Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.
“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”
Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.
“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara menari seperti itu juga?”
Putri dari kerajaan kecil Camerine ikut berkomentar, menyahuti pujian dari Putri Violegrent pada Darissa. Darissa merona tersipu atas pujian dari mereka berdua, segera saja ia letakan tangan kanannya itu pada tulang selangka, ditundukkannya pula sedikit pucuk kepala birunya untuk menyampaikan rasa terima kasih atas sanjungan mereka.
“Dengan segala hormat, Your Royal Highness The Princess of Violegrent, Your Highness The Princess of Camerine. Saya akan sangat berbahagia jikalau Saya yang tidak ada apa-apanya ini bisa membantu bunga berharga seperti kalian berdua.”
“Oh my! Saya juga mau, Miss Eiren!”
“Saya juga! Saya juga!”
Darissa dengan penuh kesopanan menyahuti setiap permintaan kelima gadis-gadis muda itu, terkecuali Aira yang terdiam di seberang sana menatap tajam Darissa dengan menggemeletukkan giginya geram.
Aira merasa kesal akan perhatian setiap orang-orang yang ada di sana hanya tertuju kepada Darissa seorang, mengabaikan keberadaan dirinya seakan-akan dia adalah makhluk halus yang tak terlihat oleh mata telanjang.
“Putri Violegrent, tolong lihatlah itu! Lihatlah dengan saksama, caranya Miss Eiren meminum tehnya saja jauh lebih elegan daripada kita semua!”
Seria Anemone, Putri Duke Anemone yang berasal dari kerajaan Camerine itu menunjuk Darissa, membuat semua mata tertuju memperhatikan Darissa kembali karena ucapannya yang terdengar bergetar tak percaya.
“Tidak diragukan lagi dari Miss Eiren, gerakan kecil dari jari jemarinya yang lentik itu saja sudah sangat menawan! Itu hanya baru memegang cangkir tehnya saja, apalagi jika sedang meminumnya! Bagaimana bisa Anda melakukan hal serumit itu dengan sangat mudah?”
“Miss Eiren, tolong ajari kami bagaimana caranya Anda meminum teh dengan cara yang secantik itu, ya!”
Darissa mengerutkan keningnya heran, bukankah cara meminum tehnya para gadis-gadis itu juga sudah sangat bagus dan sesuai dengan tata cara minum teh yang baik dan benar?
Lantas, kenapa sekarang meminta tips padanya yang sepertinya tak akan ada gunanya sama sekali karena caranya meminum teh tidak ada bedanya dengan cara yang digunakan oleh orang lain? Akan tetapi, bukan Darissa namanya jika dia mengabaikan permintaan seseorang yang diajukan kepadanya, terutama jika kastanya jauh lebih tinggi darinya.
Dengan senyuman hangat yang mengembang, dan suara halus yang mengalun lembut menginstruksikan cara meminum teh ala gayanya. Sontak saja, para gadis-gadis muda itu semakin serius memperhatikannya.
“Pertama-tama, jika Anda ingin meminum teh, maka pilihlah rasa teh favorit Anda. Seperti yang bisa membuat Anda rileks ataupun menjadi segar bugar setelah meminumnya.”
“Ah, seperti teh chamomile yang bisa membuat tubuh kita santai? Atau teh bunga krisan kering yang menyehatkan tubuh?”
“Iya, Anda tepat sekali Miss Forsythia. Contohnya Saya yang selalu meminum teh hitam, Saya bisa menikmatinya dengan santai itu karena Saya memang menyukainya, kita tidak perlu terburu-buru saat tengah meminum minuman favorit kita, 'kan?”
Kelima gadis itu mengangguk paham, saking menariknya penjelasan Darissa. Gadis-gadis muda lain yang duduk di meja terpisah dari mereka, secara diam-diam ikut mendengarkan instruksi dari Darissa juga.
“Setelah itu, apa langkah selanjutnya?”
“Ambillah tatakan cangkir teh oleh tangan kiri Anda dengan mengatur posisi siku Anda yang harus menempel di dekat lambung. Luruskanlah lengan Anda yang memegang tatakan untuk lurus ke depan, mulai dari siku sampai menyentuh pergelangan tangan kiri supaya sejajar dengan pusar.”
Beberapa yang memperhatikan setiap gerak-gerik Darissa pun mulai ikut memperagakannya.
“Selipkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan Anda ke dalam cuping cangkir, jadikan jari manis dan kelingking supaya menjadi penumpu beban beratnya dengan meletakkannya di bawah cuping cangkir tadi dengan cara dilipat. Lalu, jangan lupakan peran dari ibu jari Anda juga. Sentuhan terakhirnya hanyalah, geser sedikit ibu jari Anda agar ujung jarinya menyentuh ujung bibir cangkir.”
“Wow, baru cara memegang cangkirnya saja sudah sangat anggun!” ulas Putri Camerine.
“Mengagumkan sekali, lihatlah diri Anda sendiri juga Putri Camerine! Anda melakukannya dengan sangat baik.”
“Ah menurut Saya, Andalah yang paling cepat mempelajarinya dalam waktu singkat, Putri Violegrent.”
“Akhem! My deepest apologize, Princess Violegrent, Princess Camerine. Bisakah Saya kembali melanjutkan tata cara Saya dalam meminum teh ini?”
“O-oh iya! Maafkan kami berdua karena sudah menyela.”
Darissa memandang lembut kedua Putri itu yang merasa bersalah karena telah menyela penjelasannya terkait sesuatu yang diminta oleh mereka sendiri, penjelasan tentang cara meminum teh. Darissa kembali melanjutkan demonstrasinya dengan gerakan singkat, padat, dan dapat dipahami dengan mudah oleh orang-orang yang memperhatikannya dengan serius itu.
“Angkatlah tangan kanan Anda sampai tinggi ujung sikut Anda sebatas dengan bagian bawah dada, usahakan supaya jangan terlalu renggang dari samping badan ya. Pergelangan tangan kanannya coba sedikit ditekuk, lalu hantarkanlah cangkir teh itu sampai menyentuh bagian belahan bibir, hirup ringan aroma tehnya terlebih dahulu sebelum meminumnya, kemudian minumlah teh sedikit demi sedikit.”
“Sprutt ... sprutt ....”
“Jauhkan cangkir teh supaya menjauh dari wajah, kita bisa melihat ke dalam cangkir kalau sisa teh tinggal sepertiganya saja. Di tengah-tengah pesta minum teh begini, ada sebagian orang yang akan mengajak Anda berbincang-bincang bukan? Kita gunakan itu sebagai penjeda sejenak, setelah dirasa selesai membincangkan sesuatu, hisaplah kembali teh Anda sampai tersisa setengahnya.”
Darissa meletakkan cangkir teh yang berisikan setengah cangkir teh hitam hangat itu kembali ke atas tatakan yang dipegang tangan kirinya sedari tadi, cangkir yang kini beralaskan tatakan, ia simpan di atas meja. Kedua tangannya yang sudah kosong tak membawa apa-apa, dia kumpulkan di atas pahanya dengan posisi telapak tangan kanannya yang menindih punggung tangan kiri.
“Jika memang Anda sekalian merasa akan membicarakan sesuatu dengan waktu yang lama, sedangkan tangan Anda yang memegangi tatakan mulai terasa pegal, maka simpanlah cangkir beserta alas tataknya ke atas meja. Apabila Anda merasa mendapatkan dahaga kembali, ambillah tehnya lagi dan minumlah dengan cara yang sama seperti cara awal.”
“Woah, luar biasa! Ini adalah ilmu yang sangat bermanfaat sekali, Miss Eiren!” ungkap Nona muda putri Count Forsythia dari kerajaan Aethelred itu dengan penuh kekaguman.
“Anda sangat bermurah hati sekali terhadap kami semua dengan membagikan pengetahuan yang sangat berguna! Bahkan sampai repot-repot mengajarkannya secara langsung!” Nona Seria juga ikut menyuarakan pujiannya.
“Kalian semua tepat sekali! Ah, irinya. Saya harap, Saya bisa seperti Miss Eiren.” sahut Putri Camerine.
“Miss Eiren ini sudah sepantasnya dipanggil dengan sebutan 'Young Lady', ah tidak! Mungkin saja sudah bisa di sebut 'Lady' jika dinilai dari sifat Anda yang sangat dewasa.” pikir Putri Violegrent dengan wajahnya yang mengerut serius.
Darissa terkekeh kecil dan kembali mengucapkan rasa terima kasihnya atas pujian dari mereka semua.
“Ini bukanlah masalah yang besar, bukankah saling menolong dan berbagi pengetahuan itu adalah suatu hal dasar yang diajarkan oleh orangtua kita sedari dini?”
