Namun, sebelum Widia memikirkan cara untuk menolaknya, Tobi segera berkata, "Kakek, aku menghargai tawaranmu, tapi untuk sementara, aku nggak mau kerja di perusahaan."Ketika Yesa mendengar ini, dia langsung menghina Tobi, "Nggak mau kerja? Jadi, kamu mau santai saja dan numpang hidup secara gratis?""Nggak juga. Lagian, aku punya uang, kok," kata Tobi.Pria itu punya uang? Kalau benar seperti itu, kenapa dia mau tinggal di keluarga mereka kami?Selain itu, bukankah dia baru saja turun dari gunung. Dari mana pria miskin seperti itu punya uang?Namun, kali ini Herman segera menghentikan Yesa. Mereka bisa mempermalukan pria itu, tapi mereka tidak boleh memaksanya bekerja di perusahaan. Bukankah itu akan merusak reputasi putrinya?Setelah memikirkan hal ini, Yesa segera tutup mulut.Saat teringat dengan 2 miliar yang dia berikan itu, ekspresi wajah Widia tiba-tiba menjadi jijikPria tak berguna itu pasti berpikir bahwa dengan adanya 2 miliar itu, dia bisa melakukan semua hal yang dia ingi
"Sudahlah. Aku masih punya urusan dan aku nggak punya waktu untuk bicara denganmu."Tobi mendorong Herman keluar dan menutup pintu.Herman langsung tercengang.Ternyata dialah yang seharusnya ditertawakan.Setelah kembali, dia memberi tahu istrinya tentang hal itu.Saking marahnya, suami istri itu hampir merusak ranjang.Siang harinya, Tobi berjalan ke ruang tamu dan melihat suami istri itu sedang berbicara dengan seorang pria muda."Ayah, Ibu, lihat saja. Bukankah dia hanya orang desa saja? Lihat bagaimana aku menghadapinya lagi. Aku yakin dia akan ketakutan setengah mati.""Ya, Candra. Ayah dan ibu bergantung kepadamu.""Jangan khawatir. Putramu ini penguasa tertinggi di Kota Tawuna. Menghadapi orang seperti ini hanya perlu beberapa menit saja. Aku hanya perlu menamparnya beberapa kali saja agar dia patuh. Kalau nggak, aku akan membuatnya menderita.""Dia sudah datang," kata Yesa.Ketika Candra mendengar itu, dia berbalik dan melihat Tobi. Kemudian, dia berdiri dan melangkah maju, "N
Ekspresi Kakek Muhar tiba-tiba berubah. Dia paling tahu dengan sifat cucunya itu. Dia menoleh ke arah cucunya, berharap bahwa itu semuanya hanya salah paham saja.Namun, tubuh Candra telah gemetar dan kata-kata yang dia ucapkan tampak tergagap, "Aku ... aku nggak tahu, nggak tahu kalau dia wanitanya saudara Tuan Bowo ....""Kamu! Berengsek!"Saking marahnya, Kakek Muhar langsung menamparnya dengan keras.Wajah Herman dan istrinya juga memucat. Mereka tidak mengenal Tuan Bowo, tetapi mereka pernah mendengar reputasinya. Mana mungkin mereka tidak takut?Apapun yang terjadi, dia tidak bisa mengabaikan cucunya begitu saja.Kakek Muhar melangkah maju, berpura-pura tenang dan berkata, "Tuan Bowo, cucuku telah bersalah, tapi itu terjadi karena dia nggak tahu. Tuan sangat murah hati, tolong maafkan dia kali ini. Jangan khawatir, kami pasti akan memberi kompensasi.""Baik. Berikan 200 miliar, lalu kami anggap masalah ini berlalu."Apa? 200 miliar?Herman dan lainnya langsung panik. Aset seluruh
