"Itu belum tentu benar. Bukankah akhir-akhir ini kamu sangat mendukungnya? Siapa tahu dia akan memperlakukanmu secara berbeda.""Lupakan saja. Aku masih ingat kalau aku sudah meninggalkan kesan buruk kepadanya saat pertemuan pertama kami."Kakek Muhar menghela napas dan berkata tak berdaya, "Hais. Ini semua salah kita. Kita sudah dibutakan oleh kekuasaan dan nggak mau memercayaimu. Kalau nggak, kita juga nggak akan sampai di titik ini.""Kakek, apa gunanya mengatakan hal ini sekarang? Sudah kubilang, kalian pasti akan menyesal," ucap Candra dengan frustrasi. Jika kakak iparnya masih di rumah, dia pasti punya cara untuk menghadapi masalah ini. Kakak iparnya bahkan bisa berurusan dengan Keluarga Yudistira dari Jatra, mana mungkin dia takut kepada Keluarga Jhonson?"Kak Candra, kalau memang nggak bisa, lupakan saja. Aku akan kembali dulu, menstabilkan keluargaku dan mencari peluang nanti," bisik Julia.Julia bukanlah tipe gadis yang sombong. Dia punya sifat yang baik dan wajah cantiknya j
"Ibu!" teriak Candra. Di saat seperti ini, apa dia masih tega merepotkan kakaknya?Ibunya Widia sengaja bertanya dengan suara keras, "Buat apa teriak begitu? Terjadi hal sebesar ini, kamu masih nggak beri tahu kakakmu? Kamu yakin mau meninggalkan pacarmu sendirian dan membuatnya menderita seumur hidupnya?"Widia telah mendengarnya dan langsung bertanya, "Candra, apa yang terjadi?""Kak, kamu sudah seperti ini. Awalnya aku nggak mau membicarakannya, tapi aku benar-benar nggak punya pilihan lain." Candra buru-buru menceritakan secara singkat masalah mengenai pacarnya.Setelah mendengar itu, Widia pun menoleh ke arah Tobi. Dia baru menyadari kalau pria itu tengah menatap ke arah dadanya. Widia langsung menundukkan kepalanya dan berkata dengan wajah memerah, "Apa yang kamu lihat?"Candra tertegun. Meski tidak bisa mendengar dengan jelas, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia bertanya dengan suara pelan, "Kak, kamu baik-baik saja?""A ... aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir
Namun, makin Tobi berperilaku seperti itu, Widia makin merasa bersalah. Dia pun bertanya, "Tobi, aku begitu bodoh sebelumnya. Aku bahkan terus-menerus nggak memercayaimu dan juga menceraikanmu. Apa kamu nggak menyalahkanku?""Tentu saja aku nggak. Kalau aku menyalahkanmu, aku nggak mungkin muncul di hadapanmu lagi.""Mengenai masalah perceraian, aku tahu waktu itu kamu khawatir akan melibatkanku," ucap Tobi sambil tersenyum.Mendengar itu, Widia menghela napas lega dan berkata dengan gembira, "Tobi, kamu baik sekali!""Tentu saja. Selain itu, aku juga hebat. Apalagi tubuhku, jauh lebih kuat!""Apa-apaan! Seingatku, dulu kamu nggak senakal ini.""Apa yang kamu pikirkan? Aku hanya bilang tubuhku kuat saja. Jangan-jangan kamu lagi pikir yang aneh-aneh?"Widia malu sekali. Hari ini dia tampak seperti gadis kecil yang baru pertama kali merasakan cinta. Dia yang saat ini sudah kehilangan wibawanya sebagai seorang direktur perusahaan.Akhirnya kesalahpahaman di antara mereka telah terselesaik
Keluarga Santoso sudah menyelidiki mengenai Grup Lianto. Setelah mengetahui putri mereka dekat dengan Candra, mereka langsung memeriksa pria itu.Candra hanya seorang bajingan tidak berguna dan tidak memiliki kemampuan apa pun.Di sisi lain, reputasi Keluarga Lianto akhir-akhir ini cukup baik. Namun, jika dibandingkan dengan keluarga mereka, Keluarga Lianto masih tertinggal jauh.Apalagi, tuan muda Keluarga Jhonson, salah satu dari empat keluarga besar di Doma, tertarik kepada Julia sekarang. Bukankah mereka termasuk pasangan yang sangat serasi?Wajah Kakek Muhar berubah drastis karena dimaki seperti itu. Dia kelihatan malu sekali. Jika tahu akan jadi seperti ini, dia pasti tidak akan keluar.Kakek Muhar juga tidak tahu apa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Sejak mengusir Tobi keluar, dia terus-terusan dipermalukan setiap harinya. Dia merasa dirinya sudah kehilangan harga diri.Herman awalnya ingin keluar untuk melindungi istrinya, tetapi kali ini dia lebih memilih untuk tetap bera
