Semua orang di ruangan itu tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi, si pengecut itu berani angkat bicara di saat seperti ini."Ups, ada yang nggak takut mati rupanya.""Si berengsek ini, suaminya Nona Widia? Apa dia nggak sadar diri?"Latif langsung mengejeknya."Sepertinya mulutmu bau, mari kutampar!" kata Tobi ringan."Haha. Memangnya kamu .... Argh ...."Saat Latif ingin tertawa lagi, tiba-tiba pipinya dilanda rasa sakit yang sangat menusuk. Tubuhnya tampak berputar beberapa kali, lalu menabrak dinding dan terjatuh ke lantai.Dalam sekejap, semua orang tercengang!Ini hampir sama dengan pukulan Latif sebelumnya, bahkan lebih cepat.Hanya saja, yang memukul tadi menjadi orang yang dipukul sekarang.Anak buah Latif tampak terpengarah sejenak, kemudian mereka segera maju untuk mengambil tindakan.Bam, bam ....Tanpa ketegangan apa pun, keempat orang itu langsung terlempar keluar dan tak kuasa bangkit selama beberapa saat.Widia dan Tania hampir tidak percaya dengan penglihatan me
"Baguslah kalau begitu!"Tania mengerutkan kening saat mendengarkan percakapan Tobi dan Widia. Setelah kejadian ini, hubungan mereka sepertinya makin membaik. Hal seperti ini tidak boleh terjadi.Pria yang paling cocok dengan Widia hanyalah Tuan Joni.Jadi, Tania segera berkata, "Tobi, seni bela diri itu memang bagus, tapi negara kita punya hukum, seni bela diri hanya bisa menakuti orang biasa.""Dibandingkan dengan kekuasaan, seni bela diri nggak ada gunanya!”Heri langsung bangkit kembali. Karena Widia menghentikan Latif tepat waktu, cederanya tidak serius. Dia mendukung pacarnya dan berkata, "Benar! Dalam menghadapi kekuasaan, nggak peduli apa keahlianmu, itu semua nggak berguna."Tobi terkekeh dan berkata, "Benarkah? Kalau begitu, kamu juga termasuk orang yang nggak berguna, dong. Kalau nggak, kenapa tadi kamu bisa dikalahkan oleh preman seperti itu?""Itu karena dia menyerang secara diam-diam. Kalau nggak, aku sudah ...."Heri kelihatan sangat marah hingga dia tidak bisa berbicara
Wajah Tania langsung berubah gelap. Jelas-jelas, gaun itu dilihat oleh mereka dulu dan mereka sama sekali tidak bertengkar dengan wanita itu. Keterlaluan sekali.Wajah Heri juga terlihat gelap. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berbisik, "Tania, bagaimana kalau kamu minta maaf saja?""Apa kamu bilang? Kamu mau aku berlutut kepadanya?"Tania agak kecewa dengan Heri. Dia selalu menganggap Heri adalah pria yang baik, tetapi dia tidak menyangka nyali pacarnya akan menjadi ciut di saat kritis seperti ini."Mau bagaimana lagi? Kita nggak bisa melawannya."Tania terlihat malu. Saat ini, apa wanita itu masih berani bilang Tobi tak tahu malu?Dari tadi hingga sekarang, bukankah Tania lebih terlihat memalukan?Widia tidak sanggup melihat situasi itu lagi. Apalagi itu semua terjadi karena dia ingin membeli gaun itu, jadi Widia pun segera membujuk wanita itu, "Nona, tadi itu kami yang salah. Sebagai permintaan maaf, kami akan membayar gaun itu!"Namun, wanita itu mencibir dan berkata, "Tutup mulutmu!
