Pandu terlihat bersemangat begitu mengetahui Tobi tidak hanya memberantas kejahatan, tetapi dia juga membiarkan dirinya mengambil alih kekuatan yang begitu hebat.Dia masih belum sadar bahwa gelora di dalam hatinya perlahan-lahan telah dibangkitkan oleh Tobi.Latif makin bergidik saat mendengar Bakri akan dibunuh. Saking takutnya, dia bahkan hampir pingsan.Dulu, Bakri termasuk legenda di Kota Tawuna dan juga penguasa yang tak terkalahkan di hati mereka. Wajar saja dia terkejut saat dia tahu Tobi berniat menyingkirkan orang seperti itu.Dalam perjalanan, ponsel Tobi berdering. Ternyata, itu panggilan dari Widia. Awalnya, dia tidak ingin mengangkatnya, tetapi dia tidak tahan saat wanita itu terus-terusan meneleponnya sebanyak empat kali."Widia!"Begitu panggilan tersambung, Widia langsung membentaknya dengan kesal, "Tobi, dasar bajingan! Apa kamu gila?"Tobi menjawab dengan tak berdaya, "Aku nggak gila.""Kamu!""Kamu mau buat apa lagi? Kenapa kamu nggak naik pesawat? Apa kamu benar-be
"Haha. Tobi, aku benar-benar penasaran kenapa kamu bisa begitu percaya diri dan sombong seperti itu?""Padahal ada jalan mudah, tetapi kamu malah ngotot memilih jalan berisiko! Kamu memang cari mati hari ini. Kalau begitu, aku nggak akan segan lagi."Begitu Bakri selesai berbicara, aura membunuh memancar keluar dari tubuhnya. Dalam sekejap, suhu di seluruh ruang tamu tiba-tiba menjadi dingin.Damar juga tampak terkejut. Dia nyaris melangkahkan kakinya untuk mundur.Di sisi lain, kedua kaki Latif telah terkulai lemas.Hanya sorot mata Pandu yang memperlihatkan semangat juang paling tinggi. Meskipun dia tahu dirinya bukan tandingan lawan, dia masih ingin mencoba bertarung dengannya.Tobi tampak tenang, lalu melirik Pandu di sebelahnya dan berkata sambil tersenyum tipis, "Kalau kamu ingin mencobanya, silakan saja. Selama aku di sini, dia nggak bisa melakukan apa pun kepadamu."Begitu Pandu mendengar ucapan itu, dia langsung menjejak tanah dengan kaki kanannya, lalu melompat dan menyerang
"Tuan Tobi, ayo maju bersama."Walaupun kekuatan Raja Naga setingkat Guru Besar, Damar khawatir dia tidak bisa menaklukkan Bakri. Jika mereka bertiga maju serentak, kemungkinan besar mereka akan berhasil."Maju bersama?""Haha. Meski orang lemah seperti kalian bergabung, pada akhirnya kalian akan tetap akan kalah!"Bakri tampak sombong dan berlagak hebat.Tobi hanya menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Karena kamu cari mati, aku akan mengantarmu ke akhirat.""Apa kamu bilang? Di saat seperti ini, kamu masih berani sombong?""Tahukah kamu betapa bodohnya dirimu?"Bakri bahkan sempat mengira pendengarannya bermasalah."Yang bodoh itu kamu!""Kamu hanya belum tahu saja!" ucap Tobi dengan datar."Cari mati!"Bakri benar-benar tidak senang melihat tingkah Tobi yang berlagak itu. Dengan secepat kilat, dia langsung melangkah dan muncul di depan Tobi, lalu mengangkat tangan kanannya hendak menampar wajah Tobi.Apa dia tidak membunuh Tobi?Bakri tidak akan membiarkan Tobi mat
Lintang memandang Tobi dengan cermat, seolah sedang meneliti makhluk aneh. Pria sama sekali tidak marah melihat kematian Bakri.Setelah Damar terhenyak kembali, dia menatap Tobi dengan rasa hormat yang makin dalam.Dia baru menyadari ternyata Raja Naga jauh lebih kuat dari dugaannya. Bahkan Bakri, tokoh yang sulit dia atasi pun bisa ditaklukkan dengan mudah.Mata Pandu tampak berbinar-binar. Dengan adanya Tuan yang begitu hebat, dia pasti berkesempatan untuk memperkuat dirinya hingga mencapai posisi puncak.Tobi sama sekali tidak melihat ke arah Bakri, melainkan melemparkan pandangannya ke arah Lintang dan bertanya, "Kamu Lintang?""Benar!"Lintang tampak gugup, tetapi berusaha tenang dan bertanya, "Tuan Tobi, kamu kenal aku?""Selain keturunan dari Keluarga Hutama, kamu juga sosok nomor satu di Keluarga Hutama, mana mungkin aku nggak tahu?""Tuan Tobi, kamu berlebihan. Sebenarnya, aku tinggal di kediaman Hutama bukan karena ingin membantu mereka, tapi aku ingin membunuh Bakri," kata L
