"Jatuh dalam perangkapku?" Tobi tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataan seperti itu."Memangnya bukan? Kamu terus menyuruhku mengambil tindakan lebih dulu. Bukankah kamu sengaja memprovokasiku agar aku nggak melakukan hal seperti itu? Dengan begitu, kamu bisa mendadak melakukan serangan diam-diam.""Kali ini, kalau bukan karena aku pintar dan berhasil menahan seranganmu, kamu pasti sudah berhasil menaklukkanku," ucap Aron dengan penuh syukur.Tobi tampak tak berdaya. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, anggap saja kamu pintar.""Huh! Benar, 'kan? Sayangnya, kamu nggak bisa menyembunyikannya dariku.""Sekarang aku nggak akan memberimu kesempatan lagi. Aku lupa memberitahumu sebelumnya. Sejak kecil, fisikku sudah luar biasa. Sekalipun lawan punya kekuatan selevel denganku, dia juga bukanlah tandinganku.""Jadi, meski kamu berada pada tingkat awal Kekuatan Transformasi, kamu juga akan ditaklukkan olehku," ucap Aron dengan bangga.Tobi tersenyum pahit. Tak disangka,
"Dia satu-satunya tokoh yang aku idolakan selama ini."Saat mengungkit Raja Naga, mata Aron tampak dipenuhi dengan kekaguman. Keinginan terbesar dalam hidupnya adalah bertemu dengan Raja Naga.Andai dia bisa melakukan sesuatu untuk Raja Naga, maka kebahagiaannya pasti akan berlipat ganda.Martha terdiam. Kalau Aron begitu mengagumi Raja Naga, lantas kenapa dia terus-terusan memprovokasi Raja Naga? Martha pun bertanya, "Kalau begitu, apa kamu sudah pernah bertemu dengan Raja Naga?""Belum pernah. Raja Naga sangat misterius dan pergerakannya sulit diprediksi. Mana mungkin aku punya kesempatan untuk bertemu dengannya," jawab Aron sambil menggelengkan kepalanya. Sorot matanya penuh dengan harapan."Sungguh? Tapi kamu sebenarnya sudah bertemu Raja Naga," kata Martha dengan cepat."Sembarangan bicara. Mana mungkin?"Selesai berbicara, Aron buru-buru menambahkan, "Martha, bukannya aku nggak percaya sama kamu, tapi yang kamu katakan itu nggak masuk akal. Kalau aku sungguh bertemu dengan Raja N
Tobi jelas tidak mengetahui semua ini. Dia sudah meninggalkan mereka berdua dari tadi. Tepat di saat ini juga, ponselnya berdering. Setelah melihat nomor si penelepon, dia pun menjawab panggilan itu dengan tak berdaya.Tobi teringat, bahkan dalam situasi berbahaya terakhir kali itu, Devi masih memberinya pilihan dan mengatakan akan membantunya.Bisa dikatakan, Devi termasuk gadis yang baik hati. Hanya saja, gadis ini terkadang terlalu keras kepala dan membuatnya sulit berpikiran jernih.Begitu telepon tersambung, orang di ujung sana langsung berkata dengan kesal, "Tobi, kamu hebat, ya. Sekarang kamu bahkan nggak mau angkat teleponku lagi?"Tobi tersenyum pahit. Dalam hatinya, dia ingin bertanya, 'Memangnya apa hubungan kita? Mengapa aku harus mengangkat teleponmu?' Namun, Tobi hanya berkata dengan tak berdaya, "Ada masalah apa Bu Devi mencariku?""Masalah apa? Apa Widia belum menyampaikan kepadamu?""Menyampaikan apa?" tanya Tobi tidak paham."Sepertinya kamu masih belum tahu. Kalau be
Pinggang yang begitu ramping. Memudahkan untuk dirangkul.Dada yang seksi itu mulanya sudah mencuri perhatian, apalagi ditambah dengan balutan gaun panjang berwarna hitam, yang membuat sosoknya makin memesona.Yang lebih memikat lagi adalah sepasang matanya yang sudut luarnya mengarah ke atas. Hanya dalam sekali pandang, akan mudah membuat lawan jenis terperangkap di dalamnya dan kesulitan untuk melepaskan diri.Sekalipun hanya melirik sekilas saja.Ternyata di saat itu juga, sang wanita mengangkat kepalanya dan menatap sosok Tobi dari kejauhan. Menyadari pandangan Tobi, dia buru-buru menundukkan kepalanya.Bahkan, Tobi pun kagum. Hal ini menunjukkan betapa luar biasa dan sempurnanya wanita itu. Di mata pria itu, hanya Widia-lah yang bisa menandingi kecantikannya itu.Hanya saja, pesona Jessi yang telah berkultivasi itu juga makin memikat.Tobi tidak memperhatikan wanita itu lagi. Dia segera mencari tempat duduk dan menunggu kedatangan Devi.Tak lama kemudian, Devi juga sampai. Dia mel
