“Satu langkah ke kanan, mundur dua langkah ke belakang. Berputar sekali, lalu langkah pentingnya adalah jangan menginjak pasangan menari kalian.” instruksi seorang guru menari.
Hari kelulusan sudah hampir di depan mata, akademi sihir yang tahu kalau anak murid lulusan mereka akan segera menggelar pesta debutante itu, sengaja mengadakan pelatihan dansa di akhir pekan. Berlatih menari akan lebih baik jika dilakukan sedari dini, karena setiap langkah yang ditunjukkan di depan pasangan menarimu, akan sangat mempengaruhi karakteristikmu.
THOMP!
“Uh, Your Highness! Anda menginjak kaki Saya lagi,”
“Uwah, maaf.”
Entah sengaja melakukannya karena dendam pribadi, atau memang benar-benar tidak sengaja, Lancient menginjak kaki pasangan latihan menarinya yang tak lain adalah Darissa.
Ada kelegaan kecil yang terpancar dari raut mukanya Lancient, menjadikan Darissa sebagai partner berlatih menarinya cukup menguntungkan. Karena Darissa adalah seseorang yang sangat ahli dalam bidang itu sehingga membuat gerakan tariannya menjadi lebih baik lagi, akan sangat memalukan nanti jika dia menginjak kaki Aira di pesta debutante atau mungkin gerakan menarinya tak sesuai dengan irama.
“Mari mulai lagi dari awal, Anda masih buruk dalam menyesuaikan langkah kaki agar selaras dengan irama. Pertama-tama, perbaiki posisi tubuh Anda dengan benar.”
“Ah oke, Aku mengandalkan bantuanmu,”
“Kalau begitu, langkah pertamanya ialah. Lekatkan telapak tangan kiri Anda pada telapak tangan kanan Saya, tangan kiri Saya akan memegang bahu Anda. Terakhir, lingkarkanlah tangan kanan Anda pada pinggang Saya.”
“Seperti ini?”
Lancient mendengarkannya secara baik-baik instruksi dari Darissa, sudah terhitung 3 kali mereka berdua berlatih berdansa bersama, akan tetapi baru kali ini Lancient mulai memahami pembelajarannya, berkat Darissa yang senantiasa bersabar menjelaskan setiap hal yang tak dia pahami dengan sangat detail.
“Tepat sekali. Kalau begitu, Saya akan memundurkan kaki kiri Saya selangkah ke belakang, Anda harus mengikuti pergerakan Saya dengan cara melangkahkan kaki kanan ke depan, menapaki tempat yang kaki kiri Saya injak barusan.”
“Uh-huh, lalu apa setelah itu?”
“Lakukan hal yang serupa dan langkahkanlah kaki Anda dua kali lagi ke depan, tapi itu harus menggunakan kedua kaki Anda secara bergantian, ya.”
Darissa memundurkan langkahnya dua kali ke belakang diikuti oleh Lancient, Lancient terlihat sangat senang dengan keberhasilan kecil yang baru ia raih itu.
“Giliran Anda yang mundur ke belakang dua langkah, lalu setelah itu angkat tangan Saya yang di genggam ini sedikit naik ke atas.”
STEP ... STEP ....
“Mundur ke belakang dua langkah, lalu mengangkat tanganmu,”
“Tolong perkuat otot pundak Anda dan alirkan sedikit tenaga pada bagian lengan atas, Saya akan berputar sekitar 360° lalu akan berhenti dengan cara menarik tangan Anda ke belakang. Anda tidak boleh sampai tertarik oleh Saya, yang harus Anda lakukan adalah diam di tempat lalu balik menarik Saya dan rangkulah pinggang Saya kembali. Apa Anda mengerti?”
“Baiklah, Aku siap.”
Lancient menganggukkan kepalanya mantap, Darissa memutarkan tubuhnya sampai bagian rok gaunnya yang lebar terangkat seakan terbang mengambang di udara. Ditariknya tangan Lancient sehingga membuat laki-laki muda itu merasa sedikit tertekan akan liukan tarian tajam yang dibuat oleh Darissa. Seperti apa yang sudah diinstruksikan oleh Darissa, Lancient pun segera menarik gadis itu ke arahnya dan berakhir merangkul pinggangnya.
