“Your Majesty, His Highness The Prince Of Aethelred, Lancient Re Aethelred. Beserta pengawal pribadinya, Sir Fennel Eglantine, meminta izin untuk menghadap Anda.” ucap penjaga gerbang pintu ruangan sang Raja, mengumumkan kedatangan Lancient dan Fennel.
“Biarkan Mereka masuk.”
Pintu dibuka, menampilkan sang Raja yang tengah duduk di atas meja kerja dengan menyilangkan kaki dan juga memutar segelas sampanye di tangannya.
Dengan rahang tegas, mata hijau tajam, dan rambut pirang berkilau, sang Raja menatap sekilas mereka berdua lalu kemudian mengangkat wajahnya meneguk segelas sampanye itu sampai habis disedot kerongkongan.
Pintu tertutup rapat, para pelayan yang ada di ruangan Raja segera keluar meski tanpa di suruh, demi privasi perbincangan mereka. Sang Raja yang memiliki paras awet muda di umurnya yang memasuki kepala 4 itu, menatap datar putranya yang telah tumbuh lebih tinggi dari yang diingatnya.
“Hei Darissa, ayo jalan-jalan mencari gaun yang cocok untuk pesta debutanmu nanti.”“Debutante yah, tak terasa tinggal 1 minggu lagi. Aku masih merasa bermimpi saat pulang kembali ke sini 2 bulan yang lalu, sekarang sudah mau debut saja.”Darissa dan Alesya tengah bermain ayunan bersama di taman bunga mawar putih kediaman Marquess yang luas, daripada membaca buku atau berlatih akan hal lain yang lebih berguna untuk hari kedewasaannya, Darissa lebih memilih bermalas-malasan dan menghabiskan waktu bersama Kakak tersayang.“Kau ingin memakai gaun bergaya apa? Gaun berkerah tinggi dengan banyak pita, atau bagaimana?”“Hm, sepertinya Aku lebih suka gaya sabrina berlengan pendek dan berdada rendah, lalu bersamaan dengan ruffle yang menumpuk. Pita juga akan terlihat bagus!”“Oh, oh! Kalau begitu ayo pergi memesannya, berjalan-jalan b
Debutante, adalah pesta dansa besar yang setiap tahunnya diadakan oleh kerajaan. Biasanya, pesta itu diadakan untuk merayakan upacara kedewasaan setiap muda-mudi yang sudah siap mempersunting maupun dipersunting ke jenjang pernikahan.Adakalanya, terkadang ada kejadian bagi orang-orang yang mengikuti debutante akan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan orang yang ditemuinya di pesta sana. Terdengar sangat luar biasa, iya 'kan? Jika bisa menikah karena cinta, tanpa adanya campur tangan pernikahan politik.Hari ini, adalah hari yang akan sangat membahagiakan untuk Fennel. Hari yang telah lama ia nantikan akhirnya telah tiba, dia bahkan tidak bisa tidur semalaman suntuk hanya karena terlalu senang akan datangnya hari esok pagi.Apa yang harus ia lakukan? Apakah pakaiannya akan terlihat bagus? Bagaimana dengan cara menarinya? Lalu, seperti apa caranya berpenampilan dengan baik supaya disukai oleh Aira? Itulah sekelumit pertanyaan yang menghan
“Maukah Anda menari dengan Saya ... Sir Eglantine?”Fennel menghempaskan tubuhnya untuk duduk di kursi, berhadapan dengan Alesya. Dituangkannya kembali wine ke dalam gelas kosongnya itu, dan memutarnya bosan lalu kemudian meneguknya.“Apa Anda tidak apa-apa? Minum seperti itu di awal pesta ini?”“Terimakasih atas perhatiannya, akan tetapi Anda tidak perlu mengkhawatirkan Saya, Saya adalah tipe orang yang tidak gampang mabuk saat sedang meminum minuman keras.”“Ah, begitu ya.”Alesya memperhatikan Fennel tanpa banyak kata, diperhatikannya bibir merah yang menyentuh bibir gelas dan menghisap wine yang memabukkan itu dengan tatapan penasaran.Tak luput dari penglihatan mata emasnya, Alesya melihat tangan besar Fennel yang menonjolkan tulang dan menampilkan urat itu, sedang melingkar di badan ramping gelas kaca dengan ekspresi mu
“Lady Eiren, Anda pandai sekali menari, ya?”Darissa dan Antshel melanjutkan tarian mereka setelah meminta maaf dan berpamitan dengan Alesya, tidak seperti gadis-gadis lain yang biasanya akan tersipu dengan pujian tuan muda itu, Darissa justru bersikap biasa-biasa saja dan membalas setiap basa-basi Antshel dengan senyuman yang canggung.“Mungkin, karena Saya sering belajar menari. Daripada itu, Saya lebih penasaran kenapa Anda memilih Saya dari semua gadis yang menghadiri pesta ini, Milord?”“Oh, itu ....”GREPP~Antshel memeluk pinggang Darissa dan sengaja membuat hidungnya bersentuhan dengan hidung gadis itu, diraihnya helaian-helaian ujung rambut biru yang menjuntai menjatuhi bahu, dan mengecupnya dengan tatapan mata yang fokus tertuju pada raut muka partner berdansanya.“Saya jatuh cinta dengan Anda pada pandangan