Raut wajah Julia berubah muram. Dia pun menolehkan kepala dan melihat Candra.Candra terlihat panik, kemudian buru-buru berkata, "Julia, jangan pedulikan dia. Aku nggak takut sama dia.""Bocah, sepertinya kamu cari mati. Baiklah, aku akan bunuh kamu lebih dulu." Dilan pernah belajar seni bela diri, apalagi kekuatannya sangat bagus.Ini juga alasan mengapa Julia begitu khawatir dan takut. Julia buru-buru berkata, "Jangan. Kak, aku ikut denganmu. Aku ikut kamu pulang.""Julia ....""Kak Candra, jangan bicara lagi. Aku akan kembali dulu. Jangan khawatir, aku akan menunggumu," kata Julia dengan cepat."Aku ...."Candra masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia merasakan tekanan besar menghampirinya. Dilan menatapnya dengan dingin, seakan-akan ingin menelannya hidup-hidup.Namun, Candra masih menggertakkan gigi dan berkata, "Julia, tunggu aku. Aku pasti akan pergi ke Doma untuk menjemputmu!""Ya!"Julia menolehkan kepalanya dan menghalangi kakaknya sekali lagi sambil berkata dengan nada ke
Awalnya, Widia tidak berencana untuk pulang secepat ini, tetapi karena mendengar adiknya dalam masalah, dia memutuskan untuk kembali lebih awal agar bisa memahami situasinya.Tak disangka, begitu kembali, dia langsung mendengar ibunya menyalahkan Tobi karena mengabaikan Keluarga Lianto. Memangnya Tobi bersalah dalam hal ini?"Bu, perkataanmu bukan hanya salah, tapi juga nggak masuk akal!""Saat Tobi ada di sini, kapan dia pernah nggak membela kita? Kali ini, kita-lah yang bersalah kepadanya. Kita-lah yang mengusirnya dari sini.""Atas dasar apa dia harus menuruti kata-kata kita? Kalian pikir, asal kita ingin dia kembali, maka dia harus kembali? Kalian anggap dia sebagai apa?" tanya Widia dengan kesal. Meski dia tidak tahu apa yang tengah terjadi, dia tidak bisa menerima perkataan ibunya.Yesa tidak menjawabnya, melainkan langsung memarahi putrinya, "Widia, kami meneleponnya berulang kali, tapi kamu malah nggak angkat. Sekarang kamu malah berani pulang?""Saat ibumu, kakekmu, dan adikmu
Sekalipun dia belum berbaikan dengan Tobi, Widia juga pasti akan tetap berusaha keras menangani masalah ini. Hanya saja, dia tidak yakin sepenuhnya.Namun, lantaran ada bantuan Tobi sekarang, dia percaya semuanya pasti akan terselesaikan."Benarkah? Kak, kamu berencana untuk minta bantuan kepada Kak Tobi?" tanya Candra buru-buru. Selain kakak iparnya, seharusnya mereka juga tidak punya solusi lain.Begitu mendengar itu, Widia ragu-ragu sejenak. Teringat akan pesan Tobi barusan, yang menyuruhnya agar lebih berhati-hati, dia pun buru-buru berkata, "Tentu saja bukan. Aku punya cara lain.""Pokoknya, jangan khawatir. Beri aku waktu.""Ya, baiklah." Candra mengangguk. Dia sendiri tidak memiliki kemampuan dan juga tidak menemukan jalan keluar. Dia hanya bisa menunggu Widia membantunya.Tak lama kemudian, Kakek Muhar membawa Yesa mendekatinya. "Widia, ibumu barusan agak gegabah. Dia seharusnya nggak mengatakan Tobi seperti itu.""Benar. Widia, ini salahku barusan, jadi aku minta maaf kepadamu
"Katakanlah. Apa yang terjadi?" Meski kesan Tobi terhadap Martha kian membaik sekarang, dia masih belum melupakan perilaku Martha sebelumnya. Jadi, pria itu tidak ingin berinteraksi terlalu banyak dengannya.Sekalipun gadis itu memiliki tubuh seksi, berparas cantik dan menawan.Martha jelas gugup dan berkata dengan hati-hati, "Sebenarnya, aku datang untuk membahas masalah kakak sepupuku."Begitu mendengar itu, Tobi sudah tahu apa yang ingin Martha katakan. Dia langsung menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu nggak perlu khawatirkan masalahku dengan kakak sepupumu. Kalau nggak ada hal lain, aku pergi dulu.""Tunggu!""Kak Tobi, aku tahu keluarga Kak Widia sudah keterlaluan kepadamu. Mereka juga melakukan banyak hal yang kelewat batas, bahkan aku sendiri pun terlibat di dalamnya."Mengungkit tentang masalah ini, wajah Martha memerah. Apalagi, gambaran saat itu begitu memalukan. Dia hampir ditiduri oleh kakak iparnya."Tapi perasaan Kak Widia kepadamu nggak pernah berubah."Tobi meng