Prita yang menemaninya terlihat tak berdaya. Sebenarnya, dia juga tidak terlalu memercayainya.Namun, selama ada kesempatan, dia tidak mau melewatkannya. Siapa tahu pria ini benar-benar punya cara.Meskipun tidak bisa melihat ekspresi wajah Fiona, Tobi bisa menebak pemikiran wanita itu. Dia tersenyum tipis sambil berkata, "Kelihatannya kamu nggak percaya kepadaku atau bisa dikatakan, kamu nggak percaya pada siapa pun.""Tapi kalau kamu bersedia memberiku kesempatan, aku pasti akan memperlihatkan hasilnya kepadamu hanya dalam waktu satu hari."Fiona tidak akan melakukan kesalahan seperti dulu lagi. Ketika mendengar itu, dia hanya menanggapinya dengan dingin, "Kamu nggak perlu bicara begitu banyak. Aku bukan Fiona dan aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan."Setelah mengucapkan kata-kata ini, dia segera bangkit dan berkata, "Prita, ayo kita pergi!"Prita terpaksa pergi membayar dan mengikuti Fiona dengan enggan.Namun, begitu mereka bangkit, terlihat dua pria dan seorang wanita muncul di
"Kenapa hanya diam saja? Kamu nggak membantahnya?""Sebaiknya kenali dirimu dengan baik dan batas kemampuanmu sendiri. Kalau nggak, cepat atau lambat kamu akan bunuh diri."Zira tampak bangga. Apalagi mengingat betapa patuhnya dirinya saat menjadi asisten Fiona dulu yang membuatnya merasa makin puas hari ini.Menyaksikan Prita ditampar, Fiona marah besar dan hatinya juga terasa tidak nyaman.Namun, Fiona tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih melihat dua pria di sebelah Zira yang tampak siap melindunginya kapan saja. Sebenarnya Fiona ingin sekali menghajar Zira, tetapi dia takut sebelum sempat turun tangan, dia mungkin terhempas kembali.Di saat itu juga, terdengar sebuah nada datar, "Entah dari rumah bordil mana wanita ini berasal, Kembang Merah? Sikapmu nggak sopan sekali."Begitu kata-kata ini keluar, semua orang tercengang.Fiona dan Prita tidak menyangka Tobi akan membantu mereka, bahkan mengolok-olok Zira seperti iniZira juga tersentak. Setelah beberapa saat, barulah dia menyadari
Semua orang yang melihat itu langsung terpaku di tempat.Apa ini masih termasuk kekuatan manusia? Menakutkan sekali, apalagi serangannya sangat kejam.Tobi bahkan tidak menoleh ke arah Zira lagi. Terlebih, saat ini dia tidak punya waktu untuk peduli dengan hal semacam ini. Setelah berpisah dengan Kristin, dia pun langsung pergi ke perusahaan.Saat ini, Zira tampak sangat kesakitan. Dia berusaha bangkit sambil memegangi wajahnya. Dia merasa kaget sekaligus marah.Separuh wajahnya telah bengkak.Fiona dan Prita juga tak kalah terkejut. Mereka bahkan tidak bisa memercayai penglihatan mereka."Apa lihat-lihat? Kalian berdua, tunggu saja. Dia nggak akan lolos dari masalah ini, begitu juga kalian berdua," ucap Zira dengan marah, bahkan matanya tampak berapi-api.Fiona dan Prita tidak menanggapinya. Mereka bergegas pergi dan bahkan sengaja pindah tempat tinggal agar tidak ditemukan oleh Zira.Lantaran mereka sadar, setelah Zira dipermalukan seperti ini, dia pasti sangat marah dan akan memikir
Inilah alasan mengapa Widia percaya kepada Haris dan beranggapan pria itu bukanlah dalang di balik masalah itu."Maaf, Pak Haris.""Apa gunanya minta maaf? Aku sengaja datang ke sini untuk melihat bagaimana kamu menyelesaikan masalah ini. Kalau hasilnya nggak memuaskan, sebaiknya kamu memberikan kompensasi yang sesuai," ucap Haris dengan dingin.Widia menggertakkan gigi dan berkata, "Jangan khawatir, aku pasti akan memberi penjelasan kepadamu."Prioritas utama Widia saat ini adalah menangani perang yang dibuat oleh Almer. Setelah menunggu begitu lama, Almer tidak akan melepaskan kesempatan seperti itu.Benar saja. Begitu rapat dimulai, Almer langsung menyerangnya Widia habis-habisan, bahkan tanpa berusaha menyembunyikannya.Dia langsung mengkritik Widia di depan umum karena selalu bertindak sendiri dan kerap mengistimewakan kepentingan relasinya sendiri sejak dia menjabat.Selama Widia telah memutuskan, sebesar apa pun masalahnya, dia harus melaksanakannya tanpa mendengarkan nasihat ap
Sebenarnya, Widia tahu ada orang yang mempermainkannya di sini. Kalau tidak, mustahil orang-orang di luar sana bisa mengincar dirinya.Widia hanya tidak tahu siapa dalang di balik semua ini. Tiba-tiba dia teringat dengan ucapan Tobi. Mungkinkah Almer sungguh melakukan ini?Jika tidak ada dalang di balik layar, Widia tidak akan berpikir demikian, tetapi jika ada yang merencanakan sesuatu, Almer di sini memiliki motif paling besar.Meski dia mengetahuinya sekarang, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena hasilnya sudah terpampang jelas.Almer diam-diam merasa puas, tetapi saat dia memandang Widia, dia pura-pura memperlihatkan ekspresi ketidakberdayaan, "Bu Widia, jangan salahkan aku kejam dan sudah merusak hubungan kita. Sekarang kita hanya tersisa pilihan akhir ini.""Kamu pasti sudah menyadarinya sendiri. Para korban di luar sangat ingin menghabisimu. Kalau kamu nggak keluar, masalah ini nggak akan terselesaikan.""Makin lama ditunda, masalah ini akan makin merugikan perusahaan.""K
'Sekarang dilihat, sepertinya aku terlalu baik.'Almer yang tidak menyangka Haris akan begitu membantunya itu bertambah semangat, "Bu Widia, masalah kompensasi sudah selesai dibahas, 'kan? Sekarang, bukankah seharusnya kamu mengundurkan diri, lalu turun ke bawah untuk menanganinya. orang-orang yang berkumpul di luar itu?""Kalau ditunda lagi, aku khawatir akan terjadi ada masalah besar."Widia menahan rasa pahit di hatinya. Saat bangkit, dia hampir kehilangan keseimbangan, "Baik, mulai hari ini, aku ....""Brak!"Namun, saat itu juga terdengar suara keras di depan pintu ruang konferensi. Ternyata pintu telah ditendang hingga terbuka oleh seseorang.Akibatnya, ucapan Widia pun terpotong.Semua orang tampak kaget. Siapa yang masuk ke ruang konferensi di saat ini dan begitu kasar?Di saat semua orang menolehkan kepalanya, mereka langsung mengenalinya. Ternyata itu Tobi, karyawan dari departemen penjualan.Widia juga refleks menoleh. Ternyata itu Tobi. 'Apa yang dia lakukan di sini? Apalag
Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Tobi, wajah Widia mendadak merah, seakan-akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan, meski dia jelas pria itu hanya membual atau bisa dikatakan, dia sedang menipu lawan.Semua orang tampak kaget. Mereka tidak menduga Tobi akan begitu melindungi Bu Widia.Mereka juga penasaran dan bertanya-tanya, dari mana pria itu mendapat kepercayaan diri seperti itu dan begitu mendominasi?Helen diam-diam bergumam dalam hatinya, 'Sepertinya dugaanku benar. Tobi pasti memiliki hubungan dekat dengan Bu Widia.'Hanya saja, Tobi tidak memiliki kekuatan, jadi bagaimana dia bisa membantu Bu Widia?Satu-satunya yang tampak bersemangat adalah Shinta. Dia yakin asalkan Tobi berani mengucapkan kata itu, pria itu pasti punya solusinya.Tentu saja, Widia-lah yang paling bahagia di sini. Meskipun dia merasa tidak ada yang bisa dilakukan Tobi, dia telah merasa tersentuh dengan tindakan pria itu.Almer sangat marah dan berkata dengan nada dingin, "Tobi, jangan berla
"Cepat turun, jangan mencelakai Grup Lianto.""Benar. Cepat keluar dari sini."Beberapa orang yang mendukung Almer pun memarahinya.Hal ini membuat banyak orang makin berani mengusir Tobi.Melihat pemandangan itu, Almer tampak puas. Dalam hatinya, dia diam-diam tersenyum sinis, 'Tobi, ternyata kamu nggak punya bukti sama sekali, kamu hanya menakut-nakutiku di sini. Lihat bagaimana aku membereskanmu.'Hati Widia merasa khawatir. Meski dia tidak tahu apa rencana Tobi, pria itu tulus hanya ingin membantu dirinya.Dia berniat angkat bicara untuk membela Tobi.Sayangnya, Tobi malah mendahuluinya dan berkata dengan nada datar, "Bu Helen, tolong bantu aku mengingatnya, siapa-siapa yang baru saja mencoba mengusirku. Orang-orang itu kemungkinan besar bersekongkol dengan Almer."Mendengar itu, Helen tampak terdiam.'Situasinya sudah seperti sekarang ini, kamu bahkan kesulitan melindungi dirimu sendiri.''Kamu masih sempat memikirkan ini.'Semua orang juga terdiam, tetapi Tobi melanjutkan, "Kalia