Empat tahun dengan cepat telah berlalu, kehidupan di akademi sihir tidak terlalu berbeda. Lancient yang tetap tak bisa menggunakan sihir tapi nilai akademiknya di bidang lain sangat unggul, lalu ada Aira yang telah tumbuh menjadi remaja yang cantik dan sering dijuluki sebagai "Si Gadis Jenius" karena pandai mengendalikan Mana.
Fennel cukup sering mengawasi mereka berdua, ada perubahan besar dalam hatinya yang perlahan terkesudah mulai terketuk oleh debaran jantung yang selalu menggebu-gebu di dada saat melihat keatraktifan Aira. Sekarang, Fennel mengerti kenapa Lancient selalu bilang padanya kalau dia tergila-gila pada gadis polos itu, Fennel menemukan dirinya sendiri juga terjerat ke dalam pesonanya Aira yang sangat luar biasa.
Akan tetapi, dia tidak boleh membiarkan perasaannya lepas kendali. Dia tidak mau membiarkan dirinya menjadi tak tahu malu karena menyukai gadis yang sama dengan tuan mudanya itu. Kalaupun memang perasaannya masih terus ada, maka dia hanya perlu mengambil langkah mundur dan mengalah saja.
Kehidupan dan kebahagiaan tuannya adalah dedikasi hidupnya, dia rela untuk berjalan di atas duri ataupun menyapu semua orang, sampai dirinya bermandikan oleh darah hanya demi menjadi pembawa kebahagiaan untuk tuannya, dia tak pernah peduli sama sekali jika memang tangannya akan terus melakukan pekerjaan kotor.
Apapun yang terjadi, seperti apapun kondisinya, Fennel dengan senang hati akan memprioritaskan kebutuhan orang yang ia layani daripada dirinya sendiri.
“Lancient, apa Kau ada di dalam?”
Suara merdu semanis madu menginterupsi pendengaran Fennel, pintu kamar asramanya Lancient dibuka dari luar sehingga menampakkan sesosok gadis cantik, dia berdiri di ambang pintu dengan kedua tangannya menenteng keranjang kecil berisi makanan ringan.
Fennel terdiam dari aktivitas membereskan tempat tidurnya Lancient, mata hijaunya bertemu dengan mata ivory milik Aira, mereka berdua saling menatap cukup lama sehingga menimbulkan kecanggungan.
“A-ah, ini ... Sa-saya membuat beberapa camilan manis. Apa Anda tertarik untuk mencobanya, Sir Eglantine? Selagi makanannya masih hangat. Karena Lancient sedang tidak ada, maka bagaimana jika Anda saja yang memakannya? Makanan ini akan terasa tidak enak untuk di makan jika sudah menjadi dingin, jangan khawatirkan bagian Lancient, karena Saya akan segera membuatkan lagi yang baru untuknya.”
“Ah, itu ....”
Dengan malu-malu, Aira menyerahkan keranjang berisi makanan ringan buatannya kepada Fennel. Hati Fennel kacau, dia dilanda kesulitan yang teramat sangat hanya untuk menentukan perasaannya.
Di satu sisi, dia merasa tidak boleh terlibat dengan gadis itu lagi untuk kedepannya, tapi di sisi lain, dia merasa tidak apa-apa untuk bersikap egois sesekali karena dia juga seorang manusia normal yang mencari kasih sayang.
“Apa mungkin ini tidak sesuai dengan selera Anda? Kalau begitu tidak apa-apa, Saya akan membuangnya saja, jadi tidak perlu memaksakan diri.”
“Tidak, bukan seperti itu—“
Dalam sekejap mata, Fennel secara alamiah mencegah Aira pergi dengan memegang pergelangan tangannya yang berukuran lebih kecil itu. Sadar telah bertindak tidak sopan, segera saja Fennel melepaskan tangannya dan menunduk meminta maaf kepada Aira.