Hati Aira semakin memanas melihat Darissa yang tertawa riang dengan tangannya yang ia kepalkan di balik taplak meja, dia pun berpikir keras mencoba mencari cara licik untuk mempermalukan Darissa di depan umum, terutama di hadapan sekelompok gadis-gadis bangsawan dengan gengsi tinggi semacam mereka. Sebuah trik remeh yang bisa saja berdampak besar terhadap rencananya untuk mempermalukan Darissa, akhirnya muncul juga di benaknya.
“Oh ya ampun! Miss Eiren, sepertinya cangkir teh milik Anda sudah lama kosong. Bolehkah Anda mengizinkan Saya untuk menuangkan teh kesukaan Anda sebagai perwujudan rasa terima kasih? Karena Anda telah memberi kami sebuah pelajaran yang sangat berharga.”
“My goodness, Anda sangat baik sekali, Miss Qianzy!”
Rencananya sangatlah sederhana, Aira sangat yakin jika Darissa mungkin saja akan langsung menolaknya secara mentah-mentah. Jika itu terjadi, maka dia akan langsung berpura-pura menangis dengan hati yang terluka sehingga membuat Darissa dianggap orang tak sopan dan tak punya hati. Yang paling penting dari semua rencananya adalah, membuat reputasi sosialita Darissa yang setinggi langit itu jatuh menghempas tanah dengan keras.
Sementara itu, di sisi lain. Darissa yang mendapatkan tawaran mendadak dari orang yang tak terduga, merapatkan bibirnya dalam diam sambil menatap cangkir kosong miliknya dan Aira secara bergantian. Keraguan yang sangat mendalam muncul memenuhi bongkahan bola mata emasnya. Tentu saja dia tak akan percaya semudah itu, bangsawan pada umumnya tidak menuangkan teh untuk diri sendiri ataupun orang lain, karena itu adalah tugas para pelayan yang melayani mereka.
“Ah, jika Anda memang ingin melakukannya, maka silahkan saja.”
Darissa menyorongkan cangkirnya ke depan, membuat gadis berambut hijau lumut itu menekuk wajahnya sebal. Aira pikir, Darissa akan menolak tawarannya tanpa pikir panjang. Tapi tenang saja, dia sudah memiliki rencana cadangan lainnya yang sudah dia siapkan jikalau rencana pertama mengalami kegagalan seperti sekarang.
Pesta minum teh, adalah aktivitas rutin yang akan lebih sering dilakukan oleh gadis-gadis muda dari kalangan bangsawan setelah upacara kedewasaan mereka, yakni sesudah debutante di selenggarakan. Umumnya, pesta teh itu di adakan diantara waktu pagi, atau mungkin di waktu petang sesuai dengan keinginan si tuan rumah.
Lalu, apa yang akan terjadi jika salah satu pengunjung pesta teh pergi meninggalkan perjamuan yang belum selesai? Bukankah itu adalah kelakuan yang tidak terpuji? Ya, itu benar. Beranjak dari kursi sebelum si tuan rumah melakukannya saja sudah dianggap tidak sopan, apalagi jika meninggalkan pestanya.
Mari kita anggap ini adalah pesta teh resmi, dengan Putri Violegrent sebagai tuan rumahnya selaku pemilik kasta tertinggi di antara semua murid akademi. Aira membuat rencana bagus supaya Darissa pergi meninggalkan pesta teh ini, selain nantinya pusat perhatian orang-orang akan kembali tertuju padanya, Darissa akan mendapatkan kepopularitasannya yang bertengger kokoh di atas langit, menukik tajam terjun dengan bebas sampai menembus tanah membawa torehan rasa malu yang teramat sangat.
Itu adalah ide yang sangat bagus! rencana briliannya terbungkus sempurna dibalik senyuman polosnya yang dibuat-buat.
“Ini di--- oh ya ampun!”
PRAKKK!
Aira sengaja menjatuhkan sepoci teh hitam panas, di mana benda yang terbuat dari bahan keramik itu pecah berkeping-keping membuat airnya yang panas tumpah kemana-mana, tepat di hadapan Darissa.
Semuanya menjerit akibat terkejut, terutama Putri Violegrent yang sangat syok saat mendapati Darissa dengan tenangnya merentangkan kedua lengan putihnya untuk melindungi Putri itu, dari bahaya yang bisa saja melukainya.
“Mi-miss Eiren!”
Wajah oval Putri Violegrent memucat sempurna seakan-akan semua darahnya habis tersedot, mata kelamnya bergetar hebat ketika melihat tangan kiri gadis yang melindunginya itu, mulai mengalirkan darah yang terpancar dari tancapan pecahan poci yang menodai kulit putih mulus seputih porselen.
