Tobi tertegun. Wanita ini mengira dirinya sedang bermimpi. Memangnya ada orang yang tiba-tiba bermimpi seperti ini sambil berdiri?Mungkin Widia mengira ini semua hanya ilusinya saja.Melihat Widia mulai menangis lagi, Tobi terlihat tidak tega. Dia buru-buru berkata, "Bodoh, jangan menangis lagi. Tak peduli ini mimpi atau bukan, bukankah aku masih ada di sini?""Pembohong. Kalau aku bangun dari mimpi, kamu sudah nggak ada di sini lagi." Widia tidak ingin bangun dari mimpi ini."Buka matamu dan lihat baik-baik. Ini semua bukan mimpi, tapi nyata. Melihatmu begitu sedih hari ini, aku bergegas keluar dan mengejarmu sampai ke hotel," ucap Tobi tak berdaya.Widia membuka matanya dan menatap wajah familier di hadapannya. Apa fantasinya begitu nyata? Namun, Tobi barusan bilang dia mengejarnya dari vila hingga ke sini.Dalam sekejap, Widia tiba-tiba terhenyak. Seakan ingin memastikan pria di hadapannya itu nyata atau bukan, dia pun mencubit wajahnya dengan keras.Tobi tidak tahu apa harus terta
Awalnya, Tobi masih merasa bersalah karena pengorbanan Jessi. Namun, setelah melihat sosok Widia yang begitu terpuruk hari ini, dia akhirnya mengambil keputusan dan tidak peduli begitu banyak lagi.Dia tidak akan membiarkan Widia sedih dan terluka karena dirinya."Se ... sebaiknya jangan begitu." Widia sangat khawatir. Jika sesuatu terjadi kepada calon ibu mertuanya, apalagi gara-gara dirinya, bukankah dia akan menjadi orang yang berdosa?Namun, dia juga tidak ingin Tobi dan Jessi sungguh melakukan apa yang diinginkan oleh orang itu."Jangan khawatir. Semuanya tergantung pada kita sendiri. Jangan pedulikan hal ini lagi. Sekarang, kamu nggak marah sama aku lagi, 'kan?" tanya Tobi sambil tersenyum. Dia mendapati ekspresi wajah Widia kini sudah terlihat lebih rileks.Wajah Widia memerah. Dia kemudian berkata dengan kesal, "Aku masih marah. Siapa suruh kamu nggak memberitahuku semua ini? Aku kira kamu sungguh nggak menginginkanku lagi.""Mana mungkin? Sudah kubilang, asalkan kamu bersedia,
Di sisi lain, Tobi masih tidak mengetahui semua ini. Dia belum sadar kalau tindakan yang dia kira tersembunyi ini telah diketahui oleh ibunya.Lantaran adegan keduanya kelewat intim dan tidak cocok untuk dibaca anak-anak, maka lebih baik tidak perlu di deskripsikan.Waktu berlalu dengan cepat. Keesokan paginya. Matahari sudah tinggi dan cahayanya bahkan sudah menyinari tirai jendela, Widia baru membuka matanya yang masih terasa berat.Dia segera melihat sekeliling dengan gugup. Tobi sudah bangun, tetapi pria itu sepertinya masih belum menyadari kalau Widia telah bangun.Yang terjadi semalam itu bukanlah mimpi.Saat pertama kali berhubungan badan dengan Tobi sebelumnya, ingatannya masih tidak begitu jelas, apalagi di bawah pengaruh obat. Namun, segalanya yang terjadi tadi malam membekas jelas di benaknya.Terutama sensasi yang dia rasakan dari kontak fisik seintim itu. Yang memberinya perasaan nyaman, begitu mengasyikkan. Widia sangat menyukainya.Memikirkan tindakannya tadi malam, waja
"Itu belum tentu benar. Bukankah akhir-akhir ini kamu sangat mendukungnya? Siapa tahu dia akan memperlakukanmu secara berbeda.""Lupakan saja. Aku masih ingat kalau aku sudah meninggalkan kesan buruk kepadanya saat pertemuan pertama kami."Kakek Muhar menghela napas dan berkata tak berdaya, "Hais. Ini semua salah kita. Kita sudah dibutakan oleh kekuasaan dan nggak mau memercayaimu. Kalau nggak, kita juga nggak akan sampai di titik ini.""Kakek, apa gunanya mengatakan hal ini sekarang? Sudah kubilang, kalian pasti akan menyesal," ucap Candra dengan frustrasi. Jika kakak iparnya masih di rumah, dia pasti punya cara untuk menghadapi masalah ini. Kakak iparnya bahkan bisa berurusan dengan Keluarga Yudistira dari Jatra, mana mungkin dia takut kepada Keluarga Jhonson?"Kak Candra, kalau memang nggak bisa, lupakan saja. Aku akan kembali dulu, menstabilkan keluargaku dan mencari peluang nanti," bisik Julia.Julia bukanlah tipe gadis yang sombong. Dia punya sifat yang baik dan wajah cantiknya j
