"Tapi dia akan segera datang.""Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggunya."Lantaran ibunya baik-baik saja, Tobi juga merasa tenang. Namun, dia masih khawatir dengan situasinya ibunya saat ini. Apa ibunya sudah bebas sekarang?"Aku pastikan sekali lagi, kalian nggak memaksaku untuk menikah dengan Jessi lagi, 'kan?" tanya Tobi."Ya!""Baik. Kalau begitu, aku pergi dulu!"Tanpa ragu sedikit pun, Tobi langsung meninggalkan Laurin. Meski wanita di hadapannya begitu memikat, dia sepertinya sama sekali tidak tergoda.Laurin tercengang. Dia pergi begitu saja?Apa Laurin tidak memiliki daya tarik sedikit pun?Ini pertama kalinya Laurin meragukan pesona yang dimilikinya.Selama ini, dia merasa asalkan dia bersedia mengambil inisiatif, seharusnya tidak ada pria yang bisa menolak pesonanya.Di saat memikirkan masalah ini, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Nyonya Naura.Begitu panggilan tersambung, Laurin segera berkata, "Nyonya Naura, maafkan aku. Ini semua salahku.""Nggak apa-apa!"
Widia tiba-tiba mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya mengapa ibunya sampai sekarang masih belum sadar juga. Jika ibunya masih tidak mengubah sikapnya, sekalipun Tobi kembali, cepat atau lambat, akan terjadi masalah lagi.Saat melihat tatapan putrinya, Yesa langsung panik bercampur kesal, "Apa maksud tatapan matamu itu? Apa kamu sungguh ingin melihat adikmu hancur begitu saja dan hanya berdiam diri?"Kakek Muhar juga buru-buru berkata, "Widia, adikmu selalu mendukungmu selama ini. Jadi, apa pun yang terjadi, kamu harus membantunya.""Benar. Widia, kamu harus bantu Candra," ujar Herman ikut menimpali.Candra membuka mulutnya hendak berbicara, tetapi dia juga tidak ingin merepotkan kakaknya. Apalagi, sudah terjadi begitu banyak hal belakangan ini. Keluarganya kini sudah tidak punya hubungan apa pun lagi dengan kakak iparnya.Namun, Candra juga tidak ingin kehilangan Julia.Melihat tatapan semua keluarganya, Widia merasa tidak nyaman. Dia pun berkata, "Apa kalian pikir aku nggak akan mem
Wajah Widia memerah. Memikirkan kejadian tadi malam, dia mendadak merasakan keinginan yang tidak bisa dijelaskan dalam hatinya."Hehe. Bukankah kamu juga menginginkannya? Masa kamu nggak mau?" tanya Tobi sambil tersenyum nakal. Setelah berhasil menangani masalah itu, dia barulah menghela napas lega.Kalau tidak, Tobi sungguh merasa berutang banyak kepada Jessi. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menghadapi wanita itu kelak."Sembarangan. Di saat seperti ini, mana mungkin aku bisa memikirkan hal itu?" Begitu teringat dengan apa yang terjadi barusan, suasana hati Widia kembali buruk."Ada apa? Apa yang terjadi? Apa Keluarga Santoso sudah datang?" tanya Tobi. Saat ini, Keluarga Lianto seharusnya hanya mengkhawatirkan masalah Candra."Nggak, tapi Keluarga Jhonson sudah sepakat akan datang melamar ke kediaman Santoso besok. Setelah mencari hari baik, mereka akan mengadakan acara pernikahan.""Candra panik. Dia bersikeras mau pergi ke kediaman Santoso besok. Dia bilang sekalipun harus men
Setelah menutup telepon, Tobi sengaja mendatangi vila Keluarga Yusnuwa untuk menemui Jessi. Dia memberi tahu Jessi kalau masalahnya telah terselesaikan. Jadi, dengan kata lain, Tobi tidak perlu melibatkan wanita itu lagi.Saat Jessi mendengar kabar itu, dia juga merasa senang untuk Tobi. Asalkan Kak Tobi gembira, dia juga tentunya akan gembira.Namun, dia juga merasa kecewa. Sekalipun dia tidak bisa bersama Kak Tobi, setidaknya dia bisa mengadakan acara pernikahan dengan pria itu, bahkan membuat akta nikah.Wajah Damar juga berubah muram. Dia diam-diam tersenyum pahit.Tampaknya kekayaan luar biasa ini belum berjodoh dengan Keluarga Yusnuwa mereka.Setelah menyelesaikan masalah itu, Tobi baru kembali ke Vila Distrik Terra 1.Namun, begitu sampai di depan pintu, dia telah menyadari kedatangan dua tamu yang tidak diundang.Padahal Aron sudah dihukum habis-habisan olehnya, tetapi pria bodoh itu masih tidak menyerah dan mengejarnya sampai ke sini. Apa dia masih belum sadar kalau dirinya bu
Aron tertegun sejenak dan buru-buru berkata, "Kondisi fisikku selalu bagus sejak kecil. Aku nggak perlu melakukan pelatihan fisik.""Aku bilang perlu. Jadi, kamu mau dengar atau nggak?" tanya Tobi.Mana mungkin Aron menyia-nyiakan kesempatan langka ini? Dia langsung menjawab, "Ya!"Tobi kemudian segera memberinya nomor telepon Pandu. Setelah itu, Tobi juga menelepon Pandu dan memberitahunya masalah itu.Meski Aron masih belum bisa mengikuti Raja Naga, dia kini sudah menjadi anak buahnya. Kelak, dia masih punya banyak peluang. Memikirkan hal ini. Aron sangat senang.Wajahnya tidak kuasa menyembunyikan senyuman yang tidak terkendali.Melihat Tobi begitu mudah diajak berkompromi, Martha segera berkata, "Kak Tobi, masalah Kak Widia ....""Sudah kubilang, kamu nggak perlu ikut campur."Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sudah selarut ini. Aku masih perlu istirahat. Kalau nggak ada hal lain, kalian segeralah kembali."Martha tidak berdaya. Siapa bilang tidak ada hal lain lagi? Padaha
Mendengar suara itu, Yesa langsung terkejut.Dia menolehkan kepalanya. Benar saja, Tobi sudah datang. Dia terlihat panik, lalu buru-buru menjelaskan, "Tobi, kamu sudah datang. Aku, aku barusan asal omong saja. Jangan dimasukkan ke dalam hati, ya.""Haha!"Tobi hanya tertawa. Dia baru saja mengganti mobil. Mungkin karena itulah, Yesa tidak menyadari kedatangannya.Namun, Tobi tidak ingin berdebat dengan Yesa lagi. Dia hanya berkata dengan tenang, "Widia, Candra, ayo masuk ke dalam mobil."Mendengar itu, Widia dan Candra pun bergegas masuk ke dalam mobil."Candra, kamu yang menyetir." Tobi langsung melemparkan kunci mobil kepada Candra.Candra mengangguk. Setelah mengambil kunci, dia pun masuk ke dalam mobil.Dia memang ingin menyetir sendiri agar bisa mempercepat laju mobil. Lantaran dia juga seorang penyuka balap, apalagi kemampuan menyetirnya cukup baik.Candra merasa kemampuan menyetir kakak ipar pasti kalah jauh dibandingkan dengan dirinya.Yesa berjalan mendekat, lalu membuka pintu
Keluarga Santoso memang kuat, tetapi jika dibandingkan dengan empat keluarga besar, kesenjangannya terlalu besar.Banyak anggota Keluarga Santoso, terutama pamannya Julia, Radit, dan Dilan, sangat ingin bergantung pada Keluarga Jhonson. Dengan begitu, kekuatan keluarga mereka pasti akan meroket, apalagi mereka juga akan menerima keuntungan yang sangat besar.Hanya ibunya Julia yang terlihat tidak senang karena dia tahu putrinya menyukai Candra. Sebelumnya, dia diam-diam membiarkan putrinya pergi ke Kota Tawuna untuk mencari Candra.Meski ayahnya Julia juga enggan, dia harus menerima semuanya demi mempertahankan keluarga mereka.Julia menundukkan kepala dan terus menyentuh layar ponselnya. Dia sedang mengirim pesan kepada Candra.Hanya saja, setelah mengirim banyak pesan, Candra masih tidak membalas. Apalagi, kini perbincangan kedua belah pihak sudah hampir usai, tetapi Candra masih belum juga muncul.Hal ini tentu membuat Julia merasa sedih.Walau dia tahu keluarganya Candra tidak sang
Tobi memiliki pendengaran yang tajam. Begitu mendengar apa yang dikatakan ibunya Michael, dia segera mendobrak pintu aula. Dia langsung berteriak dengan suara lantang dan mengatakan mereka keberatan dengan keputusan itu.Begitu selesai berbicara, mereka pun berjalan masuk ke dalam.Semua orang tertegun sejenak. Siapa yang berani keberatan di saat seperti ini? Semuanya pun langsung menoleh dan melihat ke luar. Ada tiga sosok yang muncul dari arah pintu.Begitu melihat kedatangan mereka, Julia tidak kuasa menahan kegembiraan lagi. Dia langsung berdiri dan berteriak dengan penuh semangat, "Kak Candra!"Melihat Tobi dan lainnya datang, Dilan terlihat kesal. Wajahnya berubah muram. Dia tidak menyangka Candra akan berani datang ke kediaman Santoso dan membawa pergi adiknya.Hal ini menunjukkan bahwa Candra mengabaikan ancaman Dilan dan tidak menganggapnya serius. Dilan tentu tidak terima diperlakukan seperti itu.Hanya saja, pamannya Julia, Radit, terlihat marah dan berkata dengan dingin, "K