Celine terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajah serta lehernya. Mimpinya terasa begitu nyata, hingga dia benar-benar merasa sedang berada dalam mimpinya.Dave membawa sang istri dalam pelukannya, seraya berkata,"Tenanglah. Itu hanya mimpi. Semuanya akan baik-baik saja."Namun, sang istri masih tetap merasa ketakutan. Bagaimana tidak, dia didatangi oleh Sean, mantan suaminya yang sekarang menjadi adik iparnya. Pria itu terlihat sangat marah dan ingin membalas dendam padanya. Entah mengapa dari ekspresi wajah sang mantan suami terlihat begitu mengerikan baginya. Dave mendekap erat tubuh wanita yang menjadi kekasih hatinya, berusaha untuk menenangkannya. Tentu saja dia tidak bisa tenang mendengar nama sang adik yang pernah menjadi suami dari istrinya, kini hadir di dalam mimpi sang istri. Ingin rasanya dia menanyakan mimpi itu pada wanitanya. Hanya saja dia merasa saat ini bukan waktu yg tepat, sehingga dia mengurungkannya."Dave, aku mimpi buruk," ucap sang istri, sembari
Setelah kejadian di dalam ruang kerja Sean, hubungan Sera dan pria yang tinggal dengannya itu semakin dekat. Bahkan karena nyeri pada daerah intinya, terpaksa Sean menggendongnya hingga mereka pulang bersama dengan menggunakan taksi. Kebetulan sekali Raisa masih disibukkan dengan pekerjaannya di dapur, sehingga Sean bisa menggendong Sera untuk mengantarkannya masuk ke dalam kamar. Ketika makan malam, Sera tidak keluar untuk makan bersama dengan Raisa dan juga Sean. Sesuai dengan perintah Sean, dia harus berada di dalam kamar agar sang ibu tidak curiga ketika melihat cara berjalannya yang sedikit berbeda. Raisa tidak memperdulikan putrinya. Menurutnya, Sera akan keluar dengan sendirinya jika dia merasa lapar, karena dia bukan lagi seorang bayi yang harus disuapi tepat waktu. Sedangkan Sean, dia tetap bersikap seperti biasanya. Sejak awal memang dia tidak pernah menganggap Sera sebagai anaknya. Dan sekarang, dialah yang memetik madu mahkotanya. Keesokan harinya, Sean berencana untu
"Mendapatkan hatinya?" celetuk Sera sambil mengernyitkan dahinya."Iya, benar. Kamu harus berusaha untuk mendapatkan hati pemuda tadi. Apa kamu bisa melakukannya?" tanya Sean sembari tersenyum pada sang gadis.Sera menatap serius pada pria yang sedang berbicara padanya. Dari dalam matanya tersirat kebingungannya. "Kenapa kamu diam? Apa kamu tidak merasa tertarik pada pemuda tadi? Dia sangat tampan, kaya dan asal kamu tahu saja, hotel ini adalah miliknya. Apa kamu tidak ingin memiliki pemuda seperti dia?" tanya Sean yang mencoba menjawab kebingungan sang gadis.Seketika mata Seta terbelalak. Dia merasa kaget mendengar betapa hebatnya pemuda yang disebut Sean sebagai putranya. "Bukankah tadi Om memanggilnya dengan sebutan putra? Apa dia benar-benar anak Om Sean?" tanya sang gadis menyelidik.Sean tersenyum getir. Dia mengingat kembali akan peristiwa di masa lalunya. Mengingat akan pernikahan sempurnanya dengan Celine, mengingat hasil tes yang menyatakan bahwa Hero bukanlah anak biolog
Sera duduk berhadapan dengan pria yang berada di dalam ruangan HRD. Dengan gaya menggodanya, dia mengatakan keinginannya untuk melamar pekerjaan di hotel tersebut. Pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kebesarannya menatap Sera tanpa berkedip sedikit pun. Dia berusaha untuk terlihat tegas dan berwibawa. "Bisa saya lihat CV kamu?" tanya pria tersebut dengan sedikit gugup melihat bagian dada sang gadis yang sebagian menyembul dan terpampang jelas di hadapannya. "Maaf, Pak. Saya tadi terburu-buru datang ke sini, sehingga tidak membawa apa pun sekarang," jawab Sera dengan wajah memelas.Melihat wajah sang gadis yang terlihat sangat membutuhkan pekerjaan, membuat pria tersebut sedikit goyah. Akan tetapi, dia tidak bisa begitu saja menerimanya."Lebih baik kamu segera ambil di rumah, dan kembalilah ke sini untuk melamar pekerjaan," ucap pria paruh baya tersebut dengan sedikit tegas.Ketegasan sang HRD sangat terkenal di hotel itu. Akan tetapi, pria tersebut sedikit goyah pada gadis
Sera tidak peduli pada cuitan beberapa waiter dan waitress yang sedang membicarakannya. Mereka semua mengadu pada SPV mengenai penampilan Sera saat ini."Suruh saja dia ganti dengan seragam yang seharusnya. Jika memang pekerjaannya tidak layak, maka ada alasan yang tepat untuk kita menolaknya," tutur seorang pria yang menjadi SPV mereka.Beberapa waitress mencebik kesal mendengar keputusan tersebut. Bagi mereka penampilan Sera sangat mengganggu, karena dapat menyita perhatian para kaum lelaki. Tidak hanya itu saja, penampilan Sera dapat memperburuk citra kaum waitress hotel tersebut. Mereka tidak ingin mendengar bahwa waitress di hotel itu menggoda para tamu dengan penampilannya yang seperti wanita penggoda."Di mana dia?" tanya salah seorang waitress yang akan memberi Sera seragam untuk dipakainya.Pandangan matanya menyusuri sekelilingnya untuk mencari keberadaan pekerja baru yang akan turut serta membantu mereka pada pesta kali ini. Akan tetapi, dia tidak menemukan sosok Sera yang
"Jadi ini ruangan anak Om Sean. Aku harus memikirkan strategi baru untuk bisa mendapatkannya. Persetan dia sudah bertunangan apa belum," gumam Sera yang sedang mengintip kondisi dalam ruangan tersebut dari balik pintu.Tanpa sadar matanya berbinar melihat sosok pemuda yang memakai setelan jas berwarna navy dari brand ternama. Dia terpesona pada pemuda yang terlihat sangat sempurna, tanpa kekurangan sedikit pun. "Jika memang dia nantinya akan menjadi milikku, maka aku tidak akan melepaskannya. Dia sangat sempurna. Aku tidak akan kekurangan apa pun jika menjadi istrinya. Dan tentu saja aku juga bisa bersenang-senang dengan keduanya. Ayah dan anak," ucapnya lirih, sembari tersenyum membayangkan dirinya sedang dimanjakan oleh Sean dan juga Hero.Tiba-tiba terdengar suara deheman yang berasal dari belakangnya. Sontak saja dia menutup wajahnya dengan menggunakan tumpukan kain yang dibawanya, dan meninggalkan tempat tersebut tanpa menoleh ke arah belakang."Semoga orang tadi tidak melihat w
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum