"Baiklah!""Tobi, ini sudah larut. Kamu harusnya sibuk, jadi aku nggak memaksamu tinggal lebih lama lagi." Sikap Kakek Muhar kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya."Oh, kalau begitu, aku pamit dulu!"Tobi menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi.Widia ragu-ragu sejenak, lalu berdiri dan mengikutinya.Kakek Muhar mengerutkan kening. Jangan-jangan gadis ini menyukai Tobi?Tobi memang anak yang baik, tetapi bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan. Tanpa dukungan kekuatan, pria itu tidak bisa melindungi Widia sepanjang hidupnya.Sebaliknya, cucu dari teman lamanya itu tidak hanya tampan, cakap dan memiliki latar belakang yang kuat. Dia akan cocok bersanding dengan Widia."Tobi, suasana hati Kakek mungkin sedang nggak baik. Kamu jangan salahkan dia," ujar Widia menghibur pria itu."Nggak, kok. Asalkan kamu baik padaku, aku nggak peduli sama hal lainnya lagi." Tobi tidak ingin Widia terlalu khawatir. Lagi pula, keluarganya juga tidak terlalu keras
Hendro tersenyum pahit. Awalnya, dia ingin mengatakan itu tebakannya, tetapi setelah dipikir-pikir, dia pun mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak membeberkan identitas Tobi dan mengatakan pihak lain tidak ingin ada yang tahu.Atasan tidak mempermalukannya. Dia hanya meminta Hendro untuk menjalin hubungan baik dengan orang itu. Atasan merasa orang ini sangat hebat dan benar-benar mengenal Kota Jatra dengan baik.Setelah menutup telepon, Hendro masih belum dipenuhi rasa tidak percaya. Siapa sebenarnya Dokter Tobi ini?Kebetulan putranya, Yanuar, mencarinya. Melihat ekspresi terkejut di wajah ayahnya, dia pun bertanya.Hendro tidak menyembunyikan apa pun dari putranya.Mendengar itu, Yanuar juga sangat terkejut. Kini, status Tobi dalam hatinya telah mencapai posisi yang lebih tinggi.Setelah kembali, Yanuar menelepon Winson dan berkata, "Saudara Winson, kalau kamu bisa mengandalkan Dokter Tobi, takdirmu mungkin bisa diubah.""Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Winson buru-buru.Yanuar pun
"Sekalipun Grup Karawaci masih ada di tangan kita sekarang, kita juga nggak bisa berbuat apa-apa.""Aku tahu, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, kita nggak akan menyinggung Tobi."Di saat ini juga Joni telah mengerti.Kekuatan Tobi berada di luar kemampuannya. Bagi Tobi, menaklukkan Joni mungkin juga termasuk suatu hal yang sangat mudah.Di sisi lain, setelah semua orang di Keluarga Lianto mendengar kabar itu, mereka tampak terkulai lemas.Satu per satu dari mereka tampak menyesali perbuatannya.Terutama Kakek Muhar. Raut wajahnya terlihat kusut. Padahal, cucunya telah memintanya untuk menyimpan saham Grup Karawaci, tetapi akibat tuntutan kerasnya, cucunya terpaksa menjual saham itu.Walaupun mereka tidak kehilangan apa pun, bahkan masih memperoleh sedikit keuntungan, tetapi semua yang mereka hasilkan itu berasal dari uang Keluarga Lianto.Padahal, jika dia sabar menunggu, aset Keluarga Lianto akan berlipat ganda, tetapi hal sebesar itu malah dirusak olehnya begitu saja.Sebali
Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Lupakan saja. Lagian kita akan segera bercerai. Jangan biarkan orang lain mengetahuinya dan menimbulkan masalah.""Tapi kamu juga nggak ada kerjaan tiap hari.""Aku ada kegiatan, kok.""Oh, benarkah? Kalau begitu, beri tahu aku apa yang kamu lakukan?" tanya Widia dengan marah."Um, aku nggak bisa mengatakannya.""Huh! Sepertinya kamu nggak mau membicarakannya. Kamu pasti mau bersenang-senang dengan pacarmu itu," ujar Widia sambil mendengus dingin. Memikirkan hal ini membuatnya merasa tidak nyaman."Bukan!""Aku jamin, nggak akan ada wanita lain selain kamu," janji Tobi."Cih! Sejak kapan aku jadi wanitamu?"Widia tampak tersipu malu, tetapi ada kegembiraan yang tak bisa dilukiskan di hatinya, lalu dia pun berkata, "Ya sudah kalau kamu nggak mau. Aku nggak perlu repot-repot mengatur posisi untukmu.""Benar. Lagian, masih ada kamu yang membiayaiku, jadi aku nggak kekurangan uang.""Kamu! Aku benar-benar salut kepadamu! Kalau kamu terus seperti i
"Ya!""Widia, aku barusan bertemu dengan kenalan," kata Tania dengan ragu."Kenalan? Siapa? Mungkinkah itu Tobi?" tanya Widia."Tentu saja bukan. Mana mungkin itu Tobi.""Kalau begitu, siapa?""Itu, aku, aku nggak tahu harus mengatakannya atau nggak," ucap Tania seraya terlihat serbasalah."Apa di antara kita ada hal yang seperti itu?""Baiklah. Menurutku, kamu berhak mengetahui masalah ini. Orang yang kulihat nggak lain adalah Latif, yang sebelumnya berutang uang padamu dan membuat masalah untukmu itu."Widia agak kebingungan dan berkata, "Apanya yang aneh? Dendam antara aku dan dia sudah berakhir.""Masalahnya adalah, dia, dia bersama dengan ....""Bersama siapa? Sejak kapan kamu berbelit-belit seperti ini?""Dia bersama dengan Tobi. Sepertinya mereka sangat dekat.""Lantas, apa masalahnya?""Tentu saja ada!""Widia, kamu lupa? Alasan kamu kehilangan kesadaran karena pengaruh obat bius yang diberi Latif, 'kan? Terus, kebetulan Tobi muncul di sana dan merenggut kesucianmu.""Setelah i
"Nggak ada, kok. Apa itu?" tanya Tania berusaha mengalihkan topik pembicaraan."Anggur yang diberikan oleh seorang teman. Aromanya sangat enak."Tobi tersenyum dan bertanya pada Widia, "Bagaimana kalau kita mencobanya bersama?"Dia agak kebingungan. Masalah apa yang bisa membuat Widia kehilangan semangat seperti itu?Widia akhirnya tersadar kembali. Padahal, dia baru saja mulai memiliki kesan baik kepada Tobi. Dia benar-benar tidak ingin hal-hal itu menjadi kenyataan. Itu sebabnya dia merasa sangat tertekan dan tidak nyaman.Melihat wajah Tobi yang tidak berekspresi itu, dia pun tidak tahan dan bertanya langsung, "Tobi, aku mau menanyakan sesuatu kepadamu, tapi kamu harus jawab sejujurnya."Wajah Tania berubah. Mengapa Widia tidak mendengarkan nasihatnya? Apalagi, mereka berdua kini saling berhadapan. Masalah ini pasti akan diselesaikan dengan mudah dan tidak akan menjadi kesalahpahaman.Tobi melirik Tania sejenak. Mungkinkah Tania mengatakan sesuatu kepadanya?"Kamu nggak perlu meliha
"Benar. Apalagi, mereka sudah kenal lama.""Umur Widia baru berapa? Kenal lama?""Sewaktu kecil dulu.""Teman masa kecil?""Nggak sepenuhnya benar. Sebenarnya mereka belum lama bersama, tapi anak laki-laki itu selalu ada di hati Widia.""Widia selalu teringat kepadanya dan bahkan memberitahuku berkali-kali kalau anak laki-laki itu pasti akan kembali untuk menikah dengannya kelak.""Dia juga terus menunggu kedatangan anak laki-laki itu!"Bisa dikatakan, ucapan Tania tidak sepenuhnya benar. Dia mengarang sendiri tentang pernikahan dan penantian itu.Teringat hubungannya dengan Widia, mau tak mau Tobi pun bertanya, "Kalau begitu, siapa nama anak laki-laki itu?""Aku juga nggak tahu. Sepertinya Widia sendiri juga nggak tahu. Aku hanya tahu kalau dia dipanggil Pengemis Kecil."Mendengar panggilan 'Pengemis Kecil', mata Tobi langsung berbinar-binar dan berusaha memastikan lagi, "Kamu yakin panggilannya 'Pengemis Kecil'?"Tania mengira Tobi tidak memercayainya dan merasa Widia aneh bisa menyu
Tobi sama sekali tidak tahu apa yang dipikirkan Tania dan dia juga tidak menyangka Widia akan menemui Pak Wibowo secara pribadi dan menemukan banyak rahasia tentang dirinya.Rahasia mengenai kemampuan dan kekuatannya yang sangat tinggi.Saat ini, hatinya merasa senang sekali.Tak disangka, gadis ini cukup setia. Dia masih teringat dengan Pengemis Kecil dan bahkan mengenangnya dalam hati.Sebaliknya, Tania juga tidak menduga ucapannya bukan hanya tidak merusak citra Widia di hati Tobi, tetapi justru membuat pria itu makin menyukai Widia.Pria itu bahkan tidak peduli dengan Widia yang mulai tidak percaya kepada dirinya.Setelah pergi dari sana, Tobi tidak kembali ke Vila Distrik Terra 1 ataupun tempat tinggal Kristin, tetapi dia pergi ke Perusahaan Keamanan Transera.Saat ini, pengaruh Keluarga Hutama telah punah sepenuhnya. Di tangan Lintang, semuanya telah berubah menjadi Grup Transera. Begitu juga dengan Grup Karawaci.Dana sebanyak empat triliun yang dibawa kabur pun sudah dikembalik