“Hup---“
Baik Lancient maupun Darissa menahan nafas secara bersamaan tatkala ujung hidung mereka berdua secara tak sengaja bersentuhan, mungkin karena Lancient terlalu menariknya dengan sedikit mengerahkan tenaga sehingga membuat Darissa tak bisa menyeimbangkan diri, lalu berakhir menabrak tubuhnya dan menyebabkan wajah mereka berdua saling bertemu satu sama lain dalam jarak yang sangat dekat.
“Ah, my apologize Your Highness. Tubuh Saya oleng dan malah berakhir menabrak Anda, bukan hanya itu saja, Saya juga telah lancang menyentuh wajah Anda, mohon hukum Saya.”
Darissa segera melepaskan lengannya dari tangan dan bahu Lancient lalu mengambil langkah mundur ke belakang, kedua tangannya ia letakan di depan perut, dia memejamkan matanya dan menunduk meminta pengampunan dengan sangat sopan kepada si Pangeran itu.
“Tidak, itu bukanlah masalah besar! Anda sudah mengajari Saya hal yang sangat berharga, kesalahan kecil ini tidak ada bandingannya dengan kebaikan yang Saya terima.”
Kecanggungan yang ada, membuat Lancient mendadak memutuskan untuk berbicara secara formal kepada Darissa mulai dari sekarang dan seterusnya, padahal itu bukan masalah besar dan bisa dikatakan hanya kesalahan sepele, tapi Darissa bersikeras terus-menerus meminta maaf padanya.
Seperti yang dirumorkan memang, harga diri dan kesopanan yang diajarkan oleh Marquess Eiren kepada putri-putrinya, bukanlah sekadar guyonan semata. Lagipula, Lancient adalah orang yang paling sering melihat Darissa selalu meminta maaf atau berterimakasih atas hal yang sering diabaikan oleh orang lain, julukannya sebagai "The Honourable Young Lady From Marquess Eiren's Residence" itu, terasa sangat cocok dengannya.
“Kalau begitu, Kita lanjutkan langkah terakhir yang harus Anda lakukan setelah berdansa dengan pasangan Anda.”
“Tolong dilanjutkan, Saya akan memperhatikan.”
Darissa mencoba memperagakan sesuatu yang akan dia ajarkan kepada Lancient sebagai penutup selesainya latihan dansa. Dia sedikit mengangkat gaunnya demi membuat kakinya terlihat, ditariklah kaki kanannya hingga bersembunyi di belakang kaki kiri.
Tangan kanannya ia letakan menyilangi dada, lalu lututnya dibuat sedikit tertekuk ke bawah. Kepalanya ia tundukkan sampai seperempat, lalu mata emasnya kembali menyembunyikan keelokannya dibalik kelopak mata.
Saat memberi penghormatan terhadap seseorang dengan cara elegan seperti itu, keanggunan dan keindahan benar-benar menyertainya.
“Terimakasih telah menarikan tarian pertama Anda yang sangat berharga bersama dengan Saya.”
Lancient tertegun sampai tak bisa berkata apa-apa lagi, dia terkagum-kagum dengan Darissa yang sangat multitalenta.
“Seperti itulah cara seorang laki-laki memberi hormat kepada orang lain, terutama pada seorang perempuan. Sementara untuk perempuan sendiri, mereka akan memberi salam kepada Anda seperti ini, jadi tolonglah untuk segera terbiasa.”
Darissa kembali memberi hormat dengan langkah-langkah yang hampir sama dengan penghormatan ala seorang laki-laki tadi, namun, yang membedakannya sekarang adalah kedua jari jemari lentiknya mengangkat kedua sisi gaunnya sedikit ke atas secara bersamaan.
“Sekian yang Saya bisa ajarkan untuk hari ini, apa masih ada yang belum Anda pahami? Your Highness?”
“Tidak, ini sudah cukup.” Lancient tersenyum simpul pada Darissa, dia pun segera mempraktikkan apa yang baru saja Darissa ajarkan padanya itu dengan baik dan benar.
Dengan kaki kanan di belakang kaki kiri, lalu tangan kanan yang melintangi dada, Lancient menunjukkan semua bentuk rasa terimakasihnya akan bantuan dari Darissa itu, dengan cara memberinya penghormatan seperti itu.
“Terimakasih telah meluangkan waktu Anda yang sangat berharga untuk mengajari Saya, Miss Eiren.”
