Lagi pula, kelak dia masih punya banyak peluang untuk bertanya kembali kepada pria itu.Setelah meninggalkan tempat itu, Devi pun bergegas kembali ke kantor polisi.Begitu melihat Pak Zainal, Devi langsung melupakan janjinya kepada Tobi dan berkata dengan bangga, "Paman Zainal, kamu kira asalkan kamu nggak memberitahuku identitas Tobi yang sesungguhnya, aku nggak akan tahu?"Zainal tertegun sejenak, kemudian bertanya, "Kamu sudah tahu?"Sebenarnya, Zainal juga baru saja mengetahuinya. Dia tidak menyangka Tobi ternyata adalah Raja Naga dari Sekte Naga yang legendaris itu.Pantas saja, kemampuan pria itu hebat sekali, apalagi perilakunya juga begitu mendominasi. Ternyata dia adalah Raja Naga dari Sekte Naga.Mendengar itu, Devi bergumam dalam hatinya, 'Benar saja. Paman Zainal sudah tahu. Karena dia sudah tahu, seharusnya nggak masalah kalau aku membahasnya.' Devi pun berkata dengan suara pelan, "Tentu saja. Ternyata dia seorang agen rahasia. Walau identitas itu spesial, tapi Paman Zaina
Melihat pemandangan itu, Tobi sengaja bertanya, "Kelihatannya kamu senang mendengar kata-kataku. Mungkinkah kamu juga tertarik kepadaku?"Saat mendengar kata-kata, gadis cantik segera menstabilkan emosinya. Padahal, biasanya dia sangat tenang, tetapi hatinya kini malah diporak-porandakan oleh Tuan Muda hanya dengan beberapa kata saja.Dia buru-buru menenangkan diri dan bertanya balik, "Apa Tuan memperlakukan semua gadis seperti ini?""Haha. Tentu saja nggak. Ini pertama kalinya aku bercanda seperti ini.""Namaku Tobi Yudistira. Lantaran berjodoh bisa bertemu di sini, bolehkah aku menanyakan namamu?" tanya Tobi."Laurin Alvrenda!"Gadis itu memberi tahu namanya sambil tersenyum. Sepertinya dia tidak terlihat marah."Laurin Alvrenda, nama yang indah sekali. Margamu kedengarannya nggak asing. Jangan-jangan kamu dari Keluarga Alvrenda?" tanya Tobi.Selain segelintir orang yang mengetahui marga ini, yang lainnya kebanyakan tidak tahu. Di zaman sekarang, legenda Keluarga Alvrenda masih sanga
Tobi sungguh tidak tahu apa yang diinginkan si penelepon misterius itu. Mungkin setelah dia menemukan dalang di balik semua ini, barulah dia bisa memahami konspirasi seperti apa yang mereka lakukan."Nggak perlu!""Terima kasih Tuan Tobi. Sayangnya, aku juga bawa mobil ke sini."Selesai berbicara, Laurin berjalan menuju mobil Ferrari. Setelah menyalakan mobil, dia pun melaju dari sana.Begitu mobil Ferrari itu pergi, Tobi segera menyalakan mobil dan mengejarnya dari belakang.Di saat bersamaan, Tobi mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi nomor agen rahasia Sekte Naga. Setelah tersambung, dia pun memerintahkan, "Periksa nomor pelat mobil Ferrari ini untukku. Selidiki siapa yang membeli mobil itu dan siapa yang menggunakannya, terutama belakangan ini.""Oh ya, periksa juga Laurin Alvrenda. Aku ingin mengetahui semua informasi mengenai dirinya."Usai menutup telepon, sorot mata Tobi tidak lagi memperlihatkan ekspresi penuh perhatian dan kekaguman seperti tadi. Yang ada kini hanya
Begitu melihat mobil Laurin tiba-tiba melaju kencang, Tobi tahu wanita itu pasti sudah menyadari ada yang mengikutinya dari belakang.Wanita ini cukup waspada juga.Reaksi pertama Tobi adalah menginjak pedal gas sekuat mungkin agar bisa mengikuti jejak Laurin.Tidak peduli kemampuan mengemudi Laurin hebat dan performa mobilnya jauh lebih kencang, jika Tobi sungguh ingin mengejarnya, itu sama sekali bukanlah hal sulit.Namun, Tobi pada akhirnya menyerah. Bagaimanapun, sejauh ini, tidak ada tumpang tindih di antara kedua belah pihak. Sekalipun Tobi berhasil menyusul mobil Laurin, juga tidak ada gunanya.Tidak mungkin dia menangkap orang hanya berdasarkan intuisinya yang beranggapan bahwa Laurin bukanlah orang baik.Lagi pula, dia sudah mengutus orang untuk menyelidiki Laurin. Bukankah hasilnya akan lebih baik jika langsung dari sumbernya?Jadi, Tobi memutuskan untuk menghentikan pengejarannya dan hanya meminta anak buahnya untuk memeriksa hotel yang ditinggali Laurin.Tak disangka, akan