Uap panas mengepul dari gaun yang menutupi paha Darissa akibat terkena tertumpahi air teh, setelah memastikan kondisi sekitarnya, Darissa pun menghela nafas lega. Dia bersyukur kalau hanya dia saja yang terkena dampak paling besar, akan sangat mengkhawatirkan jikalau gadis-gadis lain di dekatnya juga ikut terluka akibat kesalahan fatal yang dibuat oleh Aira.
“Oh tidak! Ma-maafkan Saya! Saya tidak sengaja melakukannya, tangan Saya tergelincir dan kejadiannya begitu cepat. A-apa Anda baik-baik saja, Miss Eiren?”
Dengan gelagapan, Aira membungkukkan badannya berkali-kali untuk meminta maaf kepada Darissa. Darissa menatap tajam Aira dengan menggemeletukkan giginya kuat-kuat dalam upaya menahan amarah yang ia salurkan menjadi tonjolan urat-urat yang tertutup di balik poninya.
Disembunyikanlah tangannya yang berlumuran darah itu ke bawah kolong meja agar orang lain yang takut dengan darah tak melihatnya, diabaikannya Aira itu karena dia lebih memilih menolehkan kepalanya ke arah Putri Violegrent.
“Apa Anda baik-baik saja? Your Royal Highness? Tidak terkena pecahan keramik atau tumpahan air panas, 'kan?” tanya Darissa khawatir untuk memastikan Putri Kekaisaran agung itu baik-baik saja.
“Saya baik-baik saja karena Anda melindungi Saya, Miss Eiren. Oh bagaimana ini, tangan Anda terluka akibat tertancap pecahan itu demi melindungi Saya. Tubuh bagian bawah Anda juga yang paling banyak terkena tumpahan air panas gara-gara tidak mengelak dengan cepat, kenapa Anda tidak menghindar saja dan malah melindungi Saya?”
“Saya tidak apa-apa, Your Royal Highness. Keselamatan Anda adalah hal yang lebih utama.”
Buliran bening yang mengembun membuat manik kelam Sang Putri Violegrent itu mengkilap saat terkena sinar matahari yang hangat. Ketika melihat Darissa yang kini menundukkan kepalanya menahan rasa sakit akibat mencabut serpihan keramik secara diam-diam, membuatnya dilanda rasa marah yang memuncak.
Dia merasa kecewa terhadap diri sendiri karena telah mengakibatkan seseorang terluka, terluka di jalan untuk menyelamatkannya dari dalam bahaya. padahal Darissa bisa saja mengabaikannya, toh dia tak punya alasan untuk diselamatkan oleh orang lain karena dia berasal dari negara yang berbeda.
“Sa-saya minta maaf Miss Eiren! Saya benar-benar meminta maaf!”
Ah, tunggu sebentar. Sepertinya ada sesuatu yang menarik dari kepolosan gadis bermata ivory itu, Putri Violegrent pun menatap Aira dengan kilatan kemarahan yang terpancar dari matanya.
“Your Highness, Princess Camerine. Saya ingin meminta pertolongan dari Anda, bisakah Anda menghentikan pendarahan pada tangan Saya ini dengan menggunakan sihir penyembuh milik Anda?”Darissa memberi sinyal minta tolong kepada Putri Camerine yang duduk di sebelah kanannya Putri Violegrent, Darissa sangat mengandalkan bantuannya karena Putri Camerine itu terkenal akan sihir penyembuhannya yang sangat efektif menyembuhkan luka luar. Camerine yang wajahnya sama pucatnya dengan gadis-gadis lain, segera beranjak pergi menghampiri Darissa dengan rasa panik yang hebat melandanya.Dipeganginya tangan kiri Darissa yang terulur bercucuran darah merah segar itu ke arahnya, dengan menggunakan tangan yang menggigil seakan-akan gemetar akibat kedinginan. Mana sihir dengan aura seputih awan mengalir dari telapak tangannya dan beralih ke tangan Darissa, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sampai akhirnya pendarahan di punggung tangan kiri Darissa berhe