"Ibu!" teriak Candra. Di saat seperti ini, apa dia masih tega merepotkan kakaknya?Ibunya Widia sengaja bertanya dengan suara keras, "Buat apa teriak begitu? Terjadi hal sebesar ini, kamu masih nggak beri tahu kakakmu? Kamu yakin mau meninggalkan pacarmu sendirian dan membuatnya menderita seumur hidupnya?"Widia telah mendengarnya dan langsung bertanya, "Candra, apa yang terjadi?""Kak, kamu sudah seperti ini. Awalnya aku nggak mau membicarakannya, tapi aku benar-benar nggak punya pilihan lain." Candra buru-buru menceritakan secara singkat masalah mengenai pacarnya.Setelah mendengar itu, Widia pun menoleh ke arah Tobi. Dia baru menyadari kalau pria itu tengah menatap ke arah dadanya. Widia langsung menundukkan kepalanya dan berkata dengan wajah memerah, "Apa yang kamu lihat?"Candra tertegun. Meski tidak bisa mendengar dengan jelas, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia bertanya dengan suara pelan, "Kak, kamu baik-baik saja?""A ... aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir
Namun, makin Tobi berperilaku seperti itu, Widia makin merasa bersalah. Dia pun bertanya, "Tobi, aku begitu bodoh sebelumnya. Aku bahkan terus-menerus nggak memercayaimu dan juga menceraikanmu. Apa kamu nggak menyalahkanku?""Tentu saja aku nggak. Kalau aku menyalahkanmu, aku nggak mungkin muncul di hadapanmu lagi.""Mengenai masalah perceraian, aku tahu waktu itu kamu khawatir akan melibatkanku," ucap Tobi sambil tersenyum.Mendengar itu, Widia menghela napas lega dan berkata dengan gembira, "Tobi, kamu baik sekali!""Tentu saja. Selain itu, aku juga hebat. Apalagi tubuhku, jauh lebih kuat!""Apa-apaan! Seingatku, dulu kamu nggak senakal ini.""Apa yang kamu pikirkan? Aku hanya bilang tubuhku kuat saja. Jangan-jangan kamu lagi pikir yang aneh-aneh?"Widia malu sekali. Hari ini dia tampak seperti gadis kecil yang baru pertama kali merasakan cinta. Dia yang saat ini sudah kehilangan wibawanya sebagai seorang direktur perusahaan.Akhirnya kesalahpahaman di antara mereka telah terselesaik
Keluarga Santoso sudah menyelidiki mengenai Grup Lianto. Setelah mengetahui putri mereka dekat dengan Candra, mereka langsung memeriksa pria itu.Candra hanya seorang bajingan tidak berguna dan tidak memiliki kemampuan apa pun.Di sisi lain, reputasi Keluarga Lianto akhir-akhir ini cukup baik. Namun, jika dibandingkan dengan keluarga mereka, Keluarga Lianto masih tertinggal jauh.Apalagi, tuan muda Keluarga Jhonson, salah satu dari empat keluarga besar di Doma, tertarik kepada Julia sekarang. Bukankah mereka termasuk pasangan yang sangat serasi?Wajah Kakek Muhar berubah drastis karena dimaki seperti itu. Dia kelihatan malu sekali. Jika tahu akan jadi seperti ini, dia pasti tidak akan keluar.Kakek Muhar juga tidak tahu apa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Sejak mengusir Tobi keluar, dia terus-terusan dipermalukan setiap harinya. Dia merasa dirinya sudah kehilangan harga diri.Herman awalnya ingin keluar untuk melindungi istrinya, tetapi kali ini dia lebih memilih untuk tetap bera
Raut wajah Julia berubah muram. Dia pun menolehkan kepala dan melihat Candra.Candra terlihat panik, kemudian buru-buru berkata, "Julia, jangan pedulikan dia. Aku nggak takut sama dia.""Bocah, sepertinya kamu cari mati. Baiklah, aku akan bunuh kamu lebih dulu." Dilan pernah belajar seni bela diri, apalagi kekuatannya sangat bagus.Ini juga alasan mengapa Julia begitu khawatir dan takut. Julia buru-buru berkata, "Jangan. Kak, aku ikut denganmu. Aku ikut kamu pulang.""Julia ....""Kak Candra, jangan bicara lagi. Aku akan kembali dulu. Jangan khawatir, aku akan menunggumu," kata Julia dengan cepat."Aku ...."Candra masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia merasakan tekanan besar menghampirinya. Dilan menatapnya dengan dingin, seakan-akan ingin menelannya hidup-hidup.Namun, Candra masih menggertakkan gigi dan berkata, "Julia, tunggu aku. Aku pasti akan pergi ke Doma untuk menjemputmu!""Ya!"Julia menolehkan kepalanya dan menghalangi kakaknya sekali lagi sambil berkata dengan nada ke
Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende
Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar
Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat
Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek
Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi
Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be
"Dia juga idolaku!""Aku juga!""Haha. Masih berpura-pura. Bukankah kalian sangat sombong dan bangga barusan? Ayo lanjutkan lagi.""...."Dalam sekejap, semua orang Harlanda bersorak kegirangan. Baik mereka yang menonton dari internet maupun mereka yang menyaksikan secara langsung. Terutama mereka yang mengenali Tobi dan hubungannya dekat dengannya. Semuanya sangat bersemangat.Sebaliknya, satu per satu dari wajah orang Melandia berubah muram. Mereka sepenuhnya tidak percaya dengan adegan yang terjadi di depan mereka.Di mata mereka, sosok Hirawan sangatlah kuat bagaikan dewa. Jadi, bagaimana Hirawan bisa ditaklukkan secara tiba-tiba. Bahkan, wajahnya bisa ditampar di depan umum?Apalagi, ini juga merupakan tamparan di wajah mereka. Tentu saja mereka sangat marah."Curang! Mereka pasti curang!""Manipulasi. Mereka pasti menggunakan manipulasi!""Hirawan, katakan sejujurnya, apakah kamu sengaja mengalah pada mereka? Kamu ingin mereka senang dulu, kemudian membuat mereka terpuruk nantiny
Melihat Tobi berjalan mendekatinya, Hirawan tampak mengerutkan keningnya. Karena dia menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan kekuatan apa pun dari tubuh Tobi.Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi seperti ini. Pertama, lawan jauh lebih kuat dari dirinya. Jadi, dia tidak bisa merasakan kekuatannya. Namun, Hirawan bahkan masih bisa merasakan kekuatan Vamil dan Luniver.Apa pun alasannya, mustahil kekuatan Tobi akan lebih tinggi dibandingkan mereka berdua, 'kan?Yang kedua, mungkin Tobi telah mempelajari teknik untuk menyembunyikan kekuatan.Jika penilaiannya tidak salah, pasti Tobi telah menyembunyikan kekuatannya.Berpura-pura terlibat hebat. Apa Tobi mengira bisa menakuti dirinya?Bibir Hirawan melengkung. Kemudian, dia berkata dengan nada menghina, "Tobi si pengecut, akhirnya kamu berani menampakkan dirimu? Kupikir kamu akan terus bersembunyi sampai akhir."Tobi tersenyum, tetapi senyumannya tampak sinis, lalu berkata dengan nada datar, "Bersembunyi? Mana mungkin aku bersembuny
"Tapi aku harap kalian bisa lebih kuat hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan sedikit pemanasan.""Kalau nggak, bukankah akan sangat membosankan?""Selain itu, aku juga nggak akan bermurah hati lagi hari ini. Begitu naik ke atas, hanya ada dua pilihan di depan kalian. Kalau nggak hidup ya mati. Coba aku lihat apa masih ada orang Harlanda yang nggak takut mati?"Begitu kata-kata ini dilontarkan, sekali lagi kolom komentar dibanjiri banyak orang. Apalagi, banyak orang yang teringat dengan Tobi, yang disebut Hirawan sebelumnya itu, masih belum muncul juga.Perkataan Hirawan tentunya mengundang emosi banyak master Harlanda. Semuanya terlihat marah dan bersiap untuk naik ke atas panggung.Efendi juga mengambil langkah ke depan dan hendak naik ke atas panggung.Namun, di saat bersamaan, Tobi lebih dulu memimpin dan berjalan langsung ke atas panggung.Indira yang berada di sebelahnya tertegun sejenak. Bagaimanapun, dia juga termasuk master paling kuat di antara para Pelindung Harlanda. K