“Ah, My apologize. Maksud Saya adalah, Saya akan sangat menghargainya jika Anda memberikannya pada Saya. Padahal Anda sudah sangat bekerja keras dalam proses membuatnya, mengingat hasil kerja keras Anda akan di buang dalam sekejap mata, bukankah itu akan terasa sia-sia?”
“Te-hee, Anda sangat bermurah hati sekali, Sir Eglantine. Semua gadis muda pasti akan segera jatuh cinta pada Anda karena kesopanan Anda, begitu pun juga dengan Saya.”
“Eh, maaf?”
Aira meraih tangan Fennel dan menaruhnya di tali keranjang, ditaruhnya telapak tangan yang selembut sutra itu di atas punggung tangannya Fennel. Dipandanginya wajah pemuda tinggi yang memiliki ekspresi kaku itu dengan senyuman lebar, lalu Aira pun kembali berkata.
“Saya menyukai Anda ... Sir Fennel Eglantine.”
Fennel tidak tahu apakah dia berhak merasakan kebahagiaan sesaat ini atau tidak? Jika dia berterus terang dan mengharapkan Aira Qianzy menjadi miliknya, lalu apa yang akan terjadi dengan Lancient? Fennel tidak boleh salah paham, mungkin saja Aira bilang menyukainya dalam hal perlakuannya terhadap orang lain, bukan mengatakan menyukainya sebagai seorang pria. Namun, terlepas dari alasan apapun itu, jujur saja kalau Fennel sangat senang mendengarnya.
“Saya merasa terhormat.”
“Nah kalau begitu Saya pamit permisi dulu, semoga harimu menyenangkan, Sir Eglantine.”
“Anda juga, Young Miss.”
Aira pergi menuju ke asramanya kembali. Sementara itu, Fennel menyimpan keranjang pemberian dari Aira di atas meja kecil yang berada tak jauh dari ranjang tempat tidurnya Lancient. Ditatapnya keranjang itu dengan mata berbinar, lalu diambilnya sekeping camilan itu dan memakannya dengan penuh rasa. Walaupun Fennel tidak suka makanan manis, dia tetap bersikeras untuk memakannya karena itu adalah pemberian dari orang yang sangat spesial.
“Hei Fennel, ternyata Kau ada di sini? Aku mencarimu kemana-mana sedari tadi! Oh, dan apa itu? Kelihatannya enak.”
Lancient yang baru saja muncul dari ambang pintu itu langsung berjalan ke arah Fennel dan melihat keranjang camilan dengan mulutnya yang mengiler.
Saat Lancient ingin mencomotnya sedikit, Fennel segera menjauhkan keranjang itu dari tangan Lancient lalu menyembunyikannya ke belakang punggungnya.
“Ah kenapa?! Bukannya Kau tidak suka makanan manis seperti itu? Berikan padaku saja, Aku akan memakannya menggantikanmu,”
“Anda salah, sebenarnya Saya juga suka memakan makanan manis seperti ini, hanya saja tidak terlalu sering,”
“Sepertinya bukan itu alasanmu untuk memakannya, hng ... mencurigakan.”
Lancient menyipitkan matanya dan melihat Fennel secara saksama dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu, mata birunya yang sejernih lautan itu melirik ke arah keranjang yang berusaha disembunyikan oleh Fennel darinya.
Lancient menarik sudut bibirnya, matanya menjadi melengkung seperti bulan sabit dan pikirannya akan Fennel telah dipenuhi oleh berbagai macam strategi jahil untuk mengerjai saudara tirinya itu.
“Itu pasti dari seorang perempuan, 'kan? Woah, sudah kuduga! Fennel kita memang sangat terkenal dikalangan gadis. Tidak mengherankan sih, selain wajah tampan dan tubuh yang bagus, Kau dapat menarik hati seorang gadis dengan mudahnya hanya dengan menggunakan suaramu itu.”
“Anda mengatakan sesuatu yang tidak penting, Your Highness.”