Laurin segera mengangguk dan berkata, "Baik. Nyonya Naura, tenang saja. Kali ini, aku pasti akan menutup mulut rapat-rapat dan nggak akan membiarkan hal lainnya terbongkar.""Bertindaklah sesuai situasi.""Lagi pula, kami nggak punya dendam apa pun. Kamu putuskan sendiri saja. Satu-satunya permintaanku adalah jangan beri tahu dia kalau aku berada di Kota Tawuna."Usai meninggalkan kata-kata itu, Nyonya Naura segera mengemas barang-barangnya, kemudian meninggalkan hotel bersama yang lainnya.Gerakannya sangat cepat. Dia bahkan tidak menggunakan lift, tetapi langsung menaiki tangga. Dia juga berhasil menghindar dari kamera pengawas. Kepergiannya benar-benar tidak meninggalkan jejak apa pun.Baru saja Naura meninggalkan hotel, mobil Tobi sudah sampai. Pria itu sudah berhasil menemukan nomor kamar di mana Laurin tinggal, jadi dia langsung naik ke atas.Sesampainya di depan kamar Laurin, Tobi pun mengetuk pintu.Laurin membuka pintu kamar.Tobi tertegun sejenak.Karena Laurin saat ini baru
"Kalau Nona Laurin mau begitu, silakan saja," ujar Tobi dengan nada datar.Laurin tampak kesal, lalu berkata, "Tuan Tobi, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?""Katakan padaku, siapa wanita yang bersamamu itu? Mengapa kalian melarangku bersama Widia dan ingin aku menikah dengan Jessi?" tanya Tobi."Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan!""Kelihatannya kamu mau ngotot sampai akhir." Tobi tampak kesal. Dia langsung berdiri, mengambil langkah ke depan, dan tiba-tiba menarik Laurin ke arahnya.Laurin terkejut. Ekspresi wajahnya juga berubah."A ... apa yang ingin kamu lakukan?""Menurutmu, apa lagi yang bisa aku lakukan saat berhadapan dengan wanita cantik sepertimu?" ucap Tobi dengan geram.Saat Tobi menundukan kepala, dia melihat wajah Laurin sudah memucat. Jubah yang dikenakan wanita itu juga sempat terkesiap dan samar-samar memperlihatkan tubuh indahnya.Kulit wanita itu begitu putih, sepasang bola mata yang cerah itu memperlihatkan emosi yang kompleks. Ada rasa malu, gugup, ba
Laurin terkejut. Tak disangka, Tobi akan begitu pintar menebak, apalagi tebakannya juga benar. Laurin pun buru-buru berkata, "Dia hanya salah seorang rekanku, kamu kira dia ibumu?""Kamu pikir terlalu jauh. Kalau dia sungguh ibumu, dia pasti sudah bertemu denganmu.""Benar juga!"Tobi menganggukkan kepalanya. Namun, tak lama kemudian, dia kembali menambahkan, "Tapi belum tentu. Berdasarkan kata-katamu barusan, ibuku masih hidup. Hanya saja, dia nggak datang mencariku. Mungkin dia punya alasan khusus.""..."Laurin tersenyum pahit. Tak disangka, Tobi akan cepat tanggap seperti itu. Namun, dia masih tetap berkata, "Terserah kalau kamu mau berpikir begitu.""Baiklah. Kalau begitu, bagaimana kabar ibuku sekarang?""Jangan khawatir. Dia baik-baik saja. Dia lagi sibuk menangani hal penting. Setelah selesai, dia akan datang mencarimu ke Kota Tawuna.""Benarkah?" Tobi terlihat antusias. Selama bertahun-tahun ini, dia tidak menemukan berita tentang ibunya. Sekarang, begitu tahu bahwa ibunya sel
"Aku ...."Laurin hampir saja keceplosan dan memberitahukan kebenarannya. Hanya saja, dia masih teringat dengan pesan Nyonya Naura sebelumnya. Untuk saat ini, Nyonya Naura tidak ingin Tobi tahu dirinya tinggal di Kota Tawuna.Laurin bertingkah seolah-olah tidak peduli dan berkata, "Apa boleh buat kalau kamu nggak percaya. Terserah kamu saja.""Benarkah? Walau aku nggak tertarik denganmu, tapi berdasarkan paras cantikmu, aku ....""Kamu berani!"Laurin merasa terhina dan juga sedih. Dia menyela dan berkata dengan marah, "Kalau kamu berani melakukannya, meski jadi hantu pun, aku juga nggak akan melepaskanmu!"Sembari berbicara, air matanya terus mengalir.Hal itu tentunya membuat Tobi kebingungan.Apalagi, saat melihat Laurin sedih dan marah, apalagi ekspresinya tampak begitu menyedihkan, Tobi mendadak merasa kasihan kepadanya, seolah-olah dia adalah orang jahat yang keji.Melihat tatapan menyedihkan Laurin, Tobi tidak kuasa turun tangan. Dia hanya berkata tak berdaya, "Ya sudahlah kalau