Beberapa menit telah berlalu, Fennel kembali ke kamar Alesya dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur, dan segelas teh darjeeling black tea hangat, yang memiliki cita rasa asam dan sepat tapi menyegarkan.Fennel mendudukkan dirinya di kursi kecil yang terletak di samping tempat tidur Alesya, dan membangunkan gadis yang tengah terlelap di antara gumpalan selimut tebal itu dengan suara lembutnya yang khas.“Lady Eiren, makanannya sudah siap. Lebih baik Anda mengisi perut Anda sebelum pergi tidur, supaya di keesokan harinya Anda akan merasa lebih baikkan.”Alesya menyingkirkan selimut yang membuatnya berkeringat, lalu duduk menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang, ditatapnya bubur yang masih mengepul itu dengan tampang yang tak berselera.“Ergh, Sir Eglantine. Saya benar-benar tidak bercanda tentang rasa tidak suka Saya terhadap makanan lembek bernama bubur ini, apa Anda akan tetap menyuruh S
THRUNGG!Anak panah yang dilontarkan oleh Lancient, melesak tertancap dalam mengenai papan kayu target panahan, yang terombang-ambing oleh angin karena sengaja digantungkan di sela-sela dahan pohon.Lancient kembali memasang anak panah di busur, menyiapkan tubuhnya supaya berada di posisi tegak lurus dengan bahu. Ditariknya tali busur itu dengan nafas tertahan, sebelah matanya ia pejamkan demi bisa membidik sasaran dengan tepat.WHUSHH!Anak panah kembali terlepas dari busurnya, tapi kali ini pergi dengan melesat menghindari target, dan berakhir menancap di batang pepohonan lain.“Anda terlihat sedang memikirkan sesuatu yang lain, Your Highness.”Fennel yang memiliki tugas mengajari Lancient belajar memanah itu, mengambil anak panah yang tersedia di tanah dan segera menjalinkannya dengan tali busur. Jarak yang ada di antara kedua kakinya, ia rengg
“Sir Hisahilde, bisa tolong temani Saya pergi mencari hadiah untuk ulang tahun sang Ratu nanti?”Darissa bertanya kepada pemuda yang usianya tak jauh berbeda dari Alesya dan Poppy. Pemuda bermanik mata merah dengan rambut biru navy bernama Hisahilde itu, sudah seperti Kakak kandung laki-lakinya sendiri.Hisahilde dulunya adalah seorang budak rendahan tanpa nama, lalu Ayahnya Darissa menemukan dan membawanya ke residen, sampai membesarkannya berbarengan dengan kedua putrinya, seakan-akan anak kandungnya.Hisahilde adalah pengawal pribadinya Alesya, selain menjadi teman masa kecilnya Alesya, Hisahilde juga selalu membantu dan melayani Alesya dari semenjak usianya yang masih muda.“Kapan Anda akan berangkat? Biar Saya yang menyiapkan semua keperluan untuk pergi keluar.”“Sebentar lagi, Saya akan bersiap-siap terlebih dahulu.”“Kalau begitu, S
-“Semoga perjalanan Anda menyenangkan, Young Miss. Kami akan sangat merindukan Anda.”--“Darissa, belajar yang rajin ya. Maafkan Ibu dan Ayah tak bisa mengantarkanmu sampai sana, sayangku.”-Para maid dan butler kediaman Eiren, mengantar kepergian nona muda mereka sampai gerbang bersama dengan majikannya. Ada yang mendoakan keberangkatan Darissa supaya aman, ada yang sampai menangis terharu karena menyadari kalau bayi yang mereka rawat telah besar, dan ada juga yang bersikeras ingin ikut mengantarkan Darissa sampai akademi sana meskipun sudah di larang.Darissa yang merasa sedih harus meninggalkan kediamannya yang nyaman itu, menatap ke orang tua dan semua pelayannya dengan mata berkaca-kaca. Ada satu tempat kosong untuk seseorang yang tidak di tempati, digulirkannya mata emas Darissa ke arah balkon kamar kakak perempuannya yang terletak di lantai tiga dengan raut kecewa.Rupanya, di hari keberangkatanny
