"Rendi. Kamu tidak akan mengatakan semuanya pada si Bos, kan?" tanya salah satu di antara mereka, mencoba mengiba pada pria tersebut.Sang asisten dari bos mereka, hanya tersenyum tipis, dan melihat mereka satu per satu, seolah sedang menandai wajah mereka semua. "Jika kalian setakut ini, kenapa kalian tidak langsung menemui Bos dan memberitahukan hasil pertemuan kalian dengan perusahaan-perusahaan itu?" tanya Rendi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.Mereka semua hanya saling menatap, tidak bisa menjawab atau pun menjelaskan kekhawatiran mereka ketika bertemu dengan sang CEO."Jika aku adalah kalian, lebih aku menghadapinya sekarang daripada nanti atau pun besok. Toh juga sama saja. Kalian juga nantinya berhadapan dengan beliau. Itu juga kalau kalian masih mau bekerja di sini. Jika kalian sudah tidak mau bekerja di sini, kalian tidak perlu lagi menghadap beliau," tutur Rendi sembari menahan senyumnya melihat ekspresi dari mereka semua.Seorang pria berkacamata, meletakkan
Mata Antonio Mayer dan Andra saling bertemu. Mereka berdua saling menatap, mencari tahu jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam kepala masing-masing."Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Antonio pada Andra yang masih beradu pandang dengannya."Saya rasa baru pertama kali ini. Apa mungkin wajah saya yang terlalu pasaran?" tanya balik Andra sembari terkekeh.Pria paruh baya yang duduk di hadapannya pun ikut terkekeh menanggapi lelucon yang diberikan olehnya. Setelah candaan mereka usai, Antonio mulai memberitahukan tujuannya mengadakan pertemuan dengan perusahaan CF.'Ada apa ini? Kenapa ini terkesan seperti sebuah hadiah bagi Bos Celine? Apa Tuan Mayer sengaja menjebak kami, atau memang beliau tidak tahu apa pun tentang kami? Sepertinya kami harus tetap waspada. Kami tidak boleh lengah sedikit pun. Tuan Mayer dan perusahaannya bukan lawan yang mudah untuk ditaklukan,' batin Andra yang terlihat kaget mendengar tawaran dari Antonio."Bagaimana? Apa anda bersedia menerima tawaran
Kabar yang diberikan oleh pihak perusahaan CF pun telah sampai pada Antonio Mayer."Bagaimana, Pak Antonio? Apa kita segera memprosesnya?" tanya sang asisten padanya."Apa kamu sudah menggali lebih dalam lagi tentang perusahaan ini?" tanya balik Antonio pada asistennya.Sang asisten menggelengkan kepalanya, seraya berkata,"Saya belum sempat mendapatkan informasi apa pun."Antonio terdiam. Dia memikirkan ulang keputusannya. Satu hal yang tidak diinginkannya adalah penyesalan.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pada pintu ruangannya, dan masuklah putra pertamanya yang berjalan masuk menghampirinya."Ada apa, Pa? Sepertinya ada hal yang sangat serius," ujar Dave ketika sudah berdiri di depan meja kerja sang papa."Duduklah, Dave. Papa ingin menanyakan pendapatmu," tukas pria paruh baya tersebut dengan serius.Sang putra pertama pun segera duduk di kursi yang ada di depan sang papa. Dia pun menatap serius pada presdir perusahaan tersebut, dan berkata,"Ada masalah apa, Pa?"Antonio meliha
Sean marah dengan keputusan dari sang papa yang sepihak, tanpa meminta pendapatnya. Sontak saja dia berdiri dari duduknya, seraya berkata,"Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikan Celine!""Sampai jumpa di pengadilan!" sahut Celine menyertai kepergian sang suami.Sean tidak menoleh. Dia tetap berjalan dengan membawa amarahnya yang sudah merajai hatinya. Jika dulu, ada tempat yang ditujunya ketika sedang bertengkar dengan sang istri. Akan tetapi, sekarang tempat itu pun menjadi tempat yang paling dibencinya. Raisa, wanita yang selalu memanfaatkan keadaan ketika Sean dan istrinya sedang dalam masalah. Dia suka rela menjadi tempat persinggahan dari CEO perusahaan MY dengan tujuan tertentu. Dan dengan mudahnya Sean tergoda olehnya.Kini, putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, hanya mempunyai kamarnya untuk tempat persembunyian. Dia berteriak, mengumpat dan memporak porandakan isi kamarnya untuk melampiaskan kemarahannya.Keadaan dalam kamarnya saat ini hancur berantakan, sama sep
