"Bagaimana mungkin?" Selama ini Hendro bertanggung jawab atas perekonomian Kota Tawuna dan paham dengan Grup Karawaci. Dia tidak habis berpikir bagaimana perusahaan bangkrut seperti itu bisa bangkit kembali?"Ada kemungkinan."Tobi tersenyum dan balik bertanya, "Pak Hendro, apa kamu ingat dua tahun yang lalu, kalian pernah mengajukan rencana pembangunan kota baru ke provinsi?"Hendro tampak terkejut. Dia memang terlibat dalam masalah itu, tetapi saat itu dia masih belum memegang jabatan. Dia pun mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Hanya saja rencananya terlalu besar dan dana yang dibutuhkan sangat besar, jadi proposal itu ditolak.""Walaupun ditolak, tapi kita juga memperoleh banyak manfaatnya. Misalnya, lalu lintas jalan raya di sekitarnya telah meningkat pesat, bahkan cukup untuk menunjang beberapa dekade mendatang.""Dokter Tobi, mengapa kamu tiba-tiba mengungkit masalah ini?""Bagaimana kalau kuberi tahu, rencana ini telah disetujui dan akan segera didistribusikan ke kota?" kata T
"Baguslah. Sepertinya yang dikatakan Pak Wibowo benar.""Ya. Syukurlah!""Tobi, terima kasih!"Mata Widia tampak berbinar-binar. Walaupun belum ada situasi spesifik, tetapi perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi bersama-sama mengadakan konferensi pers. Ini persis sama dengan apa yang dikatakan Tobi.Bisa dikatakan, hal ini sudah pasti. Selanjutnya, mereka tinggal menunggu konferensi pers ham 2.30 nanti."Kalau hal ini benar-benar terjadi, kita harus berterima kasih kepada Pak Wibowo. Terutama kamu. Kalau bukan karena Pak Wibowo, kami mungkin nggak bisa tinggal di Kota Tawuna lagi," kata Widia."Ya, kita harus berterima kasih kepadanya," ujar Tobi menyetujui ucapannya."Kalau begitu, nanti kita pergi bersama.""Oke!"Karena Widia memberitahunya, Kakek Muhar juga mengetahui berita itu dengan cepat. Diam-diam dia merasa lega.Yesa dan suaminya tercengang. Mereka tidak percaya. Mana mungkin mereka mengakuisisinya. Namun, sekalipun diakuisisi, mereka tidak mungkin peduli den
Seharusnya ini adalah kabar baik untuk Keluarga Lianto, tetapi Yesa terlihat tidak terlalu senang dan bergumam, "Bagaimana bisa, bagaimana bisa seperti ini?"Dia bahkan menuduh Tobi dengan kesal, "Tobi, dasar nggak tahu malu! Kamu menipu kami lagi!"Padahal, Tobi yang baru saja menikmati pelukan Widia itu terlihat senang. Dia sama sekali tidak menyangka momen bahagianya akan begitu singkat dan dia tiba-tiba akan difitnah seperti itu.Widia terlihat marah dan berkata, "Bu, kenapa kamu menuduhnya sembarangan?""Aku nggak sembarangan. Kalau Tobi nggak angkat bicara, kamu juga nggak setuju untuk mengembalikan dana investasiku." Wajah Yesa juga terlihat emosi.Seakan-akan dirinya ditindas, dia pun berkata lagi, "Tobi, kembalikan uangku."Kali ini, Herman pun tidak berani berbicara lagi.Widia bertambah kesal dan berkata, "Bu, bisakah Ibu bersikap masuk akal?""Apa maksudmu? Kapan aku nggak masuk akal?""Baik. Setelah punya pacar, kamu melupakan ibumu, 'kan?""Nasibku pahit. Kenapa aku melah
"Baiklah!""Tobi, ini sudah larut. Kamu harusnya sibuk, jadi aku nggak memaksamu tinggal lebih lama lagi." Sikap Kakek Muhar kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya."Oh, kalau begitu, aku pamit dulu!"Tobi menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi.Widia ragu-ragu sejenak, lalu berdiri dan mengikutinya.Kakek Muhar mengerutkan kening. Jangan-jangan gadis ini menyukai Tobi?Tobi memang anak yang baik, tetapi bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan. Tanpa dukungan kekuatan, pria itu tidak bisa melindungi Widia sepanjang hidupnya.Sebaliknya, cucu dari teman lamanya itu tidak hanya tampan, cakap dan memiliki latar belakang yang kuat. Dia akan cocok bersanding dengan Widia."Tobi, suasana hati Kakek mungkin sedang nggak baik. Kamu jangan salahkan dia," ujar Widia menghibur pria itu."Nggak, kok. Asalkan kamu baik padaku, aku nggak peduli sama hal lainnya lagi." Tobi tidak ingin Widia terlalu khawatir. Lagi pula, keluarganya juga tidak terlalu keras
Hendro tersenyum pahit. Awalnya, dia ingin mengatakan itu tebakannya, tetapi setelah dipikir-pikir, dia pun mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak membeberkan identitas Tobi dan mengatakan pihak lain tidak ingin ada yang tahu.Atasan tidak mempermalukannya. Dia hanya meminta Hendro untuk menjalin hubungan baik dengan orang itu. Atasan merasa orang ini sangat hebat dan benar-benar mengenal Kota Jatra dengan baik.Setelah menutup telepon, Hendro masih belum dipenuhi rasa tidak percaya. Siapa sebenarnya Dokter Tobi ini?Kebetulan putranya, Yanuar, mencarinya. Melihat ekspresi terkejut di wajah ayahnya, dia pun bertanya.Hendro tidak menyembunyikan apa pun dari putranya.Mendengar itu, Yanuar juga sangat terkejut. Kini, status Tobi dalam hatinya telah mencapai posisi yang lebih tinggi.Setelah kembali, Yanuar menelepon Winson dan berkata, "Saudara Winson, kalau kamu bisa mengandalkan Dokter Tobi, takdirmu mungkin bisa diubah.""Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Winson buru-buru.Yanuar pun
"Sekalipun Grup Karawaci masih ada di tangan kita sekarang, kita juga nggak bisa berbuat apa-apa.""Aku tahu, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, kita nggak akan menyinggung Tobi."Di saat ini juga Joni telah mengerti.Kekuatan Tobi berada di luar kemampuannya. Bagi Tobi, menaklukkan Joni mungkin juga termasuk suatu hal yang sangat mudah.Di sisi lain, setelah semua orang di Keluarga Lianto mendengar kabar itu, mereka tampak terkulai lemas.Satu per satu dari mereka tampak menyesali perbuatannya.Terutama Kakek Muhar. Raut wajahnya terlihat kusut. Padahal, cucunya telah memintanya untuk menyimpan saham Grup Karawaci, tetapi akibat tuntutan kerasnya, cucunya terpaksa menjual saham itu.Walaupun mereka tidak kehilangan apa pun, bahkan masih memperoleh sedikit keuntungan, tetapi semua yang mereka hasilkan itu berasal dari uang Keluarga Lianto.Padahal, jika dia sabar menunggu, aset Keluarga Lianto akan berlipat ganda, tetapi hal sebesar itu malah dirusak olehnya begitu saja.Sebali
Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Lupakan saja. Lagian kita akan segera bercerai. Jangan biarkan orang lain mengetahuinya dan menimbulkan masalah.""Tapi kamu juga nggak ada kerjaan tiap hari.""Aku ada kegiatan, kok.""Oh, benarkah? Kalau begitu, beri tahu aku apa yang kamu lakukan?" tanya Widia dengan marah."Um, aku nggak bisa mengatakannya.""Huh! Sepertinya kamu nggak mau membicarakannya. Kamu pasti mau bersenang-senang dengan pacarmu itu," ujar Widia sambil mendengus dingin. Memikirkan hal ini membuatnya merasa tidak nyaman."Bukan!""Aku jamin, nggak akan ada wanita lain selain kamu," janji Tobi."Cih! Sejak kapan aku jadi wanitamu?"Widia tampak tersipu malu, tetapi ada kegembiraan yang tak bisa dilukiskan di hatinya, lalu dia pun berkata, "Ya sudah kalau kamu nggak mau. Aku nggak perlu repot-repot mengatur posisi untukmu.""Benar. Lagian, masih ada kamu yang membiayaiku, jadi aku nggak kekurangan uang.""Kamu! Aku benar-benar salut kepadamu! Kalau kamu terus seperti i
"Ya!""Widia, aku barusan bertemu dengan kenalan," kata Tania dengan ragu."Kenalan? Siapa? Mungkinkah itu Tobi?" tanya Widia."Tentu saja bukan. Mana mungkin itu Tobi.""Kalau begitu, siapa?""Itu, aku, aku nggak tahu harus mengatakannya atau nggak," ucap Tania seraya terlihat serbasalah."Apa di antara kita ada hal yang seperti itu?""Baiklah. Menurutku, kamu berhak mengetahui masalah ini. Orang yang kulihat nggak lain adalah Latif, yang sebelumnya berutang uang padamu dan membuat masalah untukmu itu."Widia agak kebingungan dan berkata, "Apanya yang aneh? Dendam antara aku dan dia sudah berakhir.""Masalahnya adalah, dia, dia bersama dengan ....""Bersama siapa? Sejak kapan kamu berbelit-belit seperti ini?""Dia bersama dengan Tobi. Sepertinya mereka sangat dekat.""Lantas, apa masalahnya?""Tentu saja ada!""Widia, kamu lupa? Alasan kamu kehilangan kesadaran karena pengaruh obat bius yang diberi Latif, 'kan? Terus, kebetulan Tobi muncul di sana dan merenggut kesucianmu.""Setelah i
"Nggak perlu. Dia hanya seorang gadis kecil. Dia juga nggak akan bisa membuat masalah besar. Tapi minta Pandu memperingatkan Paviliun Seroya bahwa mereka harus menceritakan semua yang dilakukan Master Melani pada Yaldora.""Kalau nggak, Yaldora pasti akan terus membalas dendam padaku. Jika demikian, aku pasti akan mengambil tindakan dan langsung menghancurkan Paviliun Seroya.""Oh ya, biarkan Pandu memperlihatkan sedikit kekuatannya agar mereka paham. Bagiku, menghancurkan sekte mereka sangatlah mudah!"Tobi langsung memperingatkan. Yaldora adalah gadis yang baik hati. Sayang sekali jika membunuhnya. Biarlah gadis itu mengetahui semua kebenarannya lebih dulu. Setelah itu, terserah dia mau mengambil keputusan seperti apa."Baik!"Arum juga tidak membantah.Widia menyaksikan semua adegan ini dengan tatapan kosong. Meski dari wajah Yaldora, Widia bisa merasakan penderitaannya dan juga merasa sedikit bersimpati pada wanita itu.Hanya saja, wanita ini berniat membunuh Tobi barusan. Jadi, Wi
Setelah menyampaikan semuanya, Tobi pun bersiap untuk berangkat.Namun, tepat di saat ini, sosok Yaldora muncul. Tangannya memegang pedang panjang. Wajahnya terlihat dingin. Keseluruhan tubuhnya tampak menakjubkan, tetapi juga ada aura dingin yang menakutkan.Seolah-olah mereka tidak kenal sama sekali.Kali ini, Tobi juga tidak ingin menghindar lagi.Ekspresi Tobi memperlihatkan ketidakberdayaan, tetapi dia tidak menyesal telah membunuh Master Melani. Mengingat apa yang telah dilakukan Melani terhadap keluarga mereka selama ini, membunuhnya bukanlah tindakan yang kelewat batas."Tobi, aku mau tanya, apa kamu membunuh guruku, Master Melani?" Tanpa berbasa-basi lagi, kali ini Yaldora langsung menanyakan inti permasalahannya.Mendengar itu, Tetua Sekte Kayana mendengus dingin. Dia mengeluarkan momentum kuat sambil berkata dengan dingin, "Lancang sekali! Beraninya kamu bisa meneriakkan nama tuanku begitu saja?"Itu adalah tekanan yang dimiliki oleh seorang kultivator Alam Tanah Abadi.Yald
Saat Arum keluar, dia langsung berkata dengan hormat, "Tuan Muda!"Widia tertegun sejenak. Dia sepertinya pernah bertemu dengan wanita tua ini sekali, tetapi dia tidak begitu yakin."Widia, namanya Arum. Dia master yang diam-diam melindungimu selama ini," ucap Tobi menjelaskan."Ah ...."Widia baru sadar bahwa Tobi diam-diam telah mengutus seorang master untuk melindunginya. Namun, dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Ini juga alasan aku memperkenalkan kalian satu sama lain. Setelah aku pergi, kamu bisa lebih sering berlatih dengannya. Dengan begitu, bukan hanya akan membuatmu mahir dalam bertarung, tapi juga meningkatkan kecepatan latihanmu," terang Tobi.Jika bukan karena alasan ini, Tobi juga tidak akan membiarkan Arum menampakkan diri.Arum juga tertegun. Dia telah melindungi Widia begitu lama. Dia juga tahu bahwa Widia hanya seorang wanita yang lemah. Sekarang, tuannya ingin dirinya latihan dengan Widia? Apa tuannya sedang bercanda?Ya sudahlah.Tuannya sudah bilang ingin di
Widia benar-benar terkejut. Apa yang barusan terjadi benar-benar di luar ekspektasinya. Bahkan, dia sendiri juga merasa semua ini tidak masuk akal."Kenapa?"Melihat Widia tersadar, Tobi tampak kaget. Pria itu langsung bertanya dengan khawatir. Dia barusan telah dikejutkan oleh terobosan kekuatannya Widia.Tak disangka, hanya dengan sekali latihan, kekuatan Widia telah mencapai Alam Guru Besar. Walau Widia baru mulai berkultivasi, perlu diketahui sebelumnya dia hanyalah orang awam.Garis keturunan Foniks memang tidak bisa dianggap remeh. Kekuatannya sangat hebat dan menakutkan."Bagus, bagus sekali."Widia hanya merasa sangat nyaman. Ada kekuatan yang sangat hebat di sekujur tubuhnya, seolah dia bisa menghancurkan segalanya dengan satu serangan.Yang paling penting lagi, dia benar-benar merasakan semacam teknik kultivasi.Walau tidak mengetahui nama teknik itu, tetapi saat kekuatan garis keturunan diintegrasikan ke dalam tubuhnya, teknik itu mulai bekerja secara otomatis dan terpatri d
"Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be
"Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te
Apa ini?Ekspresi Tobi berubah drastis karena kekuatan itu sangat menakutkan. Jika terjadi pada dirinya, Tobi masih sanggup menerimanya, tetapi bagaimana wanita biasa seperti Widia bisa menanggungnya?"Apa, apa yang terjadi denganku?" Wajah Widia memerah, tetapi kondisinya tidak terlihat baik. Sebaliknya, rasanya seperti terbakar.Tubuhnya juga terus gemetar hebat, bahkan bibirnya juga ikut bergetar, yang menunjukkan betapa tersiksanya dirinya."Nggak apa-apa. Semuanya akan membaik."Sembari menghibur Widia, Tobi juga segera mengedarkan energi sejatinya ke dalam tubuh Widia dan mulai membantunya melenyapkan kekuatan dalam tubuhnya.Efeknya ada, tetapi tidak terlihat jelas.Yaldora, yang tidak tahu kapan tersadar kembali, mendekati mereka berdua. Melihat pemandangan di depannya, terutama saat memperhatikan tanda samar di dahi Widia, dia pun berkata dengan wajah terkejut, "Apa ini kebangkitan garis keturunan Foniks?"Saat ini, Yaldora bahkan lupa bertanya pada Tobi, apa pria itu yang mem
Tobi mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Dia pun kembali bertanya, "Sejauh yang aku tahu, kamu pasti sangat tertarik dengan liontin giok, 'kan?"Vamil terkejut. Dia mengerti bahwa Tobi mungkin tidak memercayainya, jadi dia mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Aku pernah melihat liontin giok itu, tapi setelah mempelajarinya sebentar, aku masih belum menemukan petunjuk apa pun.""Jadi, sekalipun kamu memberikannya padaku sekarang, juga nggak ada gunanya."Berbicara sampai di sini, Vamil melirik Yaldora yang terbaring di tanah. Tampaknya bulu mata gadis itu bergerak. Vamil pun kembali menambahkan. "Aku mengerti. Kamu sepertinya nggak percaya padaku."Tobi tidak membantah. Jika bukan karena masalah Bahtiar, dia mungkin tidak akan meragukannya. Namun, setelah serangkaian masalah ini terjadi, bagaimana dia bisa memercayai Vamil begitu saja?"Sudahlah. Nggak ada salahnya memberitahumu. Ada sebuah tempat warisan di Jatra, yang bisa membantumu memahami hukum langit
Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang