"Mereka selalu saja seperti itu. Apa mereka pikir aku bodoh?" ucap seorang gadis yang memakai seragam sekolah sedang berdiri di bawah tangga, sembari melihat ke arah lantai atas.Raisa benar-benar melupakan usia putrinya yang sudah menginjak remaja. Dia sama sekali tidak memikirkan dampak kebebasannya dalam mengekpresikan hasratnya bersama Sean, dapat berpengaruh pada pertumbuhan putrinya. Sering sekali Sera memergoki ibunya dan Sean sedang beradegan panas dengan bebasnya. Bahkan dia tidak berani bertanya atau pun memprotesnya.Seperti saat ini, suara lenguhan dan desisan yang keluar dari mulut mereka berdua, terdengar sangat jelas di telinga gadis remaja itu. Bukan makanan yang dihidangkan oleh sang ibu padanya ketika dia pulang sekolah dalam keadaan lapar, melainkan gadis itu disuguhi dengan pertunjukan panas dari sepasang orang dewasa yang tinggal bersamanya.Awal melihat ibunya sedang memadu kasih dengan pria yang dianggapnya sebagai ayah, tentu saja dia ada sangat kaget. Sera, ga
Hero, cucu dari keluarga Mayer yang menjadi incaran para kaum hawa, kini sedang bersama dengan seorang gadis cantik di dalam mobilnya. Aura kebahagiaan terlihat jelas pada wajahnya. Bahkan senyumannya tidak pernah pudar menghiasi wajah tampannya.Gadis cantik bermata almond yang sedang duduk di samping pengemudi, terlihat malu-malu dengan semburat merah di wajahnya. Gadis periang itu seketika membisu, sejak sang pemilik mobil tersebut memuji penampilannya dan mengungkapkan perasaannya."Kenapa kamu diam saja, Serena?" tanya si pengemudi, tanpa melihat ke arahnya.Sontak s,,,aja gadis cantik yang sedang melamun itu terkesiap. Tanpa sadar dia pun berkata,"Tidak. Kata siapa aku diam?"Seketika Hero mengernyitkan dahinya. Pemuda itu menghentikan mobilnya di tepi jalan, sehingga membuat sang gadis bertambah kaget dan salah tingkah."Biasanya kamu sangat ceria dan banyak sekali bicara. Tapi, kenapa sekarang kamu jadi diam begini? Apa ada masalah? Atau kamu sedang sakit?" tanya pemuda terse
Wanita paruh baya yang terlihat cantik, awet muda dan elegan itu tersenyum manis mendengar sang putra memperkenalkan seorang gadis padanya. Tidak bisa dipungkirinya, hatinya sangat senang melihat putra kesayangannya telah memiliki kekasih hati yang terlihat tidak biasa. Celine merupakan wanita yang sangat jeli dalam menilai, sehingga dia bisa langsung menilai seseorang ketika bertemu dan berbicara dengannya. Tentu saja dia mempelajari semua itu dari sang mertua, Antonio Mayer."Celine Federick Mayer, mama dari Hero Federick Mayer," tukas wanita paruh baya tersebut, sembari mengulurkan tangannya pada gadis yang berdiri di samping sang putra.Dengan sedikit gemetar, gadis tersebut menjabat tangan wanita paruh baya yang telah menyebutkan namanya, seraya berkata,."Saya Serena, Tante. Senang bertemu dengan Tante. Maaf, jika tangan saya gemetar. Saya gugup berkenalan dengan wanita secantik dan sehebat Tante. Saya sangat senang dan merasa sangat terhormat bisa menjabat tangan Tante."Sontak
Seketika semburat merah terlihat pada wajah Serena. Dia merasa sangat malu dengan gerakan refleknya yang sudah dua kali mengenai Hero. Terlebih lagi pertanyaan yang dilontarkan Hero padanya, seolah pemuda tersebut sedang menyindirnya. Tanpa berpikir panjang, gadis berparas ayu itu beranjak pergi meninggalkan sang pemuda yang sedang menahan tawa melihat ekspresi malu dari gadisnya."Seren! Mau ke mana?!" seru Hero padanya."Sayang! Tunggu!" seru Hero kembali, ketika sang gadis berpura-pura tidak melihatnya.Mendengar seruan dari Hero yang memanggil dengan sebutan sayang, seketika semua pasang mata tertuju pada pemuda tampan tersebut, dan pandangan mata mereka mengikuti arah pandang Hero yang sedang menatap seorang gadis di depannya."Apa gadis itu yang dipanggil sayang oleh Hero?" "Siapa dia?""Apa gadis itu dari kalangan kita?""Jika memang dia dari keluarga terpandang, tidak mungkin kita tidak mengenalnya.""Tapi dia sangat cantik. Pamtas saja jika seorang Hero bisa menyukainya."Te