“Tunggu sebentar, Anda bilang saudara laki-laki? Oh, oh! Apakah yang di maksud oleh Anda itu ialah saudara kembar Anda yang terkenal akan ketampanannya?! His Royal Highness The Prince of Violegrent?!” pekik Nona Seria dengan penuh kegirangan.“Meh, dia tidak setampan itu haha! Rumornya sangat keterlaluan sekali.”“Tapi, jika Anda saja sudah secantik ini, maka sudah pasti saudara kembar Anda juga memiliki wajah yang indah nan rupawan karena memiliki rupa yang sama, 'kan? Bukankah anak kembar itu sangat identik satu sama lain bagaikan pinang dibelah dua? Bahkan seakan-akan sedang bercermin sendiri saja, benarkan?” Nona Mizumi yang sedari tadi terdiam pun ikut penasaran.“Hm, sepertinya begitu. Yang membedakan Saya dengannya adalah jenis kelamin, warna rambut dan mata, juga tingkah laku yang sangat berbanding terbalik.”“Saya dengar kalau Prince of V
Letak asrama putri tidaklah terlalu jauh, tinggal melewati bukit kecil lalu Lancient akan segera sampai. Bukit gundul yang diterangi cahaya bulan itu mempermudah langkah Lancient untuk menembus gelapnya malam, suara jangkrik dan hewan nokturnal lain saling bersahutan menemani suara pijakan kakinya yang terdengar jelas di suasana yang sepi begini.Lancient berhenti sebentar di atas puncak bukit yang lapang memandangi indahnya taburan bintang di langit malam, pikirannya melayang jauh, memikirkan tentang bagaimana nasibnya beberapa bulan ke depan.Hari kelulusan tinggal menghitung bulan, seperti yang Lancient duga dari awal, bersekolah di akademi sihir selama beberapa tahun ini akan sia-sia karena dia memang tidak ditakdirkan memiliki Mana dan tidak akan bisa menggunakan sihir.Jika dia pulang seperti itu tanpa ada kemajuan sedikit pun, lalu apa yang akan dilakukan oleh Raja padanya? Memikirkannya saja membuat Lancient sampai-sampai mengabaikan suhu tubuhnya yang m
"Hor-hormat? Menghormatiku?!” pekik Lancient tak menyangka. “Iya, itu benar sekali.” timbal Darissa sembari menatap Lancient heran. Lancient menutupi wajahnya yang bersemu merah karena merasa senang, itu karena ada orang lain yang lagi-lagi selain Fennel yang bilang kalau dia menghormatinya. Segera saja Lancient teringat dengan tujuan awalnya keluar malam-malam, dilihatnya kotak pita itu dengan ragu-ragu, lalu menyorongkannya ke arah Darissa setelah meyakinkan dirinya dalam waktu yang cukup lama. “Ini.” “Hm?” Kotak yang berisikan pita itu berpindah tangan beralih dari tangan Lancient menuju ke tangan Darissa, mata emas Darissa terfokus pada kotak berukuran sedang di tangannya dengan raut wajah senang yang tak bisa ia gambarkan. “Kenapa Anda memberikan ini kepada Saya, Your Highness?” tanya Darissa yang masih tidak percaya dengan apa yang b
“Your Majesty, His Highness The Prince Of Aethelred, Lancient Re Aethelred. Beserta pengawal pribadinya, Sir Fennel Eglantine, meminta izin untuk menghadap Anda.” ucap penjaga gerbang pintu ruangan sang Raja, mengumumkan kedatangan Lancient dan Fennel.“Biarkan Mereka masuk.”Pintu dibuka, menampilkan sang Raja yang tengah duduk di atas meja kerja dengan menyilangkan kaki dan juga memutar segelas sampanye di tangannya.Dengan rahang tegas, mata hijau tajam, dan rambut pirang berkilau, sang Raja menatap sekilas mereka berdua lalu kemudian mengangkat wajahnya meneguk segelas sampanye itu sampai habis disedot kerongkongan.Pintu tertutup rapat, para pelayan yang ada di ruangan Raja segera keluar meski tanpa di suruh, demi privasi perbincangan mereka. Sang Raja yang memiliki paras awet muda di umurnya yang memasuki kepala 4 itu, menatap datar putranya yang telah tumbuh lebih tinggi dari yang diingatnya.
“Hei Darissa, ayo jalan-jalan mencari gaun yang cocok untuk pesta debutanmu nanti.”“Debutante yah, tak terasa tinggal 1 minggu lagi. Aku masih merasa bermimpi saat pulang kembali ke sini 2 bulan yang lalu, sekarang sudah mau debut saja.”Darissa dan Alesya tengah bermain ayunan bersama di taman bunga mawar putih kediaman Marquess yang luas, daripada membaca buku atau berlatih akan hal lain yang lebih berguna untuk hari kedewasaannya, Darissa lebih memilih bermalas-malasan dan menghabiskan waktu bersama Kakak tersayang.“Kau ingin memakai gaun bergaya apa? Gaun berkerah tinggi dengan banyak pita, atau bagaimana?”“Hm, sepertinya Aku lebih suka gaya sabrina berlengan pendek dan berdada rendah, lalu bersamaan dengan ruffle yang menumpuk. Pita juga akan terlihat bagus!”“Oh, oh! Kalau begitu ayo pergi memesannya, berjalan-jalan b
Debutante, adalah pesta dansa besar yang setiap tahunnya diadakan oleh kerajaan. Biasanya, pesta itu diadakan untuk merayakan upacara kedewasaan setiap muda-mudi yang sudah siap mempersunting maupun dipersunting ke jenjang pernikahan.Adakalanya, terkadang ada kejadian bagi orang-orang yang mengikuti debutante akan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan orang yang ditemuinya di pesta sana. Terdengar sangat luar biasa, iya 'kan? Jika bisa menikah karena cinta, tanpa adanya campur tangan pernikahan politik.Hari ini, adalah hari yang akan sangat membahagiakan untuk Fennel. Hari yang telah lama ia nantikan akhirnya telah tiba, dia bahkan tidak bisa tidur semalaman suntuk hanya karena terlalu senang akan datangnya hari esok pagi.Apa yang harus ia lakukan? Apakah pakaiannya akan terlihat bagus? Bagaimana dengan cara menarinya? Lalu, seperti apa caranya berpenampilan dengan baik supaya disukai oleh Aira? Itulah sekelumit pertanyaan yang menghan
“Maukah Anda menari dengan Saya ... Sir Eglantine?”Fennel menghempaskan tubuhnya untuk duduk di kursi, berhadapan dengan Alesya. Dituangkannya kembali wine ke dalam gelas kosongnya itu, dan memutarnya bosan lalu kemudian meneguknya.“Apa Anda tidak apa-apa? Minum seperti itu di awal pesta ini?”“Terimakasih atas perhatiannya, akan tetapi Anda tidak perlu mengkhawatirkan Saya, Saya adalah tipe orang yang tidak gampang mabuk saat sedang meminum minuman keras.”“Ah, begitu ya.”Alesya memperhatikan Fennel tanpa banyak kata, diperhatikannya bibir merah yang menyentuh bibir gelas dan menghisap wine yang memabukkan itu dengan tatapan penasaran.Tak luput dari penglihatan mata emasnya, Alesya melihat tangan besar Fennel yang menonjolkan tulang dan menampilkan urat itu, sedang melingkar di badan ramping gelas kaca dengan ekspresi mu
“Akan terasa tidak nyaman jika rambut Anda menjuntai selagi asyik memakan camilan, bukan? Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Anda mengikatnya untuk sementara waktu.” Alesya kira apa, ternyata ini toh yang dimaksudkan untuk dipakai olehnya tadi? “Apa Anda ingin memanggil pelayan pribadi tadi, dan membiarkannya membantu memakaikan ini?” SRAKK~! Fennel membuka dan mengeluarkan isi dari kantung kain itu. Terdapat banyak manik-manik kecil berbentuk bunga krisan, satu sisir kecil, dan juga pita berwarna kuning cerah supaya serasi dengan warna gaun yang saat ini tengah dikenakan oleh Alesya. “Poppy ya? Dia pergi ke suatu tempat dan akan kembali lumayan lama, jadi … Saya pikir ….” Alesya menggantung kalimatnya sejenak, tuk menundukkan wajahnya yang terasa mulai bersemu kembali. Dia juga menempatkan kedua telapak tangannya di bawah meja, untuk meremas rok gaun demi menyalurkan rasa gugup tak menentu. Dengan suara yang samar lagi terdengar seperti melirih, gadis itu pun lanjut berkat