"Apa yang kamu katakan? Kamu Raja Naga dari Sekte Naga?""Tobi, apa kamu begitu meremehkanku? Sekalipun ingin membodohiku, bisakah kamu menemukan alasan yang lebih masuk akal?" ucap Devi dengan kesal.Seharusnya Tobi berkaca dulu dan lihat sendiri penampilannya seperti apa. Bagian mana dirinya yang bisa disamakan dengan sisi dominasinya Raja Naga dari Sekte Naga? Dalam ingatan Devi, Raja Naga jelas merupakan sosok yang mendominasi, kuat, dan menakutkan.Walau Raja Naga juga masih muda, tetapi mana mungkin itu Tobi?Tobi tampak tidak berdaya. Padahal dia sudah berterus terang kepada Devi, tetapi wanita itu tidak memercayainya. Dia pun terpaksa berkata, "Ya, aku bukan Raja Naga. Aku hanya menggodamu!""Sudah kuduga. Dasar pembohong. Kamu tadinya mau membohongiku, 'kan? Sayangnya, malah ketahuan. Sekarang, kamu sudah bisa memberitahuku identitas aslimu?""Ini. Aku, kamu ingin aku memiliki identitas seperti apa?""Apa maksudmu? Kamu lagi membodohiku? Kalau kamu merasa identitasmu harus dis
Lagi pula, kelak dia masih punya banyak peluang untuk bertanya kembali kepada pria itu.Setelah meninggalkan tempat itu, Devi pun bergegas kembali ke kantor polisi.Begitu melihat Pak Zainal, Devi langsung melupakan janjinya kepada Tobi dan berkata dengan bangga, "Paman Zainal, kamu kira asalkan kamu nggak memberitahuku identitas Tobi yang sesungguhnya, aku nggak akan tahu?"Zainal tertegun sejenak, kemudian bertanya, "Kamu sudah tahu?"Sebenarnya, Zainal juga baru saja mengetahuinya. Dia tidak menyangka Tobi ternyata adalah Raja Naga dari Sekte Naga yang legendaris itu.Pantas saja, kemampuan pria itu hebat sekali, apalagi perilakunya juga begitu mendominasi. Ternyata dia adalah Raja Naga dari Sekte Naga.Mendengar itu, Devi bergumam dalam hatinya, 'Benar saja. Paman Zainal sudah tahu. Karena dia sudah tahu, seharusnya nggak masalah kalau aku membahasnya.' Devi pun berkata dengan suara pelan, "Tentu saja. Ternyata dia seorang agen rahasia. Walau identitas itu spesial, tapi Paman Zaina
Melihat pemandangan itu, Tobi sengaja bertanya, "Kelihatannya kamu senang mendengar kata-kataku. Mungkinkah kamu juga tertarik kepadaku?"Saat mendengar kata-kata, gadis cantik segera menstabilkan emosinya. Padahal, biasanya dia sangat tenang, tetapi hatinya kini malah diporak-porandakan oleh Tuan Muda hanya dengan beberapa kata saja.Dia buru-buru menenangkan diri dan bertanya balik, "Apa Tuan memperlakukan semua gadis seperti ini?""Haha. Tentu saja nggak. Ini pertama kalinya aku bercanda seperti ini.""Namaku Tobi Yudistira. Lantaran berjodoh bisa bertemu di sini, bolehkah aku menanyakan namamu?" tanya Tobi."Laurin Alvrenda!"Gadis itu memberi tahu namanya sambil tersenyum. Sepertinya dia tidak terlihat marah."Laurin Alvrenda, nama yang indah sekali. Margamu kedengarannya nggak asing. Jangan-jangan kamu dari Keluarga Alvrenda?" tanya Tobi.Selain segelintir orang yang mengetahui marga ini, yang lainnya kebanyakan tidak tahu. Di zaman sekarang, legenda Keluarga Alvrenda masih sanga
Tobi sungguh tidak tahu apa yang diinginkan si penelepon misterius itu. Mungkin setelah dia menemukan dalang di balik semua ini, barulah dia bisa memahami konspirasi seperti apa yang mereka lakukan."Nggak perlu!""Terima kasih Tuan Tobi. Sayangnya, aku juga bawa mobil ke sini."Selesai berbicara, Laurin berjalan menuju mobil Ferrari. Setelah menyalakan mobil, dia pun melaju dari sana.Begitu mobil Ferrari itu pergi, Tobi segera menyalakan mobil dan mengejarnya dari belakang.Di saat bersamaan, Tobi mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi nomor agen rahasia Sekte Naga. Setelah tersambung, dia pun memerintahkan, "Periksa nomor pelat mobil Ferrari ini untukku. Selidiki siapa yang membeli mobil itu dan siapa yang menggunakannya, terutama belakangan ini.""Oh ya, periksa juga Laurin Alvrenda. Aku ingin mengetahui semua informasi mengenai dirinya."Usai menutup telepon, sorot mata Tobi tidak lagi memperlihatkan ekspresi penuh perhatian dan kekaguman seperti tadi. Yang ada kini hanya