Keluarga Santoso sudah menyelidiki mengenai Grup Lianto. Setelah mengetahui putri mereka dekat dengan Candra, mereka langsung memeriksa pria itu.Candra hanya seorang bajingan tidak berguna dan tidak memiliki kemampuan apa pun.Di sisi lain, reputasi Keluarga Lianto akhir-akhir ini cukup baik. Namun, jika dibandingkan dengan keluarga mereka, Keluarga Lianto masih tertinggal jauh.Apalagi, tuan muda Keluarga Jhonson, salah satu dari empat keluarga besar di Doma, tertarik kepada Julia sekarang. Bukankah mereka termasuk pasangan yang sangat serasi?Wajah Kakek Muhar berubah drastis karena dimaki seperti itu. Dia kelihatan malu sekali. Jika tahu akan jadi seperti ini, dia pasti tidak akan keluar.Kakek Muhar juga tidak tahu apa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Sejak mengusir Tobi keluar, dia terus-terusan dipermalukan setiap harinya. Dia merasa dirinya sudah kehilangan harga diri.Herman awalnya ingin keluar untuk melindungi istrinya, tetapi kali ini dia lebih memilih untuk tetap bera
Raut wajah Julia berubah muram. Dia pun menolehkan kepala dan melihat Candra.Candra terlihat panik, kemudian buru-buru berkata, "Julia, jangan pedulikan dia. Aku nggak takut sama dia.""Bocah, sepertinya kamu cari mati. Baiklah, aku akan bunuh kamu lebih dulu." Dilan pernah belajar seni bela diri, apalagi kekuatannya sangat bagus.Ini juga alasan mengapa Julia begitu khawatir dan takut. Julia buru-buru berkata, "Jangan. Kak, aku ikut denganmu. Aku ikut kamu pulang.""Julia ....""Kak Candra, jangan bicara lagi. Aku akan kembali dulu. Jangan khawatir, aku akan menunggumu," kata Julia dengan cepat."Aku ...."Candra masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia merasakan tekanan besar menghampirinya. Dilan menatapnya dengan dingin, seakan-akan ingin menelannya hidup-hidup.Namun, Candra masih menggertakkan gigi dan berkata, "Julia, tunggu aku. Aku pasti akan pergi ke Doma untuk menjemputmu!""Ya!"Julia menolehkan kepalanya dan menghalangi kakaknya sekali lagi sambil berkata dengan nada ke
Awalnya, Widia tidak berencana untuk pulang secepat ini, tetapi karena mendengar adiknya dalam masalah, dia memutuskan untuk kembali lebih awal agar bisa memahami situasinya.Tak disangka, begitu kembali, dia langsung mendengar ibunya menyalahkan Tobi karena mengabaikan Keluarga Lianto. Memangnya Tobi bersalah dalam hal ini?"Bu, perkataanmu bukan hanya salah, tapi juga nggak masuk akal!""Saat Tobi ada di sini, kapan dia pernah nggak membela kita? Kali ini, kita-lah yang bersalah kepadanya. Kita-lah yang mengusirnya dari sini.""Atas dasar apa dia harus menuruti kata-kata kita? Kalian pikir, asal kita ingin dia kembali, maka dia harus kembali? Kalian anggap dia sebagai apa?" tanya Widia dengan kesal. Meski dia tidak tahu apa yang tengah terjadi, dia tidak bisa menerima perkataan ibunya.Yesa tidak menjawabnya, melainkan langsung memarahi putrinya, "Widia, kami meneleponnya berulang kali, tapi kamu malah nggak angkat. Sekarang kamu malah berani pulang?""Saat ibumu, kakekmu, dan adikmu
Sekalipun dia belum berbaikan dengan Tobi, Widia juga pasti akan tetap berusaha keras menangani masalah ini. Hanya saja, dia tidak yakin sepenuhnya.Namun, lantaran ada bantuan Tobi sekarang, dia percaya semuanya pasti akan terselesaikan."Benarkah? Kak, kamu berencana untuk minta bantuan kepada Kak Tobi?" tanya Candra buru-buru. Selain kakak iparnya, seharusnya mereka juga tidak punya solusi lain.Begitu mendengar itu, Widia ragu-ragu sejenak. Teringat akan pesan Tobi barusan, yang menyuruhnya agar lebih berhati-hati, dia pun buru-buru berkata, "Tentu saja bukan. Aku punya cara lain.""Pokoknya, jangan khawatir. Beri aku waktu.""Ya, baiklah." Candra mengangguk. Dia sendiri tidak memiliki kemampuan dan juga tidak menemukan jalan keluar. Dia hanya bisa menunggu Widia membantunya.Tak lama kemudian, Kakek Muhar membawa Yesa mendekatinya. "Widia, ibumu barusan agak gegabah. Dia seharusnya nggak mengatakan Tobi seperti itu.""Benar. Widia, ini salahku barusan, jadi aku minta maaf kepadamu