“Akan terasa tidak nyaman jika rambut Anda menjuntai selagi asyik memakan camilan, bukan? Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda mengikatnya untuk sementara waktu.” Alesya kira apa, ternyata ini toh yang dimaksudkan untuk dipakai olehnya tadi? “Apa Anda ingin memanggil pelayan pribadi tadi, dan membiarkannya membantu memakaikan ini?” SRAKK~! Fennel membuka dan mengeluarkan isi dari kantung kain itu. Terdapat banyak manik-manik kecil berbentuk bunga krisan, satu sisir kecil, dan juga pita berwarna kuning cerah supaya serasi dengan warna gaun yang saat ini tengah dikenakan oleh Alesya. “Poppy ya? Dia pergi ke suatu tempat dan akan kembali lumayan lama, jadi … Saya pikir ….” Alesya menggantung kalimatnya sejenak, tuk menundukkan wajahnya yang terasa mulai bersemu kembali. Dia juga menempatkan kedua telapak tangannya di bawah meja, untuk meremas rok gaun demi menyalurkan rasa gugup tak menentu. Dengan suara yang samar lagi terdengar seperti melirih, gadis itu pun lanjut berkat
“….”Untuk beberapa waktu, Fennel mengerjapkan matanya beberapa kali selagi menahan nafasnya akibat merasa kaget.Sejujurnya, pemuda itu merasa bingung.Bukankah seharusnya Alesya merasa senang? Lantas, mengapa dia malah meresponsnya dengan meninggikan suara, serta menodongkan kepalan tangan kanan di depan mukanya sekarang???“Poppy?”“Ya? Saya mendengarkan.”Akhirnya, Fennel bisa bernafas lega kembali sewaktu Alesya menarik kepalan tangan dari depan muka, dan membalikkan badannya tuk menghadap lurus sang pelayan pribadi bernama Poppy.“Aku akan berada dalam pengawasan Tuan muda Eglantine, jadi … aku harap kau mengerti."Pelayan berambut merah ati dam bermata hijau apel muda itu menyunggingkan senyuman tipis.Dengan menundukkan kepala dan merundukkan sedikit badan, Poppy menekuk kakinya sedikit selagi mengangkat masing-masing sisi rok, tanda bahwa ia langsung menuruti titahan tanpa perlu mendengarkan penjelasan secara menyeluruh.“Selamat bersenang-senang, Milady.”Mendapati respons
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp
SHAAK~!“Apa ini …?”Rambut hitam sekelam ebony berayun dengan lembut, begitu sang empu pemilik netra hijau zamrud itu menolehkan kepalanya ke belakang.“Kenapa aku merasa merinding?” gumamnya heran, seraya mulai mengusap tengkuknya sambil memasang ekspresi wajah tidak nyaman.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku,” gumamnya sekali lagi, namun, kali ini ia membarenginya dengan memokuskan wajah rupawannya supaya kembali menghadap sang mentor di hadapan.Hari ini, kelas 3-2 yang sebentar lagi akan segera lulus dari akademi, tengah mengadakan kelas tambahan khusus berupa belajar berdansa.Hadirlah di sana, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, yang sengaja mengambil tempat duduk di ujung dan paling pojok, karena ia tidak dekat dengan siapa pun di angkatannya ini.Dia memerhatikan penjelasan dari mentor dengan saksama demi pengetahuannya yang pasti akan ia pergunakan di kemudian hari, sambil mencatat materi tuk sesekali.“Baiklah anak-anak. Sekarang, kita akan berlatih memeragakan mater
“Lihat! Ini rajutan buatan Saya lo~! Bagus bukan?”“Sarung tangan rajut? Untuk apa kau memakai itu? Itu kan tidak nyaman.”“Mengapa Anda mengatakan itu ketika Anda sendiri saja senantiasa mengenakannya? Sarung tangannya terbuat dari bahan kulit pula.”“….”Hari ini, Lancient memutuskan untuk makan siang dengan Ruffin dan Hisahilde saja, ketimbang dengan Aira.Dia memilih hal demikian untuk menghindari pertikaian tidak penting yang sempat bersitegang sewaktu kemarin.“Itu …! I-itu berbeda! Aku melakukannya karena ada alasan yang khusus, kan?! Aku tidak ingin kerepotan jika tak sengaja bersentuhan langsung dengan kulit kalian!”“Yah, Saya juga berpikiran seperti itu selagi merajut sarung tangan!”Namun, lihatlah.Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang?“Mulai sekarang kan, Saya pasti akan selalu berada di sekitar Anda, mengingat pertunangan yang terjalin bersama Putri Violegrent.”Apakah mungkin, pertikaian tidak penting itu … sedang terjadi lagi?“Saya melakukannya untuk memperkecil ke
“Aira!”Ah.Setelah semua kesulitan yang dilaluinya, berupa diabaikan dan dipermalukan oleh laki-laki yang ia coba goda, bukankah ini adalah sebuah kemenangan?“Lancient~! Huwaa!”Satu bulan tak terasa sudah berlalu, semenjak Aira menyadari bahwa Lancient ternyata tidak mengabaikan pikatannya seperti tiga anak laki-laki sebelumnya itu.Dengan saling berinteraksi satu sama lain secara dekat melalui bahasa informal disertai menyematkan nama depan, Aira yakin sekali … kalau Lancient, sekali lagi berada di pihaknya sama seperti di kehidupan mereka yang lalu.“Aira?! Apa kamu tidak apa-apa?”Benarkan? Lihat saja sekarang!Di sela-sela tangis yang sengaja ia keluarkan sejadi-jadinya tatkala menghadapi satu permasalahan ini, Aira menarik sudut bibirnya dan menyeringai puas.Bagaimana tidak?“Aku tidak baik-baik saja huwaa~! Mengapa Miss Eiren melakukan ini padaku? Mengapa ia mendorongku sampai jatuh, padahal yang aku lakukan hanya lewat di depannya saja?”Sama seperti dulu, Lancient datang s
“Semangat~! Lancient~! Semangat~!”Aira bersorak-sorai di pinggir lapangan, dekat petak bagian yang digunakan oleh ketiga anak lelaki yang sudah mengingat masa lalu mereka itu, sebagai tempat pelatihan mereka bertiga supaya mengasah kemampuan bela diri mereka agar lebih tajam lagi.Masing-masing dari mereka berdiri di tiga tempat berbeda, saling berhadapan dengan satu dan lainnya, selagi membawa senjata yang terbuat dari sihir. “….”“….”“Semangat~! Lancient~! Kyaaa~!”Selain dari anak bersangkutan yang namanya terus-menerus dipanggilkan sebagai bentuk penyemangat, ada dua anak lain.Yakni, Ruffin dan Hisahilde.Keduanya kini malah saling memandang satu dengan yang lainnya dengan tatapan serupa, yaitu, tatapan mata penuh rasa ngeri dan geli.Tak berlangsung lama, mereka pun lekas mengalihkan tatapan tersebut kepada sang pangeran berambut pirang, Lancient.“Oh, serius. Dia sangat mengganggu!” tukas Ruffin mengeluhkan isi hatinya secara blak-blakan. Sedangkan itu, Hisahilde, ….“Apa A
“A—?! Apa-apaan Anda ini?!” tegur Alesya, seraya menolehkan kepalanya ke arah samping kiri, memandang Hisahilde dengan penuh kekesalan.“Saya belum mengizinkan Anda untuk duduk di samping Saya lo~!?”Dia menghardik sang sepupu yang tidaklah berhubungan dekat dengannya itu, menggunakan bahasa formal.Struktur kalimatnya dipenuhi oleh kesopanan, memang. Namun, tidak dengan nada suara yang ia keluarkan.Mendapati yang ditegurnya tidak mengindahkan teguran itu sama sekali, malahan dia bersikap cuek bebek saja dengan mulai menyantap makanannya sendiri, … kekesalan yang Alesya rasa, kini mulai semakin memuncak.“Anda benar-benar ya …!?”Dalam hatinya, ia berpikiran bahwa dirinya memiliki niatan kurang bagus, berupa ingin menyingkirkan sepupunya itu pergi dengan cara mendorongnya dari kursi.Namun, ….“Biarkan saja, kakak.”… Berkat Darissa yang berkata seperti itu, Alesya pun akhirnya menyerah juga.“Haa … dasar.”Dia menghela nafasnya pasrah, dan lekas menukar raut muka penuh rasa keki itu
TUK! TUK!“…?”Ketukan pada salah satu meja kantin yang tengah ditempati olehnya bersama Alvina, mengalihkan perhatian dari mata hitam gelap kepunyaan sang putri dari Kekaisaran agung Violegrent, Rosalina Earlene Gina, tuk tertuju kepada si pengetuk.“Boleh minta waktunya sebentar, ….”Manik mata yang seindah batu obsidian itu terbelalak lumayan lebar, merasa tidak memercayai akan hal macam apa yang pupil matanya pantulkan.“… Your Royal Highness?”Hadir di samping mejanya sana, seorang anak lelaki pemilik warna rambut biru tua dan juga mata merah menyala, yang berdiri dengan tegap sembari menyembunyikan lipatan tangan di belakang punggungnya ala-ala ksatria.“…!”Anak lelaki itu biasanya bermuka masam dan menampilkan ekspresi tidak suka terhadap kehadiran Rosalina. Namun, kali ini justru bersikap berbeda lewat segaris senyuman tulus yang disunggingkannya, … sampai-sampai sang putri kesayangannya Kaisar Violegrent itu terperangah dengan pipi merah merekah.“U-uhm, uh.”Rosalina tidak