Darissa pun membalas penghormatan itu dengan senyuman samar yang mengulasi wajah ayunya, dengan mengangkat gaun dan menundukkan kepalanya, Darissa menerima penghormatan dari Lancient.
“Dengan segala hormat, Saya merasa bersyukur jika bantuan kecil dari Saya ini sangat bermanfaat untuk Anda ... Your Highness.”
Semua murid lain dan guru menari di ruangan khusus untuk latihan tata krama kebangsawanan itu, terperangah tak percaya melihat chemistry mengagumkan antara Sang Pangeran bersama dengan Nona muda yang terhormat. Sementara itu, diujung pojok ruangan latihan, terdapatlah Aira yang menghentakkan kakinya kesal tatkala melihat Lancient selalu latihan menari bersama dengan Darissa di tiga minggu terakhir ini.
“Ugh! Menyebalkan, gadis tidak tahu diri itu sangat menyebalkan! Dan juga, kenapa sih Lancient lebih memilih berlatih menari dengan orang itu ketimbang denganku? Padahal tarianku sudah pasti jauh lebih bagus darinya!”
“Oh, kenapa Anda terlihat sangat kesal sekali, Miss Qianzy?”
Fennel yang baru saja datang untuk memperhatikan perkembangan latihan menarinya Lancient, segera menghampiri dan bertanya pada Aira ketika mendapati aura gadis itu tidak seceria biasanya. Aira menampilkan mimik muka menyedihkan, dia meremas tangannya gugup dan memutar-mutar pergelangan kakinya membuatnya terlihat gadis malang yang terluka.
“Itu, untuk ketiga kalinya Lancient menolak berlatih menari bersama Saya. Apa dia pikir, tarian Saya seburuk itu sehingga takut kakinya akan terinjak-injak oleh Saya?”
Mata ivorynya yang indah dengan cepat mengalirkan air transparan, Fennel gelagapan saat melihat Aira mulai menangis. Segera saja, Dia mengeluarkan sapu tangan yang bersih dari sakunya, dan menyerahkannya pada Aira.
“Jika Anda tidak keberatan? Bolehkah Saya membantu Anda berlatih menari? Tidak apa-apa jika kaki Saya terinjak, karena Anda itu sangat ringan, seringan bulu kapas! Jadi, sudah pasti tidak akan membuat siapapun kesakitan.” tawar Fennel memberanikan diri.
Aira diam-diam memicingkan matanya dan melirik Fennel dengan tatapan merendahkan, dia segera menghapus air mata palsunya dan kembali tersenyum lebar seperti biasa.
“Terimakasih banyak atas tawarannya, tapi sayang sekali kalau hari ini Saya merasa sangat kelelahan setelah berlatih menari dari tadi. Hm, bagaimana kalau Kita menari bersama di lain waktu saja? Debutante Saya tinggal setahun lagi, tapi Saya masih belum menemukan partner menari. Ah, apa di hari debutante Saya itu, Sir Eglantine akan melakukan debutante juga? Karena Anda 'kan belum melakukan debutante meskipun sudah mencapai usia 18 tahun."
“Ya, itu memang benar. Tapi Saya pikir, Saya tidak akan melakukan debutante. Karena keberadaan Saya yang tak jelas, melakukan debutante seperti itu pun tidak akan merubah apapun tentang garis darah kelahiran Saya.”
“Eh? Mengapa tidak akan? Uh memalukan sekali, padahal tadinya Saya ingin meminta Sir Eglantine untuk menjadi partner menari Saya.”
“Ma-maaf?”
Fennel membatu tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, apakah itu mimpi? Nona bangsawan seperti Aira, mengajaknya yang notabene memiliki darah rendahan untuk menjadi partner berdansa di hari sepenting debutante itu?!
“Saya bilang, Saya ingin meminta Sir Eglantine untuk menjadi partner debutante Saya. Tapi karena Anda sepertinya tidak akan menghadiri pesta debutan, mungkin Saya hanya akan pergi sendirian.”
“Tidak! Saya berubah pikiran sekarang, dan sepertinya Saya akan pergi!” sanggah Fennel cepat tak ingin membiarkan kesempatan langka itu terhapus begitu saja.
“Sungguh?!”