“Hei, hei Fennel. Beritahu Aku dong, siapa gadis yang memberimu makanan itu? Apa gadis itu adalah orang yang Kau suka?”
Fennel tersentak, netra zamrud itu bergetar tidak karuan saat Lancient terus-terusan mendesaknya untuk memberitahu siapa gadis yang memberinya keranjang camilan.
Sudah pasti itu adalah Aira, satu-satunya gadis bangsawan yang Fennel tahu karena dia lumayan dekat dengannya, tapi bagaimana caranya dia menjelaskannya pada Lancient? Mungkin saja Lancient akan kecewa terhadapnya setelah mendengarkan penjelasan darinya itu.
“Iya benar, ini adalah pemberian dari seorang gadis yang Saya sukai. Tapi sayangnya, sudah ada orang yang lebih pantas dari Saya untuk menyukai Gadis itu.” kata Fennel tenang setelah memikirkan kata-kata yang tepat dengan penuh kehati-hatian.
“Woah, ternyata Fennel juga bisa jatuh cinta.”
“Tentu saja, Anda pikir Saya itu apa?”
Lancient tertawa ringan dan menepuk-nepuk bahu Fennel bermaksud mengajaknya bercanda, karena Fennel itu terlalu serius saat menanggapi semua pertanyaan darinya.
“Tapi Fennel, bukankah Kau terlalu cepat menyerah? Jika Kau memang menyukai gadis itu, maka seharusnya Kau berusaha keras untuk mendapatkannya! tak peduli siapa pun sainganmu.”
Fennel mengatupkan mulutnya rapat-rapat, dilihatnya Lancient yang telah tumbuh menjadi seorang remaja itu dengan mata lebar.
Dia tidak pernah menyangka kalau anak kecil yang selalu bermanja-manja padanya saat masih bocah, kini telah menjadi orang yang memberinya banyak saran selayaknya orang dewasa, kelegaan dan kebahagiaan yang dirasakan di dalam dadanya pun, naik ke atas wajahnya dan menciptakan segaris senyuman tulus.
“Bagaimana bisa Saya melakukannya? Lebih baik melajang selamanya ketimbang harus melakukan hal kejam seperti itu terhadap orang yang Saya hormati di dunia ini.”
“Huh? Sebenarnya, dari tadi itu Kau lagi membicarakan siapa sih? Membuatku bingung saja.”
“Bukan siapa-siapa, hanya mungkin ... calon pemimpin suatu negara yang sangat hebat di masa mendatang?”
“Apa-apaan Kau ini, tidak jelas.” cibir Lancient pada Fennel karena tidak paham akan jalan pikirannya.
“KYAAAH!---“
Jeritan seorang gadis yang berasal dari halaman depan asrama putra terdengar sampai ke telinga Lancient dan Fennel, mereka berdua langsung berdiri saking terkejutnya saat mendengar suara itu, karena mereka sangat mengenali betul siapa pemilik suaranya.
Banyak anak murid perempuan dan laki-laki yang berkumpul mengerubuti seorang gadis berambut hijau lumut panjang yang tengah tersungkur di atas tanah memegangi kakinya yang terkilir, di sampingnya, berdirilah seorang gadis anggun bersurai biru cerah dan bermata emas berkilau menatap gadis yang terduduk itu dengan rasa jengkel.
“Oh, bukankah gadis yang terkilir itu si jenius Miss Qianzy sang pemilik sihir cahaya? Dan gadis bermata emas itu adalah si pengendali sihir api yang terkenal akan keanggunan dan kepintarannya dalam berbagai aspek?!”
“Tapi apa yang terjadi, apakah putri bungsu dari keluarga Marquess Eiren yang terhormat itu sedang mencari masalah dengan Putri Viscount yang tak bersalah?”
“Sepertinya Miss Eiren merendahkan Miss Qianzy, bagaimana bisa orang berkuasa sepertinya menindas orang yang lebih lemah? Saya sangat mengasihani Miss Qianzy.”