Damar tidak berani mengatakan apa pun. Dia hanya berpesan kepada Lintang untuk menghubunginya kapan saja jika mereka membutuhkan bantuan.Karena Bakri sudah mati, maka Keluarga Hutama akan segera jatuh ke tangan Tobi. Pria itu tidak berniat tinggal terlalu lama lagi dan segera meninggalkan vila.Mengenai hal lainnya, dia menyerahkan semuanya kepada Lintang, Damar, Pandu dan lainnya untuk menanganinya.Setelah duduk di dalam mobil, Tobi mengeluarkan ponselnya dan menelepon sebuah nomor.Begitu Hendro menerima panggilan, dia langsung menyapa dengan sopan, "Dokter Tobi!""Ya. Aku punya hal yang mungkin perlu merepotkanmu.""Dokter Tobi, silakan katakan. Selama aku bisa melakukannya, aku akan berusaha yang terbaik. Tapi, kalau kamu ingin aku menghadapi Bakri, itu sudah di luar kemampuanku," kata Hendro tidak berdaya.Mereka tidak bisa menangani ahli tingkat Guru Besar seperti Bakri. Kecuali memiliki bukti yang kuat, lalu meminta instruksi dan menyuruh salah satu dari empat Dewa Perang Nega
Kalimat itu terangkai dengan indah, tetapi tidak membuat Widia merasa senang melainkan kesal, lalu dia berkata dengan marah, "Kamu membunuhnya? Bagaimana kamu membunuhnya?""Tentu saja menggunakan kedua tanganku," jawab Tobi dengan serius."Omong kosong!""Kamu pikir aku nggak tahu bagaimana dia bisa mati?" ucap Widia dengan marah. Walaupun pria itu ingin memamerkan kehebatannya, dia juga tidak perlu berbicara omong kosong seperti ini.Lagi pula, Bakri termasuk ahli tingkat Guru Besar. Sekalipun Tobi telah berlatih seni bela diri sejak kecil, dia juga tidak mungkin bisa menjadi lawannya. Bagaimana Tobi bisa membunuhnya?Akibat kultivasi berlebihan, Bakri kerasukan dan mati. Kalau tidak, bukan hanya Tobi yang akan mati, tetapi Keluarga Lianto juga tidak akan terlepas dalam masalah ini.Tobi tertegun sejenak dan bertanya kembali, "Bagaimana dia mati?"Dia benar-benar tidak tahu bagaimana Lintang menangani masalah tadi malam. Sebelum pergi, dia hanya meminta pria itu menyelesaikan masalah
Widia benar-benar tidak tahan mendengar ucapan ibunya dan berkata, "Bu, kita nggak boleh menyalahkan Tobi atas masalah yang dibuat Joni.""Aku nggak peduli. Lagian, ini semua memang kesalahannya.""Singkatnya, mulai sekarang, kalau dia berani melangkah masuk ke kediaman Keluarga Lianto lagi, aku akan mematahkan kakinya!" ucap Yesa, seraya melampiaskan semua amarahnya pada Tobi."Benar-benar nggak masuk akal!"Widia terlihat marah, lalu membalikkan badannya dan pergi.Keluarga Lianto kini berada dalam kekacauan. Adik Kakek Muhar sekeluarga telah kehilangan uang. Mereka masih bersikeras tidak mau melepaskannya dan membuat Kakek Muhar tidak sanggup menahan mereka lagi."Kamu!"Melihat kelakuan putrinya seperti itu, Yesa makin marah. Dia langsung mencari putranya dan menyuruhnya mencari orang untuk menangani Tobi secepat mungkin.Meskipun Tobi mahir seni bela diri, dia juga tidak bisa mengalahkan sekelompok orang sendirian. Kemampuan seseorang itu terbatas, jadi dia pasti bisa menghabisi T
"Kamu nggak perlu seperti ini, nggak ada gunanya. Ya sudah, kelak kalau nggak ada urusan, jangan telepon aku lagi."Keragu-raguan akan mendatangkan masalah. Tobi malas meladeninya lagi dan langsung menutup telepon.Mendengar nada "tut" dari seberang sana, wajah Tania langsung pucat. Baginya, Tobi adalah satu-satunya harapannya untuk mengubah nasib agar bisa hidup dalam kemewahan.Apalagi, pria ini sangat berbakat.Demi pria itu, dia rela melakukan apa saja.Itu semua gara-gara Widia, wanita jalang itu. Jika dia tidak ada, Kak Tobi tidak akan memperlakukannya seperti ini dan mungkin dari awal mereka telah tidur bersama.'Widia!''Wanita jalang! Beraninya kamu merebut priaku. Jangan salahkan aku bersikap kasar nantinya!'Saat ini, matanya tampak memerah dan terlihat gila.Tobi sama sekali tidak mengetahui hal ini.Di mata Tobi, hubungan antara Tania dan Widia sangatlah baik.Begitu menutup telepon, ponselnya kembali berdering lagi.Awalnya, dia berpikir Tania meneleponnya lagi dan bernia