“….”Untuk beberapa waktu, Fennel mengerjapkan matanya beberapa kali selagi menahan nafasnya akibat merasa kaget.Sejujurnya, pemuda itu merasa bingung.Bukankah seharusnya Alesya merasa senang? Lantas, mengapa dia malah meresponsnya dengan meninggikan suara, serta menodongkan kepalan tangan kanan di depan mukanya sekarang???“Poppy?”“Ya? Saya mendengarkan.”Akhirnya, Fennel bisa bernafas lega kembali sewaktu Alesya menarik kepalan tangan dari depan muka, dan membalikkan badannya tuk menghadap lurus sang pelayan pribadi bernama Poppy.“Aku akan berada dalam pengawasan Tuan muda Eglantine, jadi … aku harap kau mengerti."Pelayan berambut merah ati dam bermata hijau apel muda itu menyunggingkan senyuman tipis.Dengan menundukkan kepala dan merundukkan sedikit badan, Poppy menekuk kakinya sedikit selagi mengangkat masing-masing sisi rok, tanda bahwa ia langsung menuruti titahan tanpa perlu mendengarkan penjelasan secara menyeluruh.“Selamat bersenang-senang, Milady.”Mendapati respons
“Mohon tunggu sebentar ya? Saya harus melayani beberapa pelanggan yang sudah datang lebih awal terlebih dahulu.”Sekali lagi, keadaan yang membuat suasana menjadi begitu canggung pun terjadi.Malahan, suasananya benar-benar menjadi jauh lebih kaku dari pada di luar tadi.“….”“….”Dikarenakan tempat duduk lain sudah dipadati oleh banyaknya pelanggan butik ini yang telah datang lebih awal, akhirnya … Fennel dan Alesya pun, berakhir duduk bersebelahan dalam satu sofa.Walau, yah … mereka agak menyisakan tempat kosong di tengah-tengah, sebagai sebuah jarak pemisah.GRTT~!Dalam waktu bersamaan, seperti saling berbagi pikiran, keduanya memalingkan muka masing-masing tuk melihat ke arah lain, … dengan kedua telapak tangan mengepal gugup di atas lutut.Meski begitu, sesekali … baik itu Alesya atau bahkan Fennel, keduanya sempat mencuri-curi pandang terhadap satu sama lain.Fennel terpana dengan betapa lucunya hidung Alesya yang kecil seperti hidung kucing. Sedangkan Alesya sendiri, dia terp
SHAAK~!“Apa ini …?”Rambut hitam sekelam ebony berayun dengan lembut, begitu sang empu pemilik netra hijau zamrud itu menolehkan kepalanya ke belakang.“Kenapa aku merasa merinding?” gumamnya heran, seraya mulai mengusap tengkuknya sambil memasang ekspresi wajah tidak nyaman.“Sepertinya ada yang sedang membicarakanku,” gumamnya sekali lagi, namun, kali ini ia membarenginya dengan memokuskan wajah rupawannya supaya kembali menghadap sang mentor di hadapan.Hari ini, kelas 3-2 yang sebentar lagi akan segera lulus dari akademi, tengah mengadakan kelas tambahan khusus berupa belajar berdansa.Hadirlah di sana, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, yang sengaja mengambil tempat duduk di ujung dan paling pojok, karena ia tidak dekat dengan siapa pun di angkatannya ini.Dia memerhatikan penjelasan dari mentor dengan saksama demi pengetahuannya yang pasti akan ia pergunakan di kemudian hari, sambil mencatat materi tuk sesekali.“Baiklah anak-anak. Sekarang, kita akan berlatih memeragakan mater
“Lihat! Ini rajutan buatan Saya lo~! Bagus bukan?”“Sarung tangan rajut? Untuk apa kau memakai itu? Itu kan tidak nyaman.”“Mengapa Anda mengatakan itu ketika Anda sendiri saja senantiasa mengenakannya? Sarung tangannya terbuat dari bahan kulit pula.”“….”Hari ini, Lancient memutuskan untuk makan siang dengan Ruffin dan Hisahilde saja, ketimbang dengan Aira.Dia memilih hal demikian untuk menghindari pertikaian tidak penting yang sempat bersitegang sewaktu kemarin.“Itu …! I-itu berbeda! Aku melakukannya karena ada alasan yang khusus, kan?! Aku tidak ingin kerepotan jika tak sengaja bersentuhan langsung dengan kulit kalian!”“Yah, Saya juga berpikiran seperti itu selagi merajut sarung tangan!”Namun, lihatlah.Apa yang sebenarnya ia hadapi sekarang?“Mulai sekarang kan, Saya pasti akan selalu berada di sekitar Anda, mengingat pertunangan yang terjalin bersama Putri Violegrent.”Apakah mungkin, pertikaian tidak penting itu … sedang terjadi lagi?“Saya melakukannya untuk memperkecil ke