Omong kosong tidak berguna dari orang-orang yang memperhatikan mereka berdua keluar begitu saja, padahal mereka sama sekali tidak tahu apapun mengenai kejadian yang sebenarnya. Namun, malah seenaknya menyimpulkan kejadian dan menyalahkan orang begitu mudahnya.
Sepasang mata emas gadis muda dari keluarga Eiren itu menatap tajam Aira dengan tatapan dingin, tangannya ia simpan di depan perut dan dagunya ia angkat sedikit lebih tinggi, itu adalah penampilan yang sangat berwibawa untuk seorang anak perempuan yang usianya terbilang masih sangat muda.
“Bangunlah dan berhenti merengek seperti anak kecil, Miss Qianzy. Tingkah laku Anda yang sangat kekanak-kanakan itu akan membuat semua orang salah paham terhadap orang yang ada di dekatmu ini, jangan bilang ... kalau Anda memang sengaja ingin membuat orang-orang ini salah paham terhadap Saya?”
“Uh ... bu-bukan seperti itu, Sa-saya itu---“
“Ada apa ini?!”
Aira yang tengah menangis sesenggukan, merasa lega saat mendengar suara familiar yang semakin mendekat dan menghampirinya segera setelah melihat kondisinya, itu adalah Lancient dan Fennel.
Lancient mendekap Aira erat dalam upaya menenangkan tubuh ramping gadis itu yang terasa gemetaran. Sementara itu, Fennel berjalan ke arah "The Honourable Young Lady From Marquess Eiren's Residence" lengkap dengan tatapannya yang mengancam.
“Apakah Anda bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Yang terhormat, Miss Darissa Na Eiren?”
Darissa Na Eiren, Nona muda dari rumah Marquess Eiren yang terkenal akan mata emasnya itu menatap Fennel tanpa ekspresi yang jelas. Sebagai putri kedua dari keluarga terpandang, dia selalu melakukan tindakan sekecil apapun itu dengan sangat baik agar tidak menimbulkan masalah atau gangguan kepada siapapun, baik dirinya maupun orang lain.
Namun kini, orang-orang mencurigainya hanya karena ada gadis cengeng yang menangis di dekatnya, lalu menyimpulkan kalau dia adalah orang yang telah membuat gadis itu menangis? Ha! Apa Nona muda Qianzy itu sedang membuat lelucon? Itu sama sekali tidak membuatnya tertawa, melainkan membuatnya semakin merasa jengkel.
“My apologize, Sir Eglantine. Bukannya bermaksud menghindari masalah atau menyangkal sesuatu yang tak pernah Saya lakukan, akan tetapi, sepertinya ... apapun yang akan Saya bilang pasti tidak akan ada yang mempercayainya, kalian semua akan terus menyalahkan Saya. Itu akan sangat membuat Saya merasa terhina, melakukan hal yang sia-sia ini, tidak akan berguna sama sekali untuk keuntungan pribadi Saya. Bukankah Saya benar, Sir Eglantine?”
“Itu benar sekali, Young Miss! Anda tidak perlu membela diri jika dari awal memang tidak bersalah.” tambah Maid pribadi Darissa yang ikut mendukungnya.
“Sepertinya Miss Qianzy ini masih ceroboh untuk seorang Nona muda, apa Anda tidak pernah belajar berjalan dengan benar? Atau itu memanglah hobi Anda untuk menginjak dan tersandung dengan apa yang Anda pijak? Baiklah, kita anggap jika Anda memang sering terjatuh tanpa keinginan Anda, tapi untuk menangis kencang akibat luka yang Anda buat sendiri, bukankah itu sangat memalukan?”
Wajah sembab Aira memerah sempurna bagaikan sebuah tomat, Aira memeluk Lancient dan menangis di dekapan hangatnya karena merasa diperlakukan tidak adil dan dipermalukan di depan umum oleh Darissa.
