Laurin terkejut. Tak disangka, Tobi akan begitu pintar menebak, apalagi tebakannya juga benar. Laurin pun buru-buru berkata, "Dia hanya salah seorang rekanku, kamu kira dia ibumu?""Kamu pikir terlalu jauh. Kalau dia sungguh ibumu, dia pasti sudah bertemu denganmu.""Benar juga!"Tobi menganggukkan kepalanya. Namun, tak lama kemudian, dia kembali menambahkan, "Tapi belum tentu. Berdasarkan kata-katamu barusan, ibuku masih hidup. Hanya saja, dia nggak datang mencariku. Mungkin dia punya alasan khusus.""..."Laurin tersenyum pahit. Tak disangka, Tobi akan cepat tanggap seperti itu. Namun, dia masih tetap berkata, "Terserah kalau kamu mau berpikir begitu.""Baiklah. Kalau begitu, bagaimana kabar ibuku sekarang?""Jangan khawatir. Dia baik-baik saja. Dia lagi sibuk menangani hal penting. Setelah selesai, dia akan datang mencarimu ke Kota Tawuna.""Benarkah?" Tobi terlihat antusias. Selama bertahun-tahun ini, dia tidak menemukan berita tentang ibunya. Sekarang, begitu tahu bahwa ibunya sel
"Aku ...."Laurin hampir saja keceplosan dan memberitahukan kebenarannya. Hanya saja, dia masih teringat dengan pesan Nyonya Naura sebelumnya. Untuk saat ini, Nyonya Naura tidak ingin Tobi tahu dirinya tinggal di Kota Tawuna.Laurin bertingkah seolah-olah tidak peduli dan berkata, "Apa boleh buat kalau kamu nggak percaya. Terserah kamu saja.""Benarkah? Walau aku nggak tertarik denganmu, tapi berdasarkan paras cantikmu, aku ....""Kamu berani!"Laurin merasa terhina dan juga sedih. Dia menyela dan berkata dengan marah, "Kalau kamu berani melakukannya, meski jadi hantu pun, aku juga nggak akan melepaskanmu!"Sembari berbicara, air matanya terus mengalir.Hal itu tentunya membuat Tobi kebingungan.Apalagi, saat melihat Laurin sedih dan marah, apalagi ekspresinya tampak begitu menyedihkan, Tobi mendadak merasa kasihan kepadanya, seolah-olah dia adalah orang jahat yang keji.Melihat tatapan menyedihkan Laurin, Tobi tidak kuasa turun tangan. Dia hanya berkata tak berdaya, "Ya sudahlah kalau
"Tapi dia akan segera datang.""Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggunya."Lantaran ibunya baik-baik saja, Tobi juga merasa tenang. Namun, dia masih khawatir dengan situasinya ibunya saat ini. Apa ibunya sudah bebas sekarang?"Aku pastikan sekali lagi, kalian nggak memaksaku untuk menikah dengan Jessi lagi, 'kan?" tanya Tobi."Ya!""Baik. Kalau begitu, aku pergi dulu!"Tanpa ragu sedikit pun, Tobi langsung meninggalkan Laurin. Meski wanita di hadapannya begitu memikat, dia sepertinya sama sekali tidak tergoda.Laurin tercengang. Dia pergi begitu saja?Apa Laurin tidak memiliki daya tarik sedikit pun?Ini pertama kalinya Laurin meragukan pesona yang dimilikinya.Selama ini, dia merasa asalkan dia bersedia mengambil inisiatif, seharusnya tidak ada pria yang bisa menolak pesonanya.Di saat memikirkan masalah ini, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Nyonya Naura.Begitu panggilan tersambung, Laurin segera berkata, "Nyonya Naura, maafkan aku. Ini semua salahku.""Nggak apa-apa!"