Awalnya, Bowo sangat emosi mendengar ejekan seperti itu, tetapi saat dia berbalik dan melihat Tobi, ekspresinya tiba-tiba berubah.Dia? Bukankah pemimpin sudah berpesan untuk tidak mencari masalah dengan orang hebat ini?Dia tidak tahu identitas pria ini, tetapi tadi malam pemimpin sengaja berpesan kepada empat kepala aula, jika mereka bertemu dengan orang ini, pemimpin menyuruh mereka menghormatinya.Jika menyinggung pemimpin, mereka paling hanya akan dipukul. Namun, jika mereka berani menyinggung orang ini, bahkan dewa pun tidak bisa menolongnya."Kakek Muhar, pintu ini kenapa?"Tiba-tiba muncul dua orang dari luar. Yang satunya adalah seorang pemuda tampan. Dilihat dari pakaiannya, dia pasti anak orang kaya.Begitu Kakek Muhar melihatnya, dia baru sadar, ternyata pemuda itu adalah Joni, putra dari Keluarga Luhardi.Joni merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Luhardi dan keluarganya sangat berkuasa di Kota Tawuna. Mungkin dia punya cara untuk mengatasi masalah ini.Kakek Muhar buru-
"Dia omong kosong? Aku lihat kamulah yang omong kosong!"Widia tidak bisa lagi menahan emosinya lagi."Padahal sudah kubilang berulang kali, jangan membual lagi. Kenapa kamu masih melakukannya? Apalagi, Tuan Joni selalu sopan dan sering membantu keluargaku. Apa kamu pikir memfitnah orang lain itu keterlaluan sekali?"Herman segera memanfaatkan kesempatan itu dan berkata, "Benar. Tobi, kami nggak menyalahkanmu nggak punya kemampuan, tapi kamu malah memfitnah penolong keluarga kami. Kalau kamu terus seperti ini, keluarlah dari Keluarga Lianto.""Sudahlah. Sebenarnya aku mengerti perasaan Saudara Tobi. Dia hanya orang desa yang tinggal di pegunungan dan nggak mengerti apa-apa. Dia pasti akan merasa iri padaku," kata Joni sambil tersenyum."Kalau nggak punya kemampuan, seharusnya kamu rendah hati. Coba pikirkan kelakuanmu tadi, apa kamu mau membunuh kami?" timpal Yesa.Tobi mengerutkan kening. Dia tahu, meski dia membela diri, hal itu juga tidak ada gunanya. Sebaliknya, dia akan makin dise
Ketika Yesa mendengar itu, dia langsung memujinya, "Tuan Joni memang pantas jadi anak orang kaya. Sifat murah hati dan pemikirannya sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan orang biasa, apalagi pria aneh dari pegunungan itu.""Benar. Seseorang yang harus belajar dari Tuan Joni. Jangan hanya tahu omong kosong saja dan menjelek-jelekkan orang."Karena Joni banyak membantu Keluarga Lianto, Kakek Muhar juga merasa pemuda itu baik. Kakek Muhar pun berkata, "Tuan Joni memang teladan bagi semua orang. Karena Tuan Joni sudah bilang begitu, Widia, bawalah Tobi pergi ke jamuan itu."Meskipun Widia enggan, dia tetap mengangguk.Keesokan paginya, Tobi menerima foto dari Damar melalui ponselnya. Pria itu langsung tercengang. Bukankah ini gadis kecil yang dia minta Damar cari?Tak lama kemudian, Damar meneleponnya, "Tuan Tobi, apa kamu sudah lihat fotonya?""Ya. Itu gadis yang aku suruh kamu cari, kamu sudah menemukannya?" Tobi terkejut sekaligus senang. Dia tidak menyangka Damar begitu cepat mene
Siang harinya, sekitar jam 11, Widia mengantar Tobi ke Restoran Harmoni dan mendapati Tania sedang menunggunya di sana.Ketika Tania melihat Tobi, dia langsung bertanya, "Tobi, Widia bilang kamu menginap di Vila Distrik Terra 1 tadi malam?"Tobo tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya!""Kamu kenal Pak Damar?" tanya Tania lagi.Widia tampak kebingungan. Mana mungkin Tobi kenal dengan Pak Damar? Jangan-jangan Tania percaya kalau Tobi tinggal di sana? Apa dia sudah gila?Kemudian, Tobi menjawab, "Kenal."Tania tertegun mendengarnya. "Benarkah?""Ya, dia adalah bawahanku," jawab Tobi sambil mengangguk.Mendengar ini, kedua wanita itu terdiam.Mereka sering mendengar orang membual, tetapi belum pernah bertemu dengan pembual parah seperti ini.Widia benar-benar ingin membungkam mulut Tobi.Tania berkata, "Ini salahku. Kenapa aku bisa percaya dia tinggal di Vila Distrik Terra 1?"Kini, wanita itu sangat yakin bahwa dia benar-benar salah lihat di malam itu.Tobi mengangkat bahu tak
"Latif, bukankah kamu masih punya utang 20 miliar kepada Keluarga Lianto? Aku masih belum perhitungan sama kamu soal kemarin itu, tapi kamu berani muncul di sini?" tanya Widia dengan marah."Aku punya 20 miliar, tapi kamu harus ambil ke rumahku!""Kalau bahas soal kemarin itu, aku kesal!"Latif Candiono mendengus dingin, "Kenapa kamu cari pria lain setelah aku memberimu obat?"Widia seketika merasa malu, lalu dia berkata dengan marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!""Omong kosong? Memangnya hari itu kamu nggak cari pria lain, lalu menyelesaikannya sendiri? Hebat sekali, tapi jangan khawatir, hari ini aku nggak akan membuatmu kesulitan.""Coba kalau kamu berani!"Widia kaget sekaligus marah."Lihat saja nanti!" kata Latif sambil tertawa keras.Latif paling paham dengan wanita hebat seperti Widia. Setelah selesai, dia akan mengambil video dan foto, jadi dia tidak berani mempublikasikannya.Kalau tidak, kenapa Widia tidak lapor polisi di saat itu?Saat melihat itu, Heri merasa dia
"Nggak masalah!" Tobi menggelengkan kepalanya. Sampai sekarang dia masih belum menerima kabar dari Damar. Entah bagaimana hasil penyelidikannya? Sebelum mengetahui kebenarannya, sudah pasti Tobi tidak akan menceritakan hal ini pada Widia."Aku tahu kamu bisa begitu toleran padanya juga karena aku. Tapi dia mengatakan banyak hal kepadaku kali ini. Sepertinya dia sudah menyadari kesalahannya dan berjanji akan memperlakukanmu dengan baik ke depannya."Tobi tertegun sejenak dan berkata, "Dia menyadari kesalahannya?""Ya, ibuku dulu begitu mendominasi dan sombong. Aku belum pernah melihatnya merasa bersalah seperti itu sebelumnya dan terus memarahi dirinya sendiri," ucap Widia sambil mengangguk.Dia tahu Tobi mungkin tidak memercayainya, tetapi tidak masalah. Seiring berjalannya waktu, semuanya pasti akan menjadi jelas. Lagi pula, ibunya memang pantas mendapatkan semua ini."Ya!" Mendengar itu, Tobi tahu Yesa pasti berakting di depan putrinya lagi, tetapi tidak pantas baginya untuk mengatak
Begitu kata-kata ini keluar, semua orang kembali terkejut.Karena semua perusahaan yang disebut Widia barusan merupakan perusahaan yang luar biasa dan kuat. Jika mereka semua bergabung, sudah pasti tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan.Pantas saja para wartawan semuanya mendapat peringatan dari atasan yang memerintahkan mereka agar tidak memberikan pertanyaan yang melampaui cakupan tersebut. Mereka juga tidak boleh terlalu agresif dan harus mempertimbangkan Grup Lianto.Bos di balik Grup Lianto ini pastilah sosok yang punya pengaruh kuat.Bahkan, Pak Damar dari Serikat Dagang Lawana dan Lintang, direktur Grup Transera juga mengumumkan dukungan sepenuhnya terhadap rekonstruksi Grup Lianto.Dalam sekejap, Grup Lianto menjadi inti mutlak dari segalanya.Semua orang bahkan merasa bahwa bos-bos besar ini sepertinya berusaha menyenangkan Grup Lianto.Saat ini, tidak ada yang akan meragukan kebangkitan Grup Lianto lagi. Bahkan, perkembangan Grup Lianto mungkin akan lebih menakutkan