Fennel mengepalkan tangannya menahan kesal karena sudah dikalahkan oleh seorang gadis kecil yang menggunakan sepatah dua patah kata untuk memojokkannya, setelah berpamitan kepada Lancient selaku orang yang berpangkat paling tinggi diantara kerumunan orang-orang sana, Darissa pun pergi melewati mereka tanpa lupa menanggalkan perkataan yang menusuk hati bagi siapapun yang mendengarnya.
“Waktu berhargaku terlewatkan begitu saja gara-gara orang pencari perhatian, ugh! Ayo pergi Poppy, perutku terasa mual jika berlama-lama di sini.”
“Seperti permintaan Anda, My Honourable Young Miss.” patuh Poppy sang maid yang merasa bangga akan Nona yang dilayaninya.
“....”
“Hiks ... uww ... uwaaah!”
“Aira? Apa Kau merasa kesakitan? Mana yang sakit? Ayo kita segera obati lukamu!”
Lancient segera menggendong Aira ala seorang putri dan membawanya menuju ruang perawatan dengan tergesa-gesa, sementara itu Fennel mengikuti mereka dengan raut muka yang terasa pahit akibat berusaha menyembunyikan perasaan perih dari dalam dadanya.
Ada keinginan kecil dalam lubuk hatinya yang tak bisa dia sembunyikan selamanya, andai saja dia datang lebih cepat, maka mungkin saja dialah yang akan membawa dan merawat Aira seperti yang dilakukan oleh Lancient sekarang.
•••
Darissa kembali beristirahat di kamarnya setelah seharian belajar mengendalikan Mana-nya untuk bisa segera menggunakan sihir api. Hari ini jauh lebih melelahkan dari biasanya, mungkin karena ada kejadian menjengkelkan tadi sore, sehingga membuat darahnya mendidih sampai rasa letih pada tubuhnya meningkat dua kali lebih banyak.
Saking kesalnya tadi, hampir saja dia benar-benar memukuli gadis sok polos itu menggunakan parasol miliknya. Dia dicurigai telah mendorong gadis itu sampai-sampai membuat kakinya bengkak akibat terkilir, padahal itu salahnya sendiri yang jatuh akibat kecerobohannya dan tersungkur tepat di belakang Darissa.
Jika memang ujung-ujungnya dia akan tetap disalahkan seperti ini atas perbuatan yang tak pernah ia lakukan, akan lebih baik jika dia sekalian menampar wajah yang dialiri air mata buaya itu menggunakan kipas lipatnya tadi.
“Miss, ada surat untuk Anda dari Lady Alesya.”
Poppy muncul membawa nampan berisi sepoci teh dan beberapa makanan ringan, tak terkecuali ada sepucuk surat juga terlibat di atasnya.
“Dari Kakakku? Benarkah?”
Ekspresi mendung Darissa barusan, mendadak berubah drastis setelah mendengar nama Kakak perempuannya disebutkan, itu adalah surat dari Kakaknya yang tersayang.
Penerus kekuasaan Marquess dan calon Marchioness muda, namanya adalah ... Alesya Eilaira Na Eiren.