Tangan Aira menutupi mulut mungilnya yang menganga akibat terkejut, bola matanya yang bagaikan sebutir mutiara langka melebar sempurna saat mendapati Fennel memalingkan wajah tampannya yang merona.
“Ka-kalau begitu, Sir Eglantine. Saya ingin menanyakannya secara resmi, maukah Anda menjadi partner menari Saya di pesta debutante nanti?”
Fennel segera menenangkan dirinya, lalu menarik nafas dalam-dalam. Wajah merah merona itu tenggelam tertutupi oleh rambut kelamnya yang jatuh terawang-awang diudara saat dia membungkukkan badannya. Diraihnya tangan lembut Aira dan mengecup punggung tangan gadis itu selayaknya seorang ksatria resmi.
“Dengan senang hati, Miss Qianzy. Saya menerimanya.”
Fennel pamit pergi dengan hati yang riang gembira, dia bertekad untuk berlatih menari juga agar tidak mengecewakan Aira nanti. Akan menjadi kejadian yang sangat fatal jika dia sedikit saja membuat kesalahan saat berada di pesta debutante.
Selain bisa mempermalukan martabatnya yang memang sudah sering dianggap "Sampah yang tak berguna" Fennel juga takut akan mempermalukan Aira. Maka dari itu, dia akan berusaha keras melakukan yang terbaik untuk berlatih menari selama sisa waktu setahun sebelum debutante diadakan.
Aira menatap kepergian Fennel dengan jijik. Kalau saja tidak ada orang lain di dekatnya, sudah pasti dia akan langsung meludah bahkan mungkin muntah ketika melihat kelakuan Fennel yang menurutnya menjengkelkan. Aira pergi dari tempat itu dan kembali ke kamarnya dengan suasana hati yang buruk, sapu tangan pemberian dari Fennel ia lempar ke perapian yang menyala, membuat kain berbentuk persegi empat itu hangus menjadi abu.
“Giane! Cepat siapkan air hangat dengan taburan bunga yang sangat banyak! Aku ingin mandi karena merasa sangat kotor sekali, ada kotoran menjijikkan yang sudah berani-beraninya menyentuh tangan suciku ini, dia telah membuatku merasa menjadi makhluk rendahan!”
Aira berteriak kencang memerintahkan maid pribadinya untuk segera mempersiapkan keperluan mandi, sebelum keperluan mandinya siap, Aira mencuci punggung tangan bekas dikecup oleh Fennel itu beberapa kali dengan sabun wangi dialiri oleh air bunga.
Berani-beraninya pemuda rendahan itu mengecup tangannya dengan lancang, memangnya siapa Fennel bagi Aira? Tokoh utama bukan! Tokoh utama kedua juga bukan! Dia cuman anak haramnya Raja yang tak tahu diri karena sudah jatuh cinta padanya.
“Argh! Sialan! Cepetan kek, time skip gitu! Rasanya lama banget deh untuk ketemu tokoh favorit Gua. Najis dah lama-lama di deketin sama si beg* Lancient, dan si Anak haram Fennel Itu!”
Aira Qianzy, perempuan yang mengingat kehidupan masa lalunya itu, kini tengah berbicara sendiri dalam bahasa asing ala dunia kehidupan pertamanya. Dia merasa aman mengumpati orang-orang penting di dunia ini sesuka hatinya, karena tidak ada yang paham dengan bahasa yang dia gunakan sekarang.
Sudah sekitar 15 tahun, dia terlahir kembali di dunia ini. Aira yang secara kebetulan tahu sebuah novel yang latarnya, letaknya, dan orang-orang penting di dalamnya sama seperti di kehidupan barunya ini, merasa senang karena mengetahui dirinya terlahir kembali sebagai tokoh utama perempuan dalam novel yang ia baca sebelum meninggal.
Dulunya, dia adalah seorang gadis yang terlahir dari keluarga berkeuangan pas-pasan, makanya dia menjadi anak manja di kehidupan sekarang karena ingin merasakan senangnya jadi orang kaya.
Lalu, seperti apa novel yang dia baca dulu itu? Dan siapa penulisnya? Apakah Aira akan menjalani kehidupan keduanya seperti dalam alur novel itu atau malah sebaliknya?