Hari-hari pun berlalu. Sera masih saja terbayang akan apa yang dilihatnya waktu itu. Semua yang dilakukan oleh Raisa bersama dengan Sean, masih saja terbayang jelas di pikirannya. Gadis polos nan lugu itu, kini semakin penasaran. Terlebih lagi, sang ibu mengatakan jika yang mereka lakukan adalah untuk bersenang-senang. "Apa aku harus melakukannya jika ingin merasakan suatu kesenangan?" guma gadis tersebut, sembari memegang dada yang merasakan debaran jantungnya semakin cepat. Sera tumbuh tanpa peran serta orang tua pada umumnya. Raisa hanya memberinya makan, memberinya tempat tinggal dan menyekolahkannya saja, tanpa melakukan perannya sebagai seorang ibu dengan baik. Bukan hanya itu saja, selama ini dia tidak pernah merasakan peran seorang ayah. Sean hanya orang asing yang tinggal bersama mereka. Bahkan Sean mengatakan bahwa rumah dan sebagainya adalah miliknya, sedangkan Raisa dan putrinya hanya menumpang, sehingga mereka berdua harus mau bekerja sesuai perintah sang tuan ruma
"Apa ada Sera di dalam? Aku mencarinya di mana-mana, tapi tidak ada. Padahal baru saja dia masuk ke dalam toko," tanya seorang pemuda pada seorang wanita dewasa yang sedang berdiri di depan pintu ruangan si pemilik toko.Wanita tersebut menghentikan tangannya yang sedang mengetuk pintu, dan menoleh ke arah sumber suara. RT"Sera? Hari ini aku belum melihatnya sama sekali. Apa dia sudah datang?" tanyanya sembari mengernyitkan dahi."Aneh. Kami tadi sudah bertemu. Apa aku salah lihat?" gumam sang pemuda, sembari menggaruk rambutnya.Wanita yang berusia sekitar dua puluh lima tahun tersebut menggelengkan kepalanya, dan tersenyum melihat ekspresi wajah bingung dari pemuda itu. Kemudian dia teringat kembali tujuannya mencari si pemilik toko. Dia kembali mengetuk pintu, dan berseru,"Bos, tolong buka pintunya. Saya ada perlu sebentar. Ada yang ingin saya bicarakan pada Bos."Mendengar seruan dari salah satu pekerja yang berada di luar pintu ruangan tersebut, membuat Sean mencoba menghentika
"Tapi jangan sampai Raisa tahu tentang kita. Kamu pasti sangat mengerti apa yang dilakukan oleh Raisa jika dia mengetahui tentang kita," tutur Sean, sembari menatap lembut pada sang gadis.Perlahan kepala Sera mengangguk. Akan tetapi, dalam hati dia tidak mau mengakhiri segalanya. Dia merasakan kenyamanan bersama dengan pria yang merupakan partner ranjang sang mama. Kini dia mengerti arti bersenang-senang yang selalu dilakukan oleh mamanya bersama pria tersebut. Dia menyukai perasaannya saat ini, perasaan yang tidak pernah dirasakannya selama ini.Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara pintu yang diketuk dari luar. Dengan segera Sean menarik tubuh sang gadis, agar turun dari atas tubuhnya, seraya berkata lirih,"Cepat pakailah pakaianmu, dan jangan bersuara."Dengan berat hati Sera pun menurut. Dalam keadaan tubuhnya yang polos, gadis tersebut tanpa ragu berjalan mengambil lingerie dan pakaiannya yang tercecer di lantai. Pandangan mata Sean masih saja tidak bisa lepas dari tubuh molek
Celine terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajah serta lehernya. Mimpinya terasa begitu nyata, hingga dia benar-benar merasa sedang berada dalam mimpinya.Dave membawa sang istri dalam pelukannya, seraya berkata,"Tenanglah. Itu hanya mimpi. Semuanya akan baik-baik saja."Namun, sang istri masih tetap merasa ketakutan. Bagaimana tidak, dia didatangi oleh Sean, mantan suaminya yang sekarang menjadi adik iparnya. Pria itu terlihat sangat marah dan ingin membalas dendam padanya. Entah mengapa dari ekspresi wajah sang mantan suami terlihat begitu mengerikan baginya. Dave mendekap erat tubuh wanita yang menjadi kekasih hatinya, berusaha untuk menenangkannya. Tentu saja dia tidak bisa tenang mendengar nama sang adik yang pernah menjadi suami dari istrinya, kini hadir di dalam mimpi sang istri. Ingin rasanya dia menanyakan mimpi itu pada wanitanya. Hanya saja dia merasa saat ini bukan waktu yg tepat, sehingga dia mengurungkannya."Dave, aku mimpi buruk," ucap sang istri, sembari