Semua orang yang mendengar itu langsung terpaku.Mereka benar-benar tidak menyangka.Lagi-lagi, Widia tersentuh oleh kelakuan Tobi yang maju untuk membelanya itu, tetapi wanita itu juga kesal dengan kecerobohan dan keberaniannya itu.Bukankah itu sama dengan cari mati?Benar saja, emosi Yudi langsung meledak."Kamu cari mati!"Begitu dia selesai berbicara, Yudi langsung melangkah maju, mengangkat tangan kanannya dan hendak menampar Tobi dengan keras.Gerakannya terlihat sangat akurat dan cepat sekali.Widia ketakutan setengah mati. Tidak diragukan lagi, Tuan Yudi ini seorang ahli seni bela diri.Widia tahu kalau Tobi bisa seni bela diri, tetapi dia yakin Tobi bisa menghindarinya atau tidak.Tobi terlihat tenang dan bahkan tidak mengelak sama sekali. Begitu lawan mendekat, dia baru memberinya sebuah tamparan balik.Plak!Suara tajam langsung terdengar!Yudi mengerang kesakitan. Tubuhnya langsung terdorong ke belakang, dia merasakan seluruh pipinya terasa panas dan nyeri.Semua orang ter
Setelah karyawan toko itu tersadar kembali, dia segera mengambil kartu itu dan menggeseknya. Ternyata kartu itu asli.Setelah selesai mengurus pembayaran, dia segera mengembalikannya kepada Tobi dan berkata dengan hormat, "Tuan, belanjaan Anda dan kartu Anda."Tobi segera menyimpan kartunya dan memegang tas belanjaan itu di tangannya.Menyadari kartu hitam itu asli, Yudi makin ketakutan. Dia segera berdiri dan menjauh dari sana. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon pamannya. Dia harus mengkonfirmasi masalah itu secepatnya.Jika dia telah menyinggung orang penting itu, maka dia harus segera menangani masalah ini. Jika tidak, dia akan mati mengenaskan dan bahkan mungkin akan menghancurkan Keluarga Saswito.Widia merasa seluruh tubuhnya mati rasa. Dia berkata dengan suara getir, "Tobi, kali ini kamu sudah membuat masalah besar."Namun, Tobi seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Nggak apa-apa, aku bisa mengatasinya!""Kamu bisa mengatasinya? Bagaimana pria dari pegunungan sepertimu bisa
Dia teringat tadi Tania memanggil pria yang memukulnya itu dengan nama itu.Ternyata benar, itu dia.Wawan juga mengatakan Tobi sangat rendah hati dan tidak ingin identitasnya terungkap. Yudi terpaksa menunjukkan rasa hormatnya dari kejauhan, lalu segera pergi bersama wanita itu.Dia akan mencari kesempatan untuk minta maaf secara langsung kepada Tobi.Wanita itu tidak menyangka Yudi akan pergi begitu saja. Dia langsung memperlihatkan ekspresi tidak puas. Melihat itu, Yudi langsung menamparnya beberapa kali dengan keras. Wanita itu langsung patuh kembali.Widia agak bingung dengan pemikiran Yudi. Ternyata pria itu tidak memanggil siapa pun dan sepertinya masalah ini telah selesai begitu saja.Tania juga tertegun dan bersorak gembira, "Tak kusangka, Tuan Joni begitu hebat. Bahkan, Yudi pun takut padanya."Widia mengangguk dan berkata, "Aku juga nggak menyangka. Tampaknya Tuan Joni jauh lebih hebat dari yang kita bayangkan. Ini semua berkat dia."Tania memandang Tobi dan menyindirnya, "B
Wanita itu memiliki alis yang indah, pipi dan bibir yang merona, layaknya peri dalam lukisan. Gaun hitam pun tidak bisa menyembunyikan sosok sempurnanya itu.Angin malam pun seakan-akan terpikat dengan kecantikannya.Dalam sekejap, penampilan Widia langsung mencuri perhatian banyak orang. Bahkan mereka sepenuhnya mengabaikan Tania, wanita cantik yang tak kalah menawan itu, yang mengikuti Widia dari belakang.Apalagi Tobi yang hanya mengenakan pakaian kasual."Putri siapa ini? Cantik sekali.""Kalian nggak kenal dia? Itu Widia, direktur Grup Lianto, direktur cantik di kota kita.""Ternyata begitu. Dia punya aura yang terkesan dingin."Di saat bersamaan, sebuah mobil mewah lainnya juga berhenti di depan pintu. Pria yang turun lebih dulu itu sangat tampan dan tegap, dia mengenakan pakaian Versace mahal, yang membuatnya tampak seperti bangsawan.Di belakangnya, tampak seorang pria dan seorang wanita. Ternyata itu adalah Willy Yoman dan Lisa Yoman, kakak beradik yang mereka temui di klub an
Mata Willy membelalak.Cantik!Cantik sekali!Ini bukan kecantikan biasa, tapi kecantikan murni!Wanita itu mengenakan gaun putih dan wajahnya sangat cantik. Sepasang mata hitamnya tampak bersinar-sinar dan kulitnya putih sekali. Dia tampak seperti peri yang ada di pegunungan.Willy buru-buru melangkah maju untuk menyapa, "Ha ... halo ...."Namun, wanita itu sama sekali tidak menghiraukannya. Dia berjalan ke arah Tobi, mengulurkan tangan kanannya dan berkata sambil tersenyum, "Halo, Tuan Tobi."Tobi mengangkat tangannya untuk menyambut uluran tangannya itu, lalu segera melepaskannya. "Halo!"Jessi kini terlihat sehat dan lebih bersemangat dari sebelumnya.Terutama aura yang keluar dari tubuhnya itu, memperlihatkan kepolosan hatinya.Kilatan