“Aira!”Ah.Setelah semua kesulitan yang dilaluinya, berupa diabaikan dan dipermalukan oleh laki-laki yang ia coba goda, bukankah ini adalah sebuah kemenangan?“Lancient~! Huwaa!”Satu bulan tak terasa sudah berlalu, semenjak Aira menyadari bahwa Lancient ternyata tidak mengabaikan pikatannya seperti tiga anak laki-laki sebelumnya itu.Dengan saling berinteraksi satu sama lain secara dekat melalui bahasa informal disertai menyematkan nama depan, Aira yakin sekali … kalau Lancient, sekali lagi berada di pihaknya sama seperti di kehidupan mereka yang lalu.“Aira?! Apa kamu tidak apa-apa?”Benarkan? Lihat saja sekarang!Di sela-sela tangis yang sengaja ia keluarkan sejadi-jadinya tatkala menghadapi satu permasalahan ini, Aira menarik sudut bibirnya dan menyeringai puas.Bagaimana tidak?“Aku tidak baik-baik saja huwaa~! Mengapa Miss Eiren melakukan ini padaku? Mengapa ia mendorongku sampai jatuh, padahal yang aku lakukan hanya lewat di depannya saja?”Sama seperti dulu, Lancient datang s
“Semangat~! Lancient~! Semangat~!”Aira bersorak-sorai di pinggir lapangan, dekat petak bagian yang digunakan oleh ketiga anak lelaki yang sudah mengingat masa lalu mereka itu, sebagai tempat pelatihan mereka bertiga supaya mengasah kemampuan bela diri mereka agar lebih tajam lagi.Masing-masing dari mereka berdiri di tiga tempat berbeda, saling berhadapan dengan satu dan lainnya, selagi membawa senjata yang terbuat dari sihir. “….”“….”“Semangat~! Lancient~! Kyaaa~!”Selain dari anak bersangkutan yang namanya terus-menerus dipanggilkan sebagai bentuk penyemangat, ada dua anak lain.Yakni, Ruffin dan Hisahilde.Keduanya kini malah saling memandang satu dengan yang lainnya dengan tatapan serupa, yaitu, tatapan mata penuh rasa ngeri dan geli.Tak berlangsung lama, mereka pun lekas mengalihkan tatapan tersebut kepada sang pangeran berambut pirang, Lancient.“Oh, serius. Dia sangat mengganggu!” tukas Ruffin mengeluhkan isi hatinya secara blak-blakan. Sedangkan itu, Hisahilde, ….“Apa A
“A—?! Apa-apaan Anda ini?!” tegur Alesya, seraya menolehkan kepalanya ke arah samping kiri, memandang Hisahilde dengan penuh kekesalan.“Saya belum mengizinkan Anda untuk duduk di samping Saya lo~!?”Dia menghardik sang sepupu yang tidaklah berhubungan dekat dengannya itu, menggunakan bahasa formal.Struktur kalimatnya dipenuhi oleh kesopanan, memang. Namun, tidak dengan nada suara yang ia keluarkan.Mendapati yang ditegurnya tidak mengindahkan teguran itu sama sekali, malahan dia bersikap cuek bebek saja dengan mulai menyantap makanannya sendiri, … kekesalan yang Alesya rasa, kini mulai semakin memuncak.“Anda benar-benar ya …!?”Dalam hatinya, ia berpikiran bahwa dirinya memiliki niatan kurang bagus, berupa ingin menyingkirkan sepupunya itu pergi dengan cara mendorongnya dari kursi.Namun, ….“Biarkan saja, kakak.”… Berkat Darissa yang berkata seperti itu, Alesya pun akhirnya menyerah juga.“Haa … dasar.”Dia menghela nafasnya pasrah, dan lekas menukar raut muka penuh rasa keki itu
TUK! TUK!“…?”Ketukan pada salah satu meja kantin yang tengah ditempati olehnya bersama Alvina, mengalihkan perhatian dari mata hitam gelap kepunyaan sang putri dari Kekaisaran agung Violegrent, Rosalina Earlene Gina, tuk tertuju kepada si pengetuk.“Boleh minta waktunya sebentar, ….”Manik mata yang seindah batu obsidian itu terbelalak lumayan lebar, merasa tidak memercayai akan hal macam apa yang pupil matanya pantulkan.“… Your Royal Highness?”Hadir di samping mejanya sana, seorang anak lelaki pemilik warna rambut biru tua dan juga mata merah menyala, yang berdiri dengan tegap sembari menyembunyikan lipatan tangan di belakang punggungnya ala-ala ksatria.“…!”Anak lelaki itu biasanya bermuka masam dan menampilkan ekspresi tidak suka terhadap kehadiran Rosalina. Namun, kali ini justru bersikap berbeda lewat segaris senyuman tulus yang disunggingkannya, … sampai-sampai sang putri kesayangannya Kaisar Violegrent itu terperangah dengan pipi merah merekah.“U-uhm, uh.”Rosalina tidak