah tumbuh lebih tinggi dari yang diingatnya.
“Hei Darissa, ayo jalan-jalan mencari gaun yang cocok untuk pesta debutanmu nanti.”“Debutante yah, tak terasa tinggal 1 minggu lagi. Aku masih merasa bermimpi saat pulang kembali ke sini 2 bulan yang lalu, sekarang sudah mau debut saja.”Darissa dan Alesya tengah bermain ayunan bersama di taman bunga mawar putih kediaman Marquess yang luas, daripada membaca buku atau berlatih akan hal lain yang lebih berguna untuk hari kedewasaannya, Darissa lebih memilih bermalas-malasan dan menghabiskan waktu bersama Kakak tersayang.“Kau ingin memakai gaun bergaya apa? Gaun berkerah tinggi dengan banyak pita, atau bagaimana?”“Hm, sepertinya Aku lebih suka gaya sabrina berlengan pendek dan berdada rendah, lalu bersamaan dengan ruffle yang menumpuk. Pita juga akan terlihat bagus!”“Oh, oh! Kalau begitu ayo pergi memesannya, berjalan-jalan b
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp
SHAAK~!“Apa ini …?”Rambut hitam sekelam ebony berayun dengan lembut, begitu sang empu pemilik netra hijau zamrud itu menolehkan kepalanya ke belakang.“Kenapa aku merasa merinding?” gumamnya heran, seraya mulai mengusap tengkuknya sambil memasang ekspresi wajah tidak nyaman.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku,” gumamnya sekali lagi, namun, kali ini ia membarenginya dengan memokuskan wajah rupawannya supaya kembali menghadap sang mentor di hadapan.Hari ini, kelas 3-2 yang sebentar lagi akan segera lulus dari akademi, tengah mengadakan kelas tambahan khusus berupa belajar berdansa.Hadirlah di sana, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, yang sengaja mengambil tempat duduk di ujung dan paling pojok, karena ia tidak dekat dengan siapa pun di angkatannya ini.Dia memerhatikan penjelasan dari mentor dengan saksama demi pengetahuannya yang pasti akan ia pergunakan di kemudian hari, sambil mencatat materi tuk sesekali.“Baiklah anak-anak. Sekarang, kita akan berlatih memeragakan mater
“Lihat! Ini rajutan buatan Saya lo~! Bagus bukan?”“Sarung tangan rajut? Untuk apa kau memakai itu? Itu kan tidak nyaman.”“Mengapa Anda mengatakan itu ketika Anda sendiri saja senantiasa mengenakannya? Sarung tangannya terbuat dari bahan kulit pula.”“….”Hari ini, Lancient memutuskan untuk makan siang dengan Ruffin dan Hisahilde saja, ketimbang dengan Aira.Dia memilih hal demikian untuk menghindari pertikaian tidak penting yang sempat bersitegang sewaktu kemarin.“Itu …! I-itu berbeda! Aku melakukannya karena ada alasan yang khusus, kan?! Aku tidak ingin kerepotan jika tak sengaja bersentuhan langsung dengan kulit kalian!”“Yah, Saya juga berpikiran seperti itu selagi merajut sarung tangan!”Namun, lihatlah.Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang?“Mulai sekarang kan, Saya pasti akan selalu berada di sekitar Anda, mengingat pertunangan yang terjalin bersama Putri Violegrent.”Apakah mungkin, pertikaian tidak penting itu … sedang terjadi lagi?“Saya melakukannya untuk memperkecil ke
“Aira!”Ah.Setelah semua kesulitan yang dilaluinya, berupa diabaikan dan dipermalukan oleh laki-laki yang ia coba goda, bukankah ini adalah sebuah kemenangan?“Lancient~! Huwaa!”Satu bulan tak terasa sudah berlalu, semenjak Aira menyadari bahwa Lancient ternyata tidak mengabaikan pikatannya seperti tiga anak laki-laki sebelumnya itu.Dengan saling berinteraksi satu sama lain secara dekat melalui bahasa informal disertai menyematkan nama depan, Aira yakin sekali … kalau Lancient, sekali lagi berada di pihaknya sama seperti di kehidupan mereka yang lalu.“Aira?! Apa kamu tidak apa-apa?”Benarkan? Lihat saja sekarang!Di sela-sela tangis yang sengaja ia keluarkan sejadi-jadinya tatkala menghadapi satu permasalahan ini, Aira menarik sudut bibirnya dan menyeringai puas.Bagaimana tidak?“Aku tidak baik-baik saja huwaa~! Mengapa Miss Eiren melakukan ini padaku? Mengapa ia mendorongku sampai jatuh, padahal yang aku lakukan hanya lewat di depannya saja?”Sama seperti dulu, Lancient datang s
“Semangat~! Lancient~! Semangat~!”Aira bersorak-sorai di pinggir lapangan, dekat petak bagian yang digunakan oleh ketiga anak lelaki yang sudah mengingat masa lalu mereka itu, sebagai tempat pelatihan mereka bertiga supaya mengasah kemampuan bela diri mereka agar lebih tajam lagi.Masing-masing dari mereka berdiri di tiga tempat berbeda, saling berhadapan dengan satu dan lainnya, selagi membawa senjata yang terbuat dari sihir. “….”“….”“Semangat~! Lancient~! Kyaaa~!”Selain dari anak bersangkutan yang namanya terus-menerus dipanggilkan sebagai bentuk penyemangat, ada dua anak lain.Yakni, Ruffin dan Hisahilde.Keduanya kini malah saling memandang satu dengan yang lainnya dengan tatapan serupa, yaitu, tatapan mata penuh rasa ngeri dan geli.Tak berlangsung lama, mereka pun lekas mengalihkan tatapan tersebut kepada sang pangeran berambut pirang, Lancient.“Oh, serius. Dia sangat mengganggu!” tukas Ruffin mengeluhkan isi hatinya secara blak-blakan. Sedangkan itu, Hisahilde, ….“Apa A
