Sebenarnya, Devi tidak ingin melepaskan Tobi begitu saja, tetapi Pak Zainal telah mengatakan demikian, dia juga tidak bisa menentangnya.Meskipun ayahnya termasuk atasannya Pak Zainal, dia paling tidak suka memanfaatkan status keluarganya. Bahkan anggota komisi lainnya juga tidak mengetahui dirinya adalah putri Pak Hilman.Setelah menutup telepon, Devi pun menyuruh anak buahnya untuk membuka borgol Tobi, lalu berkata dengan dingin, "Tobi, kamu sangat hebat. Apa kamu merasa puas sekarang?""Nggak juga, lagian aku memang nggak melakukannya. Mengenai masalah ini, aku harap Bu Devi akan menyelidikinya secara mendalam dan menemukan pelaku sebenarnya."“Jangan khawatir, aku pasti akan melakukan tugasku. Jangan sempat aku menemukan bukti yang mengarah ke dirimu, saat itu, nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu.""Nggak akan!"Tobi tersenyum tipis, lalu berdiri dan berkata, "Bu Devi, kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa.""Kita pasti akan bertemu lagi," kata Devi dengan dingin.Diam-di
"Terserah kamu."Widia pun menutup telepon dengan girang.Saat ini, dia akhirnya mengerti apa itu cinta.Di saat ini juga, dia baru menyadari dirinya sangat menyukai Tobi,Sekalipun bajingan ini hanya seorang pecundang dan tidak punya apa-apa dan kelak dia pasti akan menjadi pembicaraan orang lain jika menikah dengan pria itu.Namun, dia mulai merasa kalau semua itu tidak penting lagi.Dia tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Asalkan dirinya menyukainya.Hanya saja, dia mungkin tidak bisa melewati rintangan orang tuanya. Selain itu, masih ada kakeknya yang saat ini sedang berada jauh dari rumah. Entah bagaimana sikapnya nanti saat mengetahui hal itu.Hais!Mengapa masalah yang dia hadapi begitu sulit?Saat ini, Widia diam-diam membuat keputusan.Dia pasti akan mengasah Tobi dengan baik agar membuat pria itu makin hebat dan bahkan menjadi andalan perusahaan.Saat itu, dia pasti akan lebih bisa menerima pria itu.Tiba-tiba Widia teringat dengan film "Love is Love". Apa diriny
Mendengar suara itu, Susan juga terpaku di tempat. Dia tampak kaget.Apa yang terjadi? Sepertinya itu suara Pak Tobi? Jangan-jangan dia berhalusinasi saking khawatirnya?Dia buru-buru berbalik dan menolehkan kepalanya. Ternyata benar, itu Pak Tobi. Seketika wajahnya tampak sumringah.'Cepat sekali Pak Tobi kembali? Apa itu berarti dia baik-baik saja?' gumamnya dalam hati.Tobi berjalan mendekat, lalu memandang wajah Yuli yang ketakutan itu sambil bertanya, "Yuli, aku lagi bertanya kepadamu, mengapa kamu diam saja?"Wajah Yuli menjadi pucat, lalu dia buru-buru menjelaskan, "Pak Tobi, ini semua salah paham. Aku hanya sembarangan bicara saja."Tobi tersenyum tipis. Kilatan dingin muncul di sorot matanya, "Kamu kira aku akan percaya?""Aku ... aku ....""Lihat, betapa pengecutnya dirimu!"Tobi menggelengkan kepalanya. Tatapannya tampak menghina. Sebelum pergi, dia meninggalkan satu kalimat."Yuli, kuperingatkan, jangan lakukan hal-hal di luar kemampuanmu. Kalau nggak, suatu hari nanti kamu
"Oh ya, mulai sekarang, lebih fokuslah pada bisnis perusahaan. Jangan biarkan Leo melakukan segalanya. Sekarang, kamu memiliki sudah prestasi dan kinerja. Kalau aku menemukan kesempatan, aku akan mempromosikanmu ke posisi yang lebih tinggi."Widia sengaja menjelaskan hal itu sekaligus memberi motivasi kepada Tobi.Namun, saat Tobi mendengar itu, dia langsung menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu repot-repot. Posisiku sekarang sudah bagus.""Sudah cukup? Kenapa kamu begitu nggak ingin membuat kemajuan?""Aku rasa nggak perlu.""Nggak perlu? Kamu kira dirimu sudah hebat karena mendapatkan banyak uang? Kamu pikir ada orang yang mau menikahimu?"Hampir saja kalimat ini keluar dari mulut Widia, 'Memangnya kamu sudah layak bersanding dengan diriku?'Tobi sepertinya menangkap maksud Widia, "Maksudmu, asalkan aku bekerja keras dan sukses, kamu bersedia menjadi istriku?""Huh. Aku nggak bilang.""Kalau begitu, lupakan saja. Aku nggak mau melakukan pekerjaan yang nggak ada gunanya."
"Kristin ...."Setelah meninggalkan perusahaan, Tobi pun mengunjungi Kristin.Meskipun sudah lama tidak bertemu, Kristin masih senantiasa mengenakan rok panjang sederhana, yang langsung memperlihatkan tubuh rampingnya.Wajah mulusnya membuatnya terlihat makin cantik, ditambah lagi, kulitnya juga cerah.Pria mana pun mungkin akan terpikat oleh kecantikannya."Kak Tobi, kamu datang!"Kristin juga sangat senang melihat Tobi. Sebenarnya, sempat tebersit pikiran untuk mengunjungi pria itu berkali-kali, tetapi dia takut tindakannya akan merusak rumah tangga Tobi."Ya, kangen sama kamu.""Aku nggak percaya." Wajah Kristin tersipu malu, tetapi hatinya merasa sangat senang.Setelah mereka berdua duduk, Tobi pun menanyakan kabar Kristin belakangan ini.Dia baru tahu ternyata Kristin telah mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya dan sedang mencari pekerjaan baru. Saat ini, dia tidak perlu khawatir masalah uang lagi. Dia hanya ingin mencari pekerjaan yang cocok untuknya.Dia bahkan sempat meng
Kristin tidak mau melewatkan kesempatan itu begitu saja. Setelah menutup telepon, dia merasa senang sekaligus gugup. Dia langsung menjelajah banyak pertanyaan wawancara di Google dan membacanya tanpa henti.Bersiap untuk tampil baik besokKeesokan paginya, Kristin pun bersiap-siap untuk berangkat. Setelah tiba di lantai bawah di Grup Transera, dia sangat gugup dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum masuk.Begitu sampai di depan pintu, ada karyawan yang menyambutnya sambil tersenyum, "Halo, apa Anda Nona Kristin?""Be ... benar!""Silakan lewat sebelah sini. Aku akan mengantarmu ke atas."Kristin tercengang. Apa Grup Transera begitu sopan kepada calon karyawan mereka? Apalagi kakak yang satu ini memiliki temperamen yang baik dan bahkan datang menjemputnya secara khusus.Dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya dan bertanya, "Halo, Kak, apa perusahaan kalian begitu sopan kepada calon karyawan?"Gadis itu tertegun sejenak. Sepertinya Kristin belum menyadari situasinya sama s
Keesokan paginya, Widia pun berangkat ke kantor seperti biasanya dan sibuk mengerjakan urusannya, tetapi tak lama kemudian, Tania masuk ke ruangannya dan berkata dengan panik, "Widia, terjadi masalah besar!""Ada apa?" tanya Widia kaget.Setelah diingatkan oleh Tania, Widia pun mengambil ponselnya dan mulai menelusuri berita.Akhirnya, dia mengetahui apa yang terjadi. Wajahnya seketika kusut.Ternyata di internet ada yang mengeluh produk Kosmetik Botanika milik Grup Lianto tidak sesuai. Setelah diaplikasikan, produk itu bukannya memutihkan dan meremajakan kulit, tetapi justru membuat banyak flek hitam muncul di wajah.Melalui penjual, akhirnya menemukan perusahaan, tetapi perusahaan bukan hanya menolak mengakui kesalahan, mereka juga bersikukuh tidak ada yang salah dengan produknya dan mengatakan itu semua adalah kesalahan konsumen sendiri.Mereka juga mengatakan Bu Widia, selaku direktur perusahaan, juga mengancam jika mereka berani menyebarkan rumor dan merusak reputasi perusahaan, m
Setelah mengetahui situasi itu, dia tentu harus menanyainya."Maaf, aku sedang menyelidiki apa yang terjadi. Begitu ada hasil, aku akan segera memberi kabar kepada Pak Haris," kata Widia."Ok, aku akan menunggu laporanmu. Andai aku menderita kerugian besar karena kesalahanmu, aku pasti akan meminta pertanggungjawabanmu." Haris langsung menutup telepon. Ada tatapan dingin di matanya.Dari awal, masalah ini telah melewati persetujuan Haris. Jika tidak, Almer tidak akan berani mengambil tindakan. Apalagi, bukan hanya Grup Lianto yang dirugikan, tetapi hal sama juga akan menimpa Keluarga Sunaldi.Karena Keluarga Sunaldi juga berinvestasi di dalamnya.Namun, Almer termasuk kejam. Jika masalah ini tidak ditangani dengan baik, ini akan menjadi pukulan besar bagi Grup Lianto, bahkan Almer sendiri juga akan menderita kerugian besar.Wajah Widia terlihat kusut. Saat ini, dia masih belum tahu alasan di balik semua ini. Ketika melihat Mona sampai, dia langsung menanyainya dengan marah.Apalagi, me