Widia tiba-tiba mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya mengapa ibunya sampai sekarang masih belum sadar juga. Jika ibunya masih tidak mengubah sikapnya, sekalipun Tobi kembali, cepat atau lambat, akan terjadi masalah lagi.Saat melihat tatapan putrinya, Yesa langsung panik bercampur kesal, "Apa maksud tatapan matamu itu? Apa kamu sungguh ingin melihat adikmu hancur begitu saja dan hanya berdiam diri?"Kakek Muhar juga buru-buru berkata, "Widia, adikmu selalu mendukungmu selama ini. Jadi, apa pun yang terjadi, kamu harus membantunya.""Benar. Widia, kamu harus bantu Candra," ujar Herman ikut menimpali.Candra membuka mulutnya hendak berbicara, tetapi dia juga tidak ingin merepotkan kakaknya. Apalagi, sudah terjadi begitu banyak hal belakangan ini. Keluarganya kini sudah tidak punya hubungan apa pun lagi dengan kakak iparnya.Namun, Candra juga tidak ingin kehilangan Julia.Melihat tatapan semua keluarganya, Widia merasa tidak nyaman. Dia pun berkata, "Apa kalian pikir aku nggak akan mem
Wajah Widia memerah. Memikirkan kejadian tadi malam, dia mendadak merasakan keinginan yang tidak bisa dijelaskan dalam hatinya."Hehe. Bukankah kamu juga menginginkannya? Masa kamu nggak mau?" tanya Tobi sambil tersenyum nakal. Setelah berhasil menangani masalah itu, dia barulah menghela napas lega.Kalau tidak, Tobi sungguh merasa berutang banyak kepada Jessi. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menghadapi wanita itu kelak."Sembarangan. Di saat seperti ini, mana mungkin aku bisa memikirkan hal itu?" Begitu teringat dengan apa yang terjadi barusan, suasana hati Widia kembali buruk."Ada apa? Apa yang terjadi? Apa Keluarga Santoso sudah datang?" tanya Tobi. Saat ini, Keluarga Lianto seharusnya hanya mengkhawatirkan masalah Candra."Nggak, tapi Keluarga Jhonson sudah sepakat akan datang melamar ke kediaman Santoso besok. Setelah mencari hari baik, mereka akan mengadakan acara pernikahan.""Candra panik. Dia bersikeras mau pergi ke kediaman Santoso besok. Dia bilang sekalipun harus men
Setelah menutup telepon, Tobi sengaja mendatangi vila Keluarga Yusnuwa untuk menemui Jessi. Dia memberi tahu Jessi kalau masalahnya telah terselesaikan. Jadi, dengan kata lain, Tobi tidak perlu melibatkan wanita itu lagi.Saat Jessi mendengar kabar itu, dia juga merasa senang untuk Tobi. Asalkan Kak Tobi gembira, dia juga tentunya akan gembira.Namun, dia juga merasa kecewa. Sekalipun dia tidak bisa bersama Kak Tobi, setidaknya dia bisa mengadakan acara pernikahan dengan pria itu, bahkan membuat akta nikah.Wajah Damar juga berubah muram. Dia diam-diam tersenyum pahit.Tampaknya kekayaan luar biasa ini belum berjodoh dengan Keluarga Yusnuwa mereka.Setelah menyelesaikan masalah itu, Tobi baru kembali ke Vila Distrik Terra 1.Namun, begitu sampai di depan pintu, dia telah menyadari kedatangan dua tamu yang tidak diundang.Padahal Aron sudah dihukum habis-habisan olehnya, tetapi pria bodoh itu masih tidak menyerah dan mengejarnya sampai ke sini. Apa dia masih belum sadar kalau dirinya bu
Aron tertegun sejenak dan buru-buru berkata, "Kondisi fisikku selalu bagus sejak kecil. Aku nggak perlu melakukan pelatihan fisik.""Aku bilang perlu. Jadi, kamu mau dengar atau nggak?" tanya Tobi.Mana mungkin Aron menyia-nyiakan kesempatan langka ini? Dia langsung menjawab, "Ya!"Tobi kemudian segera memberinya nomor telepon Pandu. Setelah itu, Tobi juga menelepon Pandu dan memberitahunya masalah itu.Meski Aron masih belum bisa mengikuti Raja Naga, dia kini sudah menjadi anak buahnya. Kelak, dia masih punya banyak peluang. Memikirkan hal ini. Aron sangat senang.Wajahnya tidak kuasa menyembunyikan senyuman yang tidak terkendali.Melihat Tobi begitu mudah diajak berkompromi, Martha segera berkata, "Kak Tobi, masalah Kak Widia ....""Sudah kubilang, kamu nggak perlu ikut campur."Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah selarut ini. Aku masih perlu istirahat. Kalau nggak ada hal lain, kalian segeralah kembali."Martha tidak berdaya. Siapa bilang tidak ada hal lain lagi? Padaha
Mendengar suara itu, Yesa langsung terkejut.Dia menolehkan kepalanya. Benar saja, Tobi sudah datang. Dia terlihat panik, lalu buru-buru menjelaskan, "Tobi, kamu sudah datang. Aku, aku barusan asal omong saja. Jangan dimasukkan ke dalam hati, ya.""Haha!"Tobi hanya tertawa. Dia baru saja mengganti mobil. Mungkin karena itulah, Yesa tidak menyadari kedatangannya.Namun, Tobi tidak ingin berdebat dengan Yesa lagi. Dia hanya berkata dengan tenang, "Widia, Candra, ayo masuk ke dalam mobil."Mendengar itu, Widia dan Candra pun bergegas masuk ke dalam mobil."Candra, kamu yang menyetir." Tobi langsung melemparkan kunci mobil kepada Candra.Candra mengangguk. Setelah mengambil kunci, dia pun masuk ke dalam mobil.Dia memang ingin menyetir sendiri agar bisa mempercepat laju mobil. Lantaran dia juga seorang penyuka balap, apalagi kemampuan menyetirnya cukup baik.Candra merasa kemampuan menyetir kakak ipar pasti kalah jauh dibandingkan dengan dirinya.Yesa berjalan mendekat, lalu membuka pintu