/”Waktu cepat sekali berlalu ya? Lihatlah keluar, musim panas sekarang sudah menjadi kesekian kalinya yang kulalui tanpa keberadaanmu 4 tahun terakhir ini. Ah, Aku kesepian tanpamu, kapan sih adik kecilku yang manis itu kembali ke pelukan kakaknya yang cantik jelita ini?”/“Hihi, Kakak masih sama seperti biasanya. Selalu memuji dirinya sendiri di setiap surat yang ia berikan padaku, apa dia tidak memikirkan kata-kata lain selain ini?”Darissa terkikik kecil membaca surat dari kakaknya itu, sepucuk surat yang menjadi penebus rindu./”Kesehatanku sudah mulai membaik daripada sebelumnya, sekarang Aku tidak terlalu sering berbaring di kasur dan mengurung diri di kamar tahu! Setelah Kau lulus dari akademi, ayo lakukan semua hal yang ingin Kau lakukan bersamaku dulu! Seperti piknik di musim panas, menanam dan melihat bunga-bunga cantik di musim semi, berjalan bersama saling berganden
“Satu langkah ke kanan, mundur dua langkah ke belakang. Berputar sekali, lalu langkah pentingnya adalah jangan menginjak pasangan menari kalian.” instruksi seorang guru menari.Hari kelulusan sudah hampir di depan mata, akademi sihir yang tahu kalau anak murid lulusan mereka akan segera menggelar pesta debutante itu, sengaja mengadakan pelatihan dansa di akhir pekan. Berlatih menari akan lebih baik jika dilakukan sedari dini, karena setiap langkah yang ditunjukkan di depan pasangan menarimu, akan sangat mempengaruhi karakteristikmu.THOMP!“Uh, Your Highness! Anda menginjak kaki Saya lagi,”“Uwah, maaf.”Entah sengaja melakukannya karena dendam pribadi, atau memang benar-benar tidak sengaja, Lancient menginjak kaki pasangan latihan menarinya yang tak lain adalah Darissa.Ada kelegaan kecil yang terpancar dari raut mukanya L
"Menjinakkan Tunangan Posesif"Judul dari light novel online yang terkenal di kalangan anak muda-mudi penggemar setia aplikasi orange, ceritanya sangat booming dan populer di mana-mana. Dengan berisikan 163 bagian, novel itu dikarang oleh seorang penulis novel bernama pena "Rui Lean."Novelnya menembus pasar industri hiburan yang sangat luas dengan dijadikan buku cetak, diilustrasikan jadi komik dan visual novel, bahkan sampai diadaptasi jadi film layar lebar.Penggemarnya sangat banyak, berasal dari berbagai macam tempat. Termasuk, seorang gadis biasa berpenampilan sederhana yang tinggal di rumah kumuh ini, sebut saja namanya Mariana.Dia selalu mengenakan kacamata tebal, wajahnya juga dipenuhi oleh jerawat. Dia selalu tinggal di rumahnya terus karena dia adalah seorang pengangguran yang kerjanya hanya tiduran memainkan ponsel yang dia punya hasil dari menghutang. Gadis itu, sangat tergila-gila dengan salah satu karakter novel
Matahari pagi membumbung cerah di angkasa, para gadis muda dari kalangan bangsawan di-3 negara yang saling bersebelahan itu, tengah mengadakan latihan pesta teh di halaman depan asrama putri. Di salah satu meja bundar yang ditempati tujuh orang itulah, berkumpul para gadis-gadis dari keluarga terpandang.“Miss Eiren, Anda menari dengan sangat luar biasa kemarin! Saya sampai terkagum-kagum dengan setiap derap langkah kaki Anda yang indah itu, keindahannya bagaikan seorang peri bunga yang menari-nari di udara.”Putri pertama dari kekaisaran Violegrent yang sangat berkuasa, memuji tarian Darissa yang ia lihat sewaktu kemarin. Dengan manik kelamnya yang sehitam batu obsidian, Putri itu menatap Darissa penuh dengan kilauan kekaguman di mata bulatnya.“Itu benar sekali, sepertinya Saya tidak akan bisa menandingi kehebatan tarian Anda. Hoho, Miss Eiren. Lain kali, bisakah Anda mengajari Saya cara