"Siapa tahu mereka menemukan cara khusus untuk menutupi semua ini? Kalau nggak, lihat kulit mereka sekarang, sebelumnya juga nggak begitu bagus.""Benar, kok. Wajahku juga sudah sembuh total. Aku termasuk salah satu korban.""Haha. Kamu salah satu korban? Kamu pasti netizen bayaran mereka.""Aku nggak bohong. Aku benar-benar korban. Kemarin kami semua pergi berobat.""Omong kosong. Satu hari saja, efeknya sudah seperti itu? Bukankah terlalu melebih-lebihkan?""Dia nggak berbohong. Memang hanya satu hari saja, karena aku salah satu korban juga.""Aku juga!""...."Banyak orang yang tidak tahan. Meski sebelumnya mereka sangat membenci Grup Lianto, masalah sekarang telah terselesaikan dan kompensasi telah diberikan. Melihat Bu Widia disalahpahami seperti ini.Mereka tentu tidak tinggal diam. Lagi pula, bukan Bu Widia yang mencelakai mereka sebelumnya. Bu Widia telah berbaik hati mengambil alih dan menyelesaikan masalah mereka.Singkatnya, ada banyak orang yang masih ragu.Beberapa wartawa
Begitu kata-kata ini dilontarkan, langsung terdengar tepuk tangan dari semua penonton.Di saat bersamaan, banyak orang yang merasa gembira.Baik itu karyawan Grup Lianto ataupun para bos yang bekerja sama dengan Grup Lianto.Setelah pengumuman resmi, tibalah waktunya untuk sesi bertanya.Saat ini, ada yang langsung bertanya, "Bu Widia, pertama-tama, Anda mau kembali dan mengambil alih Grup Lianto sepenuhnya, kami semua sangat mengagumi keberanian dan tanggung jawab Anda.""Sekalipun bersedia menginvestasikan sejumlah besar uang untuk menyelamatkan Grup Lianto, tapi apa yang akan kalian lakukan terhadap para korban akibat produk kosmetik?"Begitu pertanyaan ini keluar, mata semua orang tertuju pada Widia. Ini jelas merupakan hal yang sangat dikhawatirkan semua orang. Mereka ingin tahu jawabannya.Widia tampak tenang. Pertanyaan itu sama persis dengan tulisan di kertas yang diberikan Tobi kepadanya, apalagi jawabannya juga tertera di sana. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Semuanya nggak
Wajah Widia memerah. Dia segera melepaskan pelukannya dan berkata dengan kesal, "Kenapa kamu memelukku begitu erat?" Namun, dia buru-buru menambahkan. "Maaf, masalah ibuku sudah merepotkanmu.""Apa di antara kita perlu segan seperti ini?""Baiklah. Apa orang-orang itu sudah selesai ditangani semuanya?" tanya Widia."Jangan khawatir. Semuanya sudah selesai. Ini juga pertanyaan yang akan ditanyakan semua orang hari ini. Kamu hanya perlu jawab sesuai rencana kita sebelumnya."Sembari berbicara, Tobi menyerahkan selembar kertas kepada Widia dan berkata, "Setelah konferensi pers selesai, Serikat Dagang Lawana dan pihak lain akan memberikan dukungan sepenuhnya pada Grup Lianto.""Singkatnya, serangkaian kabar baik akan keluar. Dalam tiga hari, Grup Lianto akan kembali normal."Mendengar itu, Widia tampak senang. Jika demikian, bukankah segalanya akan menjadi lebih sederhana? Benar saja, masalah yang menurutnya sangat sulit, bahkan tidak bisa diatasi.Semuanya akan jauh terasa lebih gampang a
Tobi juga memperhatikan hal itu. Meski wanita itu mengenakan masker, dia juga mengenalinya. Bukankah itu Fiona, bintang terkenal yang sudah lama tidak bertemu?"Kak Tobi, kamu benar-benar ada di sini." Fiona tampak antusias. Entah dia sengaja atau tidak, dia langsung maju dan menghambur ke dalam pelukan Tobi.Tobi tertegun sejenak dan juga tidak berdaya. Dia kemudian berkata, "Ini tempat umum. Kamu nggak takut dipotret dan dijadikan skandal?"Wajah Fiona memerah. Dia terpaksa melepaskan tangannya dan berkata dengan suara rendah, "Aku nggak takut." Lagi pula, dia memang ingin punya skandal dengan Tobi.Sementara itu, Elsa dan Betty juga tercengang. Jelas sekali, mereka juga mengenali Fiona.Mereka tidak menyangka Fiona akan mengenal Tuan Tobi.Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di benak Betty. Mungkinkah Tuan Tobi adalah bos besar di balik layar yang dikatakan Fiona sebelumnya?Dilihat dari sekarang ini, identitasnya sepenuhnya sesuai.Setelah beberapa saat, Fiona juga memperhatikan Elsa
Jika bukan karena peringatan Tobi, Daim mungkin sudah akan membereskan Jonatan. Bagaimanapun, masalah yang dilakukan oleh Jonatan telah membuat banyak kerugian bagi perusahaan.Namun kali ini, Daim tidak berani menyembunyikan apa pun. Bukan hanya karena beberapa aturan tidak tertulis saja, tetapi Jonatan juga terlibat dalam masalah yang lebih serius. Dia dicurigai melakukan pemaksaan dan ancaman.Semua ini hanya bisa diserahkan kepada polisi.Apalagi, Daim sangat takut pada Tobi. Peringatan Tobi sepertinya masih terngiang-ngiang di telinganya. Dia tidak berani menyembunyikan apa pun.Jonatan tentunya akan berakhir menyedihkan.Setelah Daim membawa Jonatan pergi, Tobi pun mengarahkan pandangannya ke Elsa dan Betty. Pria itu baru saja bersiap untuk berbicara.Terdengar suara 'bruk'.Betty langsung berlutut dan berkata, "Tuan Tobi, ini salah saya. Barusan saya nggak tahu kemampuan Anda dan salah menilai Anda. Saya juga sembarangan bicara.""Mohon maafkan saya. Saya menyesali perbuatan say
Sebaliknya, Jonatan makin putus asa.Dia tahu kali ini dia telah memprovokasi orang yang salah.Tidak bisa. Dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi begitu saja.Dia segera merangkak ke depan Tobi. Setelah itu, dia berlutut dan bersujud memohon pengampunan. "Tuan Tobi, ini salah saya. Saya sudah menyinggung Anda barusan. Saya pantas mati!""Saya mohon Tuan Tobi memberi saya kesempatan. Sekalipun Anda ingin saya menanggung konsekuensi dan bekerja untuk Anda, saya juga rela melakukannya.""Saya mohon, saya mohon ...."Sembari berbicara, dia juga bersujud sambil membenturkan kepalanya ke lantai berulang kali. Dia tampak ketakutan sekali.Melihat tuannya bersujud dan memohon pengampunan, pengawal Daim yang berdiri di samping itu juga bergidik.Saat ini, mereka baru memahami seberapa hebat orang yang diprovokasi oleh tuan mereka.Tubuh pengawal itu terus gemetar. Dia berharap Tobi tidak akan perhitungan dengan mereka.Memang benar, sebelum sempat melukai Tobi, pengawal itu sudah kalah tela
Wajah Betty juga memucat. Melihat penampilan Jonatan yang sekarang ini, dia sudah bisa membayangkan nasib yang akan menimpanya nanti. Dia refleks memegang erat tangan Elsa.Bisa dikatakan, Elsa adalah penyelamat hidupnya sekarang.Saat ini, dia sangat menyesal.Kenapa dia begitu kasar pada Tobi barusan? Padahal, pria itu tidak menyinggungnya. Bahkan, berbaik hati membantu Elsa.Apa barusan otaknya bermasalah? Bisa-bisanya dia berbicara kasar seperti itu?Melihat Jonatan akhirnya diam, Daim baru menghela napas lega.Saat ini, Lintang juga telah tiba di depan mereka. Melihat Lintang datang, mata Jonatan langsung berbinar. Berdasarkan identitas Pak Lintang, Jonatan yakin pria itu pasti tidak akan melakukan kesalahan.Namun, yang mengejutkannya dan juga membuatnya putus asa adalah Lintang juga menghampiri Tobi dan menyapa bocah itu dengan hormat, "Tuan!"Begitu mendengar panggilan itu, raut wajah Jonatan menjadi pucat pasi. Padahal, mulanya hanya sedikit pucat. Sekarang, bahkan tubuhnya ju