“A—?! Apa-apaan Anda ini?!” tegur Alesya, seraya menolehkan kepalanya ke arah samping kiri, memandang Hisahilde dengan penuh kekesalan.“Saya belum mengizinkan Anda untuk duduk di samping Saya lo~!?”Dia menghardik sang sepupu yang tidaklah berhubungan dekat dengannya itu, menggunakan bahasa formal.Struktur kalimatnya dipenuhi oleh kesopanan, memang. Namun, tidak dengan nada suara yang ia keluarkan.Mendapati yang ditegurnya tidak mengindahkan teguran itu sama sekali, malahan dia bersikap cuek bebek saja dengan mulai menyantap makanannya sendiri, … kekesalan yang Alesya rasa, kini mulai semakin memuncak.“Anda benar-benar ya …!?”Dalam hatinya, ia berpikiran bahwa dirinya memiliki niatan kurang bagus, berupa ingin menyingkirkan sepupunya itu pergi dengan cara mendorongnya dari kursi.Namun, ….“Biarkan saja, kakak.”… Berkat Darissa yang berkata seperti itu, Alesya pun akhirnya menyerah juga.“Haa … dasar.”Dia menghela nafasnya pasrah, dan lekas menukar raut muka penuh rasa keki itu
TUK! TUK!“…?”Ketukan pada salah satu meja kantin yang tengah ditempati olehnya bersama Alvina, mengalihkan perhatian dari mata hitam gelap kepunyaan sang putri dari Kekaisaran agung Violegrent, Rosalina Earlene Gina, tuk tertuju kepada si pengetuk.“Boleh minta waktunya sebentar, ….”Manik mata yang seindah batu obsidian itu terbelalak lumayan lebar, merasa tidak memercayai akan hal macam apa yang pupil matanya pantulkan.“… Your Royal Highness?”Hadir di samping mejanya sana, seorang anak lelaki pemilik warna rambut biru tua dan juga mata merah menyala, yang berdiri dengan tegap sembari menyembunyikan lipatan tangan di belakang punggungnya ala-ala ksatria.“…!”Anak lelaki itu biasanya bermuka masam dan menampilkan ekspresi tidak suka terhadap kehadiran Rosalina. Namun, kali ini justru bersikap berbeda lewat segaris senyuman tulus yang disunggingkannya, … sampai-sampai sang putri kesayangannya Kaisar Violegrent itu terperangah dengan pipi merah merekah.“U-uhm, uh.”Rosalina tidak
“Huh …? K-Kanselir? B-Bernium?” Hisahilde terbengong untuk sesaat. Benaknya kini berusaha lebih keras tuk mengingat-ingat terkait nama bangsawan “Bernium”, yang sungguh terdengar sangat asing ditelinga. Seingatnya, seumur hidupnya di masa lalu sebagai bagian dari ksatria kediaman Eiren itu, ia tak pernah mendengarnya di mana pun. Lalu mengapa, sekarang ini …. “Apa yang sebenarnya sedang kau lamunkan, Tuan muda Bernium?” … Panggilan nama belakang yang kedengarannya milik bangsawan kenamaan, justru dilayangkan kepadanya seorang? “Anu … itu …. S-sejak kapan Saya bukan lagi bagian dari Eiren? Sampai kapan pun, sepertinya Saya akan terus terikat dengan rumah itu secara senang hati,” tukas Hisahilde ragu-ragu, menatap Ruffin sambil mengusap tengkuknya yang terasa pegal. “Sejak aku mengirimkan ayahku supaya mencegah ayahmu melakukan percobaan bunuh diri tentunya. Memangnya apa lagi?” balas Ruffin penuh percaya diri, dilihat dari dirinya berdiri dari tempatnya duduk, lalu mengusap pon
“Oh! Syukurlah! Akhirnya kau sadar, Rui!”Ruffin mengerjapkan matanya beberapa kali.Mendengar dan melihat, juga positif memastikan kalau hanya ada Lancient saja di samping, anak laki-laki berambut merah itu berpikir, ia bebas berekspresi.“Sialan!” umpatnya, sembari mendudukkan diri dan langsung memegangi kepala. “Kepalaku serasa ingin meledak.”“Tapi ini adalah rekor baru loh,” timpal Lancient antusias, memandang master sihirnya di masa lalu dengan berbinar-binar.“Kau hanya tidak sadarkan diri selama seharian penuh saja. Tidak seperti saat kau pingsan setelah mengembalikan ingatanku.”Hm, … benarkah?Ekhem!Mendapatkan ucapan kekaguman dari si pangeran berambut pirang tersebut, tak ayal, sudut bibir Ruffin terasa gatal.Dia yang tadinya mengerahkan sebelah tangan kanan untuk memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya akibat merasa pusing, kini mulai beralih.Mengalihkan pergerakan jari-jemarinya tersebut, tuk mengusap poninya supaya tersisir ke belakang.“Well yeah. Siapa dulu