“Your Highness, Princess Camerine. Saya ingin meminta pertolongan dari Anda, bisakah Anda menghentikan pendarahan pada tangan Saya ini dengan menggunakan sihir penyembuh milik Anda?”Darissa memberi sinyal minta tolong kepada Putri Camerine yang duduk di sebelah kanannya Putri Violegrent, Darissa sangat mengandalkan bantuannya karena Putri Camerine itu terkenal akan sihir penyembuhannya yang sangat efektif menyembuhkan luka luar. Camerine yang wajahnya sama pucatnya dengan gadis-gadis lain, segera beranjak pergi menghampiri Darissa dengan rasa panik yang hebat melandanya.Dipeganginya tangan kiri Darissa yang terulur bercucuran darah merah segar itu ke arahnya, dengan menggunakan tangan yang menggigil seakan-akan gemetar akibat kedinginan. Mana sihir dengan aura seputih awan mengalir dari telapak tangannya dan beralih ke tangan Darissa, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sampai akhirnya pendarahan di punggung tangan kiri Darissa berhe
“Tunggu sebentar, Anda bilang saudara laki-laki? Oh, oh! Apakah yang di maksud oleh Anda itu ialah saudara kembar Anda yang terkenal akan ketampanannya?! His Royal Highness The Prince of Violegrent?!” pekik Nona Seria dengan penuh kegirangan.“Meh, dia tidak setampan itu haha! Rumornya sangat keterlaluan sekali.”“Tapi, jika Anda saja sudah secantik ini, maka sudah pasti saudara kembar Anda juga memiliki wajah yang indah nan rupawan karena memiliki rupa yang sama, 'kan? Bukankah anak kembar itu sangat identik satu sama lain bagaikan pinang dibelah dua? Bahkan seakan-akan sedang bercermin sendiri saja, benarkan?” Nona Mizumi yang sedari tadi terdiam pun ikut penasaran.“Hm, sepertinya begitu. Yang membedakan Saya dengannya adalah jenis kelamin, warna rambut dan mata, juga tingkah laku yang sangat berbanding terbalik.”“Saya dengar kalau Prince of V
Letak asrama putri tidaklah terlalu jauh, tinggal melewati bukit kecil lalu Lancient akan segera sampai. Bukit gundul yang diterangi cahaya bulan itu mempermudah langkah Lancient untuk menembus gelapnya malam, suara jangkrik dan hewan nokturnal lain saling bersahutan menemani suara pijakan kakinya yang terdengar jelas di suasana yang sepi begini.Lancient berhenti sebentar di atas puncak bukit yang lapang memandangi indahnya taburan bintang di langit malam, pikirannya melayang jauh, memikirkan tentang bagaimana nasibnya beberapa bulan ke depan.Hari kelulusan tinggal menghitung bulan, seperti yang Lancient duga dari awal, bersekolah di akademi sihir selama beberapa tahun ini akan sia-sia karena dia memang tidak ditakdirkan memiliki Mana dan tidak akan bisa menggunakan sihir.Jika dia pulang seperti itu tanpa ada kemajuan sedikit pun, lalu apa yang akan dilakukan oleh Raja padanya? Memikirkannya saja membuat Lancient sampai-sampai mengabaikan suhu tubuhnya yang m
"Hor-hormat? Menghormatiku?!” pekik Lancient tak menyangka. “Iya, itu benar sekali.” timbal Darissa sembari menatap Lancient heran. Lancient menutupi wajahnya yang bersemu merah karena merasa senang, itu karena ada orang lain yang lagi-lagi selain Fennel yang bilang kalau dia menghormatinya. Segera saja Lancient teringat dengan tujuan awalnya keluar malam-malam, dilihatnya kotak pita itu dengan ragu-ragu, lalu menyorongkannya ke arah Darissa setelah meyakinkan dirinya dalam waktu yang cukup lama. “Ini.” “Hm?” Kotak yang berisikan pita itu berpindah tangan beralih dari tangan Lancient menuju ke tangan Darissa, mata emas Darissa terfokus pada kotak berukuran sedang di tangannya dengan raut wajah senang yang tak bisa ia gambarkan. “Kenapa Anda memberikan ini kepada Saya, Your Highness?” tanya Darissa yang masih tidak percaya dengan apa yang b
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena