Hendro tersenyum pahit. Awalnya, dia ingin mengatakan itu tebakannya, tetapi setelah dipikir-pikir, dia pun mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak membeberkan identitas Tobi dan mengatakan pihak lain tidak ingin ada yang tahu.Atasan tidak mempermalukannya. Dia hanya meminta Hendro untuk menjalin hubungan baik dengan orang itu. Atasan merasa orang ini sangat hebat dan benar-benar mengenal Kota Jatra dengan baik.Setelah menutup telepon, Hendro masih belum dipenuhi rasa tidak percaya. Siapa sebenarnya Dokter Tobi ini?Kebetulan putranya, Yanuar, mencarinya. Melihat ekspresi terkejut di wajah ayahnya, dia pun bertanya.Hendro tidak menyembunyikan apa pun dari putranya.Mendengar itu, Yanuar juga sangat terkejut. Kini, status Tobi dalam hatinya telah mencapai posisi yang lebih tinggi.Setelah kembali, Yanuar menelepon Winson dan berkata, "Saudara Winson, kalau kamu bisa mengandalkan Dokter Tobi, takdirmu mungkin bisa diubah.""Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Winson buru-buru.Yanuar pun
"Sekalipun Grup Karawaci masih ada di tangan kita sekarang, kita juga nggak bisa berbuat apa-apa.""Aku tahu, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, kita nggak akan menyinggung Tobi."Di saat ini juga Joni telah mengerti.Kekuatan Tobi berada di luar kemampuannya. Bagi Tobi, menaklukkan Joni mungkin juga termasuk suatu hal yang sangat mudah.Di sisi lain, setelah semua orang di Keluarga Lianto mendengar kabar itu, mereka tampak terkulai lemas.Satu per satu dari mereka tampak menyesali perbuatannya.Terutama Kakek Muhar. Raut wajahnya terlihat kusut. Padahal, cucunya telah memintanya untuk menyimpan saham Grup Karawaci, tetapi akibat tuntutan kerasnya, cucunya terpaksa menjual saham itu.Walaupun mereka tidak kehilangan apa pun, bahkan masih memperoleh sedikit keuntungan, tetapi semua yang mereka hasilkan itu berasal dari uang Keluarga Lianto.Padahal, jika dia sabar menunggu, aset Keluarga Lianto akan berlipat ganda, tetapi hal sebesar itu malah dirusak olehnya begitu saja.Sebali
Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Lupakan saja. Lagian kita akan segera bercerai. Jangan biarkan orang lain mengetahuinya dan menimbulkan masalah.""Tapi kamu juga nggak ada kerjaan tiap hari.""Aku ada kegiatan, kok.""Oh, benarkah? Kalau begitu, beri tahu aku apa yang kamu lakukan?" tanya Widia dengan marah."Um, aku nggak bisa mengatakannya.""Huh! Sepertinya kamu nggak mau membicarakannya. Kamu pasti mau bersenang-senang dengan pacarmu itu," ujar Widia sambil mendengus dingin. Memikirkan hal ini membuatnya merasa tidak nyaman."Bukan!""Aku jamin, nggak akan ada wanita lain selain kamu," janji Tobi."Cih! Sejak kapan aku jadi wanitamu?"Widia tampak tersipu malu, tetapi ada kegembiraan yang tak bisa dilukiskan di hatinya, lalu dia pun berkata, "Ya sudah kalau kamu nggak mau. Aku nggak perlu repot-repot mengatur posisi untukmu.""Benar. Lagian, masih ada kamu yang membiayaiku, jadi aku nggak kekurangan uang.""Kamu! Aku benar-benar salut kepadamu! Kalau kamu terus seperti i
"Ya!""Widia, aku barusan bertemu dengan kenalan," kata Tania dengan ragu."Kenalan? Siapa? Mungkinkah itu Tobi?" tanya Widia."Tentu saja bukan. Mana mungkin itu Tobi.""Kalau begitu, siapa?""Itu, aku, aku nggak tahu harus mengatakannya atau nggak," ucap Tania seraya terlihat serbasalah."Apa di antara kita ada hal yang seperti itu?""Baiklah. Menurutku, kamu berhak mengetahui masalah ini. Orang yang kulihat nggak lain adalah Latif, yang sebelumnya berutang uang padamu dan membuat masalah untukmu itu."Widia agak kebingungan dan berkata, "Apanya yang aneh? Dendam antara aku dan dia sudah berakhir.""Masalahnya adalah, dia, dia bersama dengan ....""Bersama siapa? Sejak kapan kamu berbelit-belit seperti ini?""Dia bersama dengan Tobi. Sepertinya mereka sangat dekat.""Lantas, apa masalahnya?""Tentu saja ada!""Widia, kamu lupa? Alasan kamu kehilangan kesadaran karena pengaruh obat bius yang diberi Latif, 'kan? Terus, kebetulan Tobi muncul di sana dan merenggut kesucianmu.""Setelah i
"Nggak ada, kok. Apa itu?" tanya Tania berusaha mengalihkan topik pembicaraan."Anggur yang diberikan oleh seorang teman. Aromanya sangat enak."Tobi tersenyum dan bertanya pada Widia, "Bagaimana kalau kita mencobanya bersama?"Dia agak kebingungan. Masalah apa yang bisa membuat Widia kehilangan semangat seperti itu?Widia akhirnya tersadar kembali. Padahal, dia baru saja mulai memiliki kesan baik kepada Tobi. Dia benar-benar tidak ingin hal-hal itu menjadi kenyataan. Itu sebabnya dia merasa sangat tertekan dan tidak nyaman.Melihat wajah Tobi yang tidak berekspresi itu, dia pun tidak tahan dan bertanya langsung, "Tobi, aku mau menanyakan sesuatu kepadamu, tapi kamu harus jawab sejujurnya."Wajah Tania berubah. Mengapa Widia tidak mendengarkan nasihatnya? Apalagi, mereka berdua kini saling berhadapan. Masalah ini pasti akan diselesaikan dengan mudah dan tidak akan menjadi kesalahpahaman.Tobi melirik Tania sejenak. Mungkinkah Tania mengatakan sesuatu kepadanya?"Kamu nggak perlu meliha
"Benar. Apalagi, mereka sudah kenal lama.""Umur Widia baru berapa? Kenal lama?""Sewaktu kecil dulu.""Teman masa kecil?""Nggak sepenuhnya benar. Sebenarnya mereka belum lama bersama, tapi anak laki-laki itu selalu ada di hati Widia.""Widia selalu teringat kepadanya dan bahkan memberitahuku berkali-kali kalau anak laki-laki itu pasti akan kembali untuk menikah dengannya kelak.""Dia juga terus menunggu kedatangan anak laki-laki itu!"Bisa dikatakan, ucapan Tania tidak sepenuhnya benar. Dia mengarang sendiri tentang pernikahan dan penantian itu.Teringat hubungannya dengan Widia, mau tak mau Tobi pun bertanya, "Kalau begitu, siapa nama anak laki-laki itu?""Aku juga nggak tahu. Sepertinya Widia sendiri juga nggak tahu. Aku hanya tahu kalau dia dipanggil Pengemis Kecil."Mendengar panggilan 'Pengemis Kecil', mata Tobi langsung berbinar-binar dan berusaha memastikan lagi, "Kamu yakin panggilannya 'Pengemis Kecil'?"Tania mengira Tobi tidak memercayainya dan merasa Widia aneh bisa menyu
Tobi sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Tania dan dia juga tidak menyangka Widia akan menemui Pak Wibowo secara pribadi dan menemukan banyak rahasia tentang dirinya.Rahasia mengenai kemampuan dan kekuatannya yang sangat tinggi.Saat ini, hatinya merasa senang sekali.Tak disangka, gadis ini cukup setia. Dia masih teringat dengan Pengemis Kecil dan bahkan mengenangnya dalam hati.Sebaliknya, Tania juga tidak menduga ucapannya bukan hanya tidak merusak citra Widia di hati Tobi, tetapi justru membuat pria itu makin menyukai Widia.Pria itu bahkan tidak peduli dengan Widia yang mulai tidak percaya kepada dirinya.Setelah pergi dari sana, Tobi tidak kembali ke Vila Distrik Terra 1 ataupun tempat tinggal Kristin, tetapi dia pergi ke Perusahaan Keamanan Transera.Saat ini, pengaruh Keluarga Hutama telah punah sepenuhnya. Di tangan Lintang, semuanya telah berubah menjadi Grup Transera. Begitu juga dengan Grup Karawaci.Dana sebanyak empat triliun yang dibawa kabur pun sudah dikembalik
"Selama bisa meningkatkan diri, itu sudah cukup," kata Yola sambil memperlihatkan sorot mata tegas."Baguslah kalau kamu punya pemikiran seperti itu. Semangat."Tobi pun tidak berbasa-basi lagi. Dia berbalik dan berkata, '"Pandu, ayo. Aku akan mengajarimu tiga tingkat tengah dari Teknik Naga Hijau.""Baik. Terima kasih, Tuan!" seru Pandu dengan semangat.Mereka berdua bergegas memasuki sebuah ruangan. Setelah penjelasan singkat, Tobi langsung menyuruh Pandu untuk duduk bersila dan mulai membantunya berlatih tingkat keempat hingga tingkat keenam.Dengan energi sejati kuat milik Tobi, akhirnya Pandu berhasil menguasai teknik mental tiga tingkat tengah meskipun seluruh tubuhnya kesakitan.Namun, sekali saja belum cukup. Dengan bantuan Tobi, Pandu kembali berlatih lebih dari sepuluh kali berturut-turut agar dia bisa mengkonsolidasikan sepenuhnya dan makin tanggap dengan rute kultivasi.Kemudian, Tobi perlahan-lahan menyimpan kembali energinya. Keringat dingin tampak membasahi dahinya. Keli