Hm, cukup sulit untuk diceritakan memang. Tapi, ada satu hal yang sudah pasti. Aira tidak ingin menjalani hidupnya dengan diatur oleh orang lain. Dia ingin hidup bebas, melakukan apapun yang dia mau atau mungkin bermalas-malasan saja pun tidak apa, karena keluarganya yang sekarang sudah cukup kaya.
Selama dia makan dengan makanan enak, memakai perhiasan dan gaun mahal, ditambah dengan dirinya yang populer dan banyak dikenal oleh orang-orang elit, dia sudah sangat bahagia. Tujuan utamanya adalah ingin membuat tokoh favoritnya jatuh cinta padanya, itu adalah hal yang ingin ia wujudkan di kehidupannya yang sekarang.
Jika ada yang berani menghalanginya dan menyaingi potensi kepopuleran serta kecantikannya, dia tinggal menyingkirkan orang itu saja! Seperti Darissa contohnya. Aira mulai memikirkan rencana serius tentang cara bagaimana membuat si gadis yang sok edgy itu sengsara lalu membuatnya berlutut di depannya.
“Nurufufu, kayaknya Gua punya ide yang brilian.”
"Menjinakkan Tunangan Posesif"Judul dari light novel online yang terkenal di kalangan anak muda-mudi penggemar setia aplikasi orange, ceritanya sangat booming dan populer di mana-mana. Dengan berisikan 163 bagian, novel itu dikarang oleh seorang penulis novel bernama pena "Rui Lean."Novelnya menembus pasar industri hiburan yang sangat luas dengan dijadikan buku cetak, diilustrasikan jadi komik dan visual novel, bahkan sampai diadaptasi jadi film layar lebar.Penggemarnya sangat banyak, berasal dari berbagai macam tempat. Termasuk, seorang gadis biasa berpenampilan sederhana yang tinggal di rumah kumuh ini, sebut saja namanya Mariana.Dia selalu mengenakan kacamata tebal, wajahnya juga dipenuhi oleh jerawat. Dia selalu tinggal di rumahnya terus karena dia adalah seorang pengangguran yang kerjanya hanya tiduran memainkan ponsel yang dia punya hasil dari menghutang. Gadis itu, sangat tergila-gila dengan salah satu karakter novel
Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara
“Your Highness, Princess Camerine. Saya ingin meminta pertolongan dari Anda, bisakah Anda menghentikan pendarahan pada tangan Saya ini dengan menggunakan sihir penyembuh milik Anda?”Darissa memberi sinyal minta tolong kepada Putri Camerine yang duduk di sebelah kanannya Putri Violegrent, Darissa sangat mengandalkan bantuannya karena Putri Camerine itu terkenal akan sihir penyembuhannya yang sangat efektif menyembuhkan luka luar. Camerine yang wajahnya sama pucatnya dengan gadis-gadis lain, segera beranjak pergi menghampiri Darissa dengan rasa panik yang hebat melandanya.Dipeganginya tangan kiri Darissa yang terulur bercucuran darah merah segar itu ke arahnya, dengan menggunakan tangan yang menggigil seakan-akan gemetar akibat kedinginan. Mana sihir dengan aura seputih awan mengalir dari telapak tangannya dan beralih ke tangan Darissa, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sampai akhirnya pendarahan di punggung tangan kiri Darissa berhe
“Tunggu sebentar, Anda bilang saudara laki-laki? Oh, oh! Apakah yang di maksud oleh Anda itu ialah saudara kembar Anda yang terkenal akan ketampanannya?! His Royal Highness The Prince of Violegrent?!” pekik Nona Seria dengan penuh kegirangan.“Meh, dia tidak setampan itu haha! Rumornya sangat keterlaluan sekali.”“Tapi, jika Anda saja sudah secantik ini, maka sudah pasti saudara kembar Anda juga memiliki wajah yang indah nan rupawan karena memiliki rupa yang sama, 'kan? Bukankah anak kembar itu sangat identik satu sama lain bagaikan pinang dibelah dua? Bahkan seakan-akan sedang bercermin sendiri saja, benarkan?” Nona Mizumi yang sedari tadi terdiam pun ikut penasaran.“Hm, sepertinya begitu. Yang membedakan Saya dengannya adalah jenis kelamin, warna rambut dan mata, juga tingkah laku yang sangat berbanding terbalik.”“Saya dengar kalau Prince of V
Letak asrama putri tidaklah terlalu jauh, tinggal melewati bukit kecil lalu Lancient akan segera sampai. Bukit gundul yang diterangi cahaya bulan itu mempermudah langkah Lancient untuk menembus gelapnya malam, suara jangkrik dan hewan nokturnal lain saling bersahutan menemani suara pijakan kakinya yang terdengar jelas di suasana yang sepi begini.Lancient berhenti sebentar di atas puncak bukit yang lapang memandangi indahnya taburan bintang di langit malam, pikirannya melayang jauh, memikirkan tentang bagaimana nasibnya beberapa bulan ke depan.Hari kelulusan tinggal menghitung bulan, seperti yang Lancient duga dari awal, bersekolah di akademi sihir selama beberapa tahun ini akan sia-sia karena dia memang tidak ditakdirkan memiliki Mana dan tidak akan bisa menggunakan sihir.Jika dia pulang seperti itu tanpa ada kemajuan sedikit pun, lalu apa yang akan dilakukan oleh Raja padanya? Memikirkannya saja membuat Lancient sampai-sampai mengabaikan suhu tubuhnya yang m
"Hor-hormat? Menghormatiku?!” pekik Lancient tak menyangka. “Iya, itu benar sekali.” timbal Darissa sembari menatap Lancient heran. Lancient menutupi wajahnya yang bersemu merah karena merasa senang, itu karena ada orang lain yang lagi-lagi selain Fennel yang bilang kalau dia menghormatinya. Segera saja Lancient teringat dengan tujuan awalnya keluar malam-malam, dilihatnya kotak pita itu dengan ragu-ragu, lalu menyorongkannya ke arah Darissa setelah meyakinkan dirinya dalam waktu yang cukup lama. “Ini.” “Hm?” Kotak yang berisikan pita itu berpindah tangan beralih dari tangan Lancient menuju ke tangan Darissa, mata emas Darissa terfokus pada kotak berukuran sedang di tangannya dengan raut wajah senang yang tak bisa ia gambarkan. “Kenapa Anda memberikan ini kepada Saya, Your Highness?” tanya Darissa yang masih tidak percaya dengan apa yang b
“Your Majesty, His Highness The Prince Of Aethelred, Lancient Re Aethelred. Beserta pengawal pribadinya, Sir Fennel Eglantine, meminta izin untuk menghadap Anda.” ucap penjaga gerbang pintu ruangan sang Raja, mengumumkan kedatangan Lancient dan Fennel.“Biarkan Mereka masuk.”Pintu dibuka, menampilkan sang Raja yang tengah duduk di atas meja kerja dengan menyilangkan kaki dan juga memutar segelas sampanye di tangannya.Dengan rahang tegas, mata hijau tajam, dan rambut pirang berkilau, sang Raja menatap sekilas mereka berdua lalu kemudian mengangkat wajahnya meneguk segelas sampanye itu sampai habis disedot kerongkongan.Pintu tertutup rapat, para pelayan yang ada di ruangan Raja segera keluar meski tanpa di suruh, demi privasi perbincangan mereka. Sang Raja yang memiliki paras awet muda di umurnya yang memasuki kepala 4 itu, menatap datar putranya yang telah tumbuh lebih tinggi dari yang diingatnya.
“Hei Darissa, ayo jalan-jalan mencari gaun yang cocok untuk pesta debutanmu nanti.”“Debutante yah, tak terasa tinggal 1 minggu lagi. Aku masih merasa bermimpi saat pulang kembali ke sini 2 bulan yang lalu, sekarang sudah mau debut saja.”Darissa dan Alesya tengah bermain ayunan bersama di taman bunga mawar putih kediaman Marquess yang luas, daripada membaca buku atau berlatih akan hal lain yang lebih berguna untuk hari kedewasaannya, Darissa lebih memilih bermalas-malasan dan menghabiskan waktu bersama Kakak tersayang.“Kau ingin memakai gaun bergaya apa? Gaun berkerah tinggi dengan banyak pita, atau bagaimana?”“Hm, sepertinya Aku lebih suka gaya sabrina berlengan pendek dan berdada rendah, lalu bersamaan dengan ruffle yang menumpuk. Pita juga akan terlihat bagus!”“Oh, oh! Kalau begitu ayo pergi memesannya, berjalan-jalan b
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena