Melihat Tobi memeluk gadis cantik seperti itu, Gavin pun berkata dengan getir, "Tobi ini memang bernasib mujur. Bisa-bisanya dia mengenal dua gadis yang begitu menakjubkan ini. Dia bahkan berhubungan dengan dua wanita sekaligus.""Benar, tapi latar belakang gadis ini nggak sederhana.""Oh?""Dia adalah putri kesayangan Damar, pemimpin Serikat Dagang Lawana.""Putrinya Damar?""Begitu rupanya. Pantas nggak ada satu pun foto yang beredar, apalagi polisi segera melepaskannya. Ternyata itu karena Damar.""Benar, jadi ini nggak bisa membuktikan kemampuan bocah itu. Aku rasa dia hanya beruntung saja. Andai putri Damar nggak terlibat, dia mungkin nggak akan dibebaskan.""Kemungkinan besar. Kalau begitu, kita jangan bertindak dulu. Tunggu dan lihat bagaimana bocah ini memperlakukan putri Damar. Lagian, Damar si pria jahat itu pasti nggak akan melepaskannya begitu saja," ucap Gavin dengan nada datar. 'Beraninya kamu bersaing wanita denganku, cepat atau lambat, kamu akan mati.'Tobi bukan hanya
"Grup Lianto ada masalah apa?""Kak Tobi masih belum tahu?" Winson tertegun sejenak, lalu buru-buru berkata, "Bisnis kosmetik yang dikerjakan oleh Bu Widia dan Keluarga Sunaldi terjadi masalah besar dan sekarang menjadi topik hangat di Internet."Tobi mengerutkan kening, tetapi tidak berkata apa-apa. Dia mengambil ponselnya dan menelusuri berita dengan cepat. Setelah melihat sekilas, wajahnya langsung berubah pucat.Sekalipun produk kosmetiknya bermasalah, kecil kemungkinan akan menimbulkan masalah sebesar ini, apalagi reaksinya segempar itu. Pasti ada orang yang mengendalikannya di balik semua ini.Bagaimana mungkin dia tidak marah dalam keadaan seperti itu?Apalagi, saat membaca begitu banyak hujatan yang ditujukan kepada Widia, hatinya seketika dipenuhi dengan niat membunuh.Sejak datang ke Kota Tawuna, ini pertama kalinya dia benar-benar emosi seperti itu.Tampaknya ada orang yang benar-benar bosan hidup."Winson, kamu meneleponku bukan hanya untuk memberitahuku hal ini saja, 'kan?
Widia tertegun beberapa saat. Tepat saat dia hendak berbicara, Tobi sudah menutup telepon.Walaupun pria ini tidak memiliki kemampuan, tetapi setiap perkataan ataupun tindakannya selalu membuat Widia tersentuh.Hanya saja, pria itu juga pembuat onar.'Apa maksud perkataannya itu? Apa ada orang yang mengincarku?'Sekalipun ada orang yang ingin mengincar Widia, Tobi juga tidak mungkin bisa menghadapinya, kecuali dia ingin bertindak kasar.Apalagi, dilihat dari tindakannya sebelumnya, hal itu sangat mungkin terjadi.Widia buru-buru meneleponnya kembali.Bukankah dia barusan menutup telepon? Kenapa Widia meneleponnya kembali?"Widia!""Tobi, apa maksud perkataanmu barusan? Mungkinkah kamu menemukan sesuatu? Kuperingatkan, jangan sembarangan," tanya Widia langsung."Aku nggak akan sembarangan.""Jadi, kamu tahu siapa dalang di balik semua ini?" tanya Widia dengan heran."Ya!""Siapa?" tanya Widia buru-buru.Tobi tidak berniat menyembunyikan hal itu kepada Widia, "Haris dan Almer!""Apa!""N
Saat ini, masalah perusahaan telah masuk dalam daftar pencarian terpopuler di Internet, bahkan ada beberapa unggahan yang menduduki peringkat teratas dan popularitasnya juga sangat tinggi."Susan, lihat itu, Bu Widia sudah akan berakhir," ujar Yuli sambil tersenyum sinis. 'Susan ini bukan hanya nggak membantu mereka, dia bahkan berpihak kepada Tobi,' gerutu Yuli dalam hati.Wajah Susan berubah muram. Jika situasinya terus seperti ini, Bu Widia akan berakhir.Karena selain masalah ini bergejolak di Internet, masih banyak orang yang membuat onar di baliknya.Orang yang mereka cari adalah Bu Widia.Entah apa yang terjadi, Bu Widia tiba-tiba menjadi orang yang menanggung seluruh masalah ini.Saat ini, Helen, Shinta dan yang lainnya yang mendukung Widia merasa sangat pesimis. Meskipun mereka tidak tahu bahwa masalah ini memang sengaja ditujukan kepada Bu Widia.Bisa dikatakan, Bu Widia akan kesulitan untuk bertahan saat ini.Sementara itu, Tobi yang barusan diperingatkan oleh Widia juga tid
Prita yang menemaninya terlihat tak berdaya. Sebenarnya, dia juga tidak terlalu memercayainya.Namun, selama ada kesempatan, dia tidak mau melewatkannya. Siapa tahu pria ini benar-benar punya cara.Meskipun tidak bisa melihat ekspresi wajah Fiona, Tobi bisa menebak pemikiran wanita itu. Dia tersenyum tipis sambil berkata, "Kelihatannya kamu nggak percaya kepadaku atau bisa dikatakan, kamu nggak percaya pada siapa pun.""Tapi kalau kamu bersedia memberiku kesempatan, aku pasti akan memperlihatkan hasilnya kepadamu hanya dalam waktu satu hari."Fiona tidak akan melakukan kesalahan seperti dulu lagi. Ketika mendengar itu, dia hanya menanggapinya dengan dingin, "Kamu nggak perlu bicara begitu banyak. Aku bukan Fiona dan aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan."Setelah mengucapkan kata-kata ini, dia segera bangkit dan berkata, "Prita, ayo kita pergi!"Prita terpaksa pergi membayar dan mengikuti Fiona dengan enggan.Namun, begitu mereka bangkit, terlihat dua pria dan seorang wanita muncul di
"Kenapa hanya diam saja? Kamu nggak membantahnya?""Sebaiknya kenali dirimu dengan baik dan batas kemampuanmu sendiri. Kalau nggak, cepat atau lambat kamu akan bunuh diri."Zira tampak bangga. Apalagi mengingat betapa patuhnya dirinya saat menjadi asisten Fiona dulu yang membuatnya merasa makin puas hari ini.Menyaksikan Prita ditampar, Fiona marah besar dan hatinya juga terasa tidak nyaman.Namun, Fiona tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih melihat dua pria di sebelah Zira yang tampak siap melindunginya kapan saja. Sebenarnya Fiona ingin sekali menghajar Zira, tetapi dia takut sebelum sempat turun tangan, dia mungkin terhempas kembali.Di saat itu juga, terdengar sebuah nada datar, "Entah dari rumah bordil mana wanita ini berasal, Kembang Merah? Sikapmu nggak sopan sekali."Begitu kata-kata ini keluar, semua orang tercengang.Fiona dan Prita tidak menyangka Tobi akan membantu mereka, bahkan mengolok-olok Zira seperti iniZira juga tersentak. Setelah beberapa saat, barulah dia menyadari
Semua orang yang melihat itu langsung terpaku di tempat.Apa ini masih termasuk kekuatan manusia? Menakutkan sekali, apalagi serangannya sangat kejam.Tobi bahkan tidak menoleh ke arah Zira lagi. Terlebih, saat ini dia tidak punya waktu untuk peduli dengan hal semacam ini. Setelah berpisah dengan Kristin, dia pun langsung pergi ke perusahaan.Saat ini, Zira tampak sangat kesakitan. Dia berusaha bangkit sambil memegangi wajahnya. Dia merasa kaget sekaligus marah.Separuh wajahnya telah bengkak.Fiona dan Prita juga tak kalah terkejut. Mereka bahkan tidak bisa memercayai penglihatan mereka."Apa lihat-lihat? Kalian berdua, tunggu saja. Dia nggak akan lolos dari masalah ini, begitu juga kalian berdua," ucap Zira dengan marah, bahkan matanya tampak berapi-api.Fiona dan Prita tidak menanggapinya. Mereka bergegas pergi dan bahkan sengaja pindah tempat tinggal agar tidak ditemukan oleh Zira.Lantaran mereka sadar, setelah Zira dipermalukan seperti ini, dia pasti sangat marah dan akan memikir
Inilah alasan mengapa Widia percaya kepada Haris dan beranggapan pria itu bukanlah dalang di balik masalah itu."Maaf, Pak Haris.""Apa gunanya minta maaf? Aku sengaja datang ke sini untuk melihat bagaimana kamu menyelesaikan masalah ini. Kalau hasilnya nggak memuaskan, sebaiknya kamu memberikan kompensasi yang sesuai," ucap Haris dengan dingin.Widia menggertakkan gigi dan berkata, "Jangan khawatir, aku pasti akan memberi penjelasan kepadamu."Prioritas utama Widia saat ini adalah menangani perang yang dibuat oleh Almer. Setelah menunggu begitu lama, Almer tidak akan melepaskan kesempatan seperti itu.Benar saja. Begitu rapat dimulai, Almer langsung menyerangnya Widia habis-habisan, bahkan tanpa berusaha menyembunyikannya.Dia langsung mengkritik Widia di depan umum karena selalu bertindak sendiri dan kerap mengistimewakan kepentingan relasinya sendiri sejak dia menjabat.Selama Widia telah memutuskan, sebesar apa pun masalahnya, dia harus melaksanakannya tanpa mendengarkan nasihat ap