"Katakanlah. Apa yang terjadi?" Meski kesan Tobi terhadap Martha kian membaik sekarang, dia masih belum melupakan perilaku Martha sebelumnya. Jadi, pria itu tidak ingin berinteraksi terlalu banyak dengannya.Sekalipun gadis itu memiliki tubuh seksi, berparas cantik dan menawan.Martha jelas gugup dan berkata dengan hati-hati, "Sebenarnya, aku datang untuk membahas masalah kakak sepupuku."Begitu mendengar itu, Tobi sudah tahu apa yang ingin Martha katakan. Dia langsung menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu nggak perlu khawatirkan masalahku dengan kakak sepupumu. Kalau nggak ada hal lain, aku pergi dulu.""Tunggu!""Kak Tobi, aku tahu keluarga Kak Widia sudah keterlaluan kepadamu. Mereka juga melakukan banyak hal yang kelewat batas, bahkan aku sendiri pun terlibat di dalamnya."Mengungkit tentang masalah ini, wajah Martha memerah. Apalagi, gambaran saat itu begitu memalukan. Dia hampir ditiduri oleh kakak iparnya."Tapi perasaan Kak Widia kepadamu nggak pernah berubah."Tobi meng
Aron sempat terluka parah sebelumnya, tetapi kali ini dia kembali dengan percaya diri. Itu menunjukkan bahwa dia yakin cederanya sudah membaik dan bisa mengalahkan Tobi."Waktu itu, dia mengeluarkan serangan secara diam-diam dan membuatku terluka parah. Meski dia nggak mau bertarung denganku hari ini, aku juga harus tunjukkan kepadanya betapa hebatnya kekuatanku."Aron mengabaikan Martha begitu saja. Lantaran dia melihat Tobi tidak menghiraukannya, jadi dia segera melompat ke depan dan mengadang mobil pria itu.Martha kehabisan kata-kata.Tobi mengerutkan kening. Masih banyak hal yang harus dia selesaikan sekarang. Dia tidak punya waktu untuk berdebat dengan Aron. Jadi, dia pun hanya berkata dengan dingin, "Minggir!""Nggak!""Kecuali kamu bertarung denganku. Aku mau perlihatkan kepadamu seberapa hebat diriku."Karena sudah menerobos tingkat awal Kekuatan Transformasi kali ini, Aron merasa menghadapi Tobi bukanlah hal yang sulit.Setelah selesai membereskan Tobi, Aron akan kembali ke r
"Jatuh dalam perangkapku?" Tobi tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataan seperti itu."Memangnya bukan? Kamu terus menyuruhku mengambil tindakan lebih dulu. Bukankah kamu sengaja memprovokasiku agar aku nggak melakukan hal seperti itu? Dengan begitu, kamu bisa mendadak melakukan serangan diam-diam.""Kali ini, kalau bukan karena aku pintar dan berhasil menahan seranganmu, kamu pasti sudah berhasil menaklukkanku," ucap Aron dengan penuh syukur.Tobi tampak tak berdaya. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, anggap saja kamu pintar.""Huh! Benar, 'kan? Sayangnya, kamu nggak bisa menyembunyikannya dariku.""Sekarang aku nggak akan memberimu kesempatan lagi. Aku lupa memberitahumu sebelumnya. Sejak kecil, fisikku sudah luar biasa. Sekalipun lawan punya kekuatan selevel denganku, dia juga bukanlah tandinganku.""Jadi, meski kamu berada pada tingkat awal Kekuatan Transformasi, kamu juga akan ditaklukkan olehku," ucap Aron dengan bangga.Tobi tersenyum pahit. Tak disangka,
"Dia satu-satunya tokoh yang aku idolakan selama ini."Saat mengungkit Raja Naga, mata Aron tampak dipenuhi dengan kekaguman. Keinginan terbesar dalam hidupnya adalah bertemu dengan Raja Naga.Andai dia bisa melakukan sesuatu untuk Raja Naga, maka kebahagiaannya pasti akan berlipat ganda.Martha terdiam. Kalau Aron begitu mengagumi Raja Naga, lantas kenapa dia terus-terusan memprovokasi Raja Naga? Martha pun bertanya, "Kalau begitu, apa kamu sudah pernah bertemu dengan Raja Naga?""Belum pernah. Raja Naga sangat misterius dan pergerakannya sulit diprediksi. Mana mungkin aku punya kesempatan untuk bertemu dengannya," jawab Aron sambil menggelengkan kepalanya. Sorot matanya penuh dengan harapan."Sungguh? Tapi kamu sebenarnya sudah bertemu Raja Naga," kata Martha dengan cepat."Sembarangan bicara. Mana mungkin?"Selesai berbicara, Aron buru-buru menambahkan, "Martha, bukannya aku nggak percaya sama kamu, tapi yang kamu katakan itu nggak masuk akal. Kalau aku sungguh bertemu dengan Raja N