Dengan rasa penasaran pada amplop yang dipegangnya, tanpa meminta ijin dari Sean, Anna pun membukanya. Seketika wanita paruh baya itu, menghela nafasnya membaca lembaran kertas yang diambilnya dari dalam amplop tersebut. "Aku memang sudah menduga jika surat dari pengadilan agama adalah surat panggilan untuk persidangan perceraian mereka, tapi aku tidak mengira jika Sean melewatkan pertemuan pertama mereka," gumamnya sembari menatap nanar pada lembar kertas tersebut."Ada apa, Ma? Kenapa Mama sampai berdiri di depan pintu seperti ini?"Suara tegas seorang pria yang familiar di telinganya, mampu mengalihkan perhatian sang nyonya besar dari lembaran kertas yang sedang dibacanya."Eh, Papa. Bikin kaget Mama saja," ucap wanita paruh baya tersebut sambil menghela nafasnya.Antonio terkekeh melihat ekspresi sang istri. Pria paruh baya itu pun mendaratkan bibirnya pada kedua pipi wanita pujaan hatinya. Kemudian dia berkata,"Apa yang sedang Mama bawa?"Anna memberikan lembaran kertas tersebu
"Ajukan banding, dan siapkan tim kuasa hukum terbaik untuk menanganinya!" perintah Sean pada seorang pria yang berdiri di sebelahnya."Baik. Akan kami siapkan tim terbaik untuk menangani kasus anda," ucap sang pengacara dengan sangat yakin.Sean menatap penuh amarah pada wanita yang kita telah berstatus menjadi mantan istrinya. Dia merasa dirugikan dengan hasil putusan sidang hari ini. Beberapa kali dia mengelak datang dengan alasan kesibukannya. Begitu pula pada saat mediasi. Dia melewatkannya begitu saja.Namun, pada saat mediasi, Celine sengaja mempersulit Sean dengan urusan kantornya, sehingga dia tidak bisa datang menghadiri mediasi bersamanya.Celine tersenyum melihat kemarahan dari mantan suaminya. Semua persyaratan yang diajukan olehnya disetujui oleh pengadilan. Tiba-tiba dia teringat akan janjinya. Dilihatnya jam yang melilit di tangan kanan. Seketika dia terhenyak melihat waktu yang sudah berlalu dari jam pertemuannya dengan Antonio.Dengan cepatnya dia bergegas keluar dari
Celine tertegun mendengar perkataan dari sang mantan mertua. Pasalnya, pria paruh baya tersebut masih saja menyuruhnya untuk menikah dengan putra pertamanya. Alasannya hanya satu, mereka tidak ingin kehilangan cucu laki-laki yang menjadi kebanggaan dari keluarga Mayer. Kini, dia merasa seperti terperangkap oleh jebakannya sendiri. Bukan karena tidak menyukai Dave atau tidak mau menikah dengannya, hanya saja dia tidak ingin perceraian dan pernikahannya menjadi buah bibir orang banyak, sehingga nantinya membuat Hero mendapatkan cibiran di kalangan masyarakat luas.Kebimbangannya dapat terlihat jelas oleh Antonio. Mantan mertua laki-lakinya itu sangat mengerti alasan penolakan dari mantan menantunya. "Kamu kira kami tidak memikirkan tentang kalian? Kami sudah memikirkan semuanya," ujar sang Presdir dari perusahaan Mayer, sembari menyeringai."Apa maksudnya, Pa?" tanya Celine yang kembali memanggil Antonio dengan panggilan seperti biasanya.Antonio tersenyum melihat mantan menantunya se
Andra segera memerintahkan pada kuasa hukum mereka untuk membuat ulang surat perjanjian seperti yang diinginkan oleh Antonio Mayer. Sesuai dengan perintah Celine, surat perjanjian tersebut harus diterimanya sore hari, paling lambat sebelum jam makan malam diadakan.Di dalam kamarnya, janda dari Sean Mayer itu terlihat kebingungan. Beruntungnya sang buah hatinya tidak pernah rewel ketika ditinggalkannya bersama dengan sang nenek. Hanya sebentar saja Hero bermain dengan Anna. Setelah itu, bayi mungil tersebut ditidurkan oleh neneknya di dalam kamarnya. Tentunya dengan pengawasan darinya.Namun, ketika wanita paruh baya itu mengambil sebotol susu untuk sang cucu, dia melihat putra keduanya pulang dalam keadaan kusut dan acak-acakan. Merasa harus mengurus sang putra, Anna memerintahkan pada baby sitter untuk menjaga cucunya. Beruntungnya ketika Celine pulang ke rumah tersebut, sang mertua perempuannya dan Sean telah kembali ke kamar masing-masing, sehingga dia tidak perlu bertemu dengan