Setelah Bos Zafran mengakhiri pembicaraan mereka, dia segera berkata, "Raja Naga, bagaimana dengan Steven? Perlukah aku menanganinya?""Ya!""Termasuk Keluarga Ravindra. Aku serahkan semuanya kepadamu.""Hukum mereka yang sepantasnya menerima hukuman. Terima aset yang mereka berikan, lalu berikan kepada orang yang membutuhkannya. Bagi mereka yang nggak melakukan kejahatan, kamu nggak perlu menghukumnya!"Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi kalau orang yang bermasalah, kita nggak boleh menoleransinya begitu saja!""Raja Naga bijaksana. Aku mengerti."Bos Zafran mengangguk.Awalnya, Steven mengira dirinya masih bisa tertolong. Namun, saat mendengar kalimat selanjutnya, wajahnya langsung berubah pucat.Bisa dikatakan, Raja Naga masih tidak berkenan melepaskan mereka.Ayahnya Shinta dan yang lainnya diam-diam merasa kagum. Jelas sekali, satu kalimat dari Tobi bisa menentukan masa depan Keluarga Ravindra.Tepat di saat ini, pintu terbuka. Yang datang adalah Kamran dan yang lainnya. Mereka
Shinta juga menghela napas lega. Meski tahu tidak akan terjadi sesuatu pada Kak Tobi, dia masih saja khawatir. Setelah melihat akhir seperti sekarang ini, dia baru merasa lega sepenuhnya.Kak Tobi benar-benar keren dan hebat sekali!Sayangnya, pria itu bukanlah pacarnya!Jika tidak, dia pasti akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.Saat menyadari ekspresi ayahnya, Shinta diam-diam merasa bangga. Sekarang kalian sudah tahu betapa kuatnya Kak Tobi, 'kan? Namun, berdasarkan apa yang dikatakan ayahnya barusan, dia merasa ayahnya perlu minta maaf kepada Kak Tobi.Saat ini, Bos Zafran tentu juga mendengar suara Fahar yang memanggilnya. Dia pun melirik Tobi sekilas.Melihat Tobi mengangguk, Bos Zafran segera mengambil ponsel yang baru saja dijatuhkan Steven. Kemudian, bertanya dengan nada datar, "Ada masalah apa? Katakanlah!""Ya. Bos Zafran, saya nggak tahu apa yang telah dilakukan Steven. Tolong, memandang dari kerja sama kita sebelumnya, mohon bantu kami meminta pengampunan pada R
Meski begitu, Fahar masih butuh beberapa saat untuk mengenali suara Bos Zafran. Setelah memastikan, dia segera berteriak dengan cemas, "Bos Zafran, Bos Zafran, ini Fahar. Bisakah Anda menjawab teleponnya?"Lantaran pengeras suara telah diaktifkan, jadi Bos Zafran dan lainnya tentu mendengar suara itu.Steven tercengang. Dia tahu itu suara ayahnya. Namun, kenapa ayahnya mendadak memanggil Bos Zafran? Apa yang terjadi sebenarnya?Yang mana Bos Zafran?Tunggu! Steven mendadak merasakan firasat buruk. Sedari tadi, dia terus merasa pria di hadapannya ini familier. Ternyata dia pernah melihatnya di televisi.Bukankah ini bos besar mereka di Cewadi?Orang yang barusan menendangnya adalah Bos Zafran, keberadaan menakutkan yang bisa menghancurkan Keluarga Ravindra hanya dengan satu kalimat.Terlebih, dikabarkan Bos Zafran juga termasuk orang yang kejam. Pantas saja, Raja Naga bisa bertindak seperti itu. Hal ini tentu membuat Steven makin ketakutan.Sudah pasti dia akan babak belur kali ini!Ber
"A ... apa ...."Wajah Steven berubah pucat. Dia tidak percaya dengan perkataan ayahnya barusan. Keluarga mereka mendapat masalah karena telah memprovokasi orang berkuasa. Bahkan, keluarga mereka sekarang sudah hampir hancur.Tunggu. Siapa yang ayahnya bilang barusan? Raja Naga?Bukankah pria itu barusan memanggil bocah itu dengan sebutan Raja Naga? Mungkinkah dia itu Raja Naga?Tidak mungkin. Pasti ada yang keliru di sini.Steven tidak bisa menerima kenyataan ini dan langsung bertanya, "Ayah, siapa yang kamu bicarakan? Raja Naga? Siapa dia sebenarnya?""Hais, Raja Naga ini sangat misterius. Meski aku hanya pernah dengar namanya, sebagai pemimpin Sekte Naga, pengaruh dan posisinya sangat menakutkan. Bahkan, Bos Zafran pun harus menuruti perintahnya.""Apalagi, berdasarkan rumor yang beredar, Raja Naga Sekte Naga yang baru saja mengambil alih sangatlah muda," kata Fahar dengan getir. Dia tidak mengerti kenapa Raja Naga mau bertindak seperti itu? Apalagi, dia tidak pernah memprovokasi Ra
Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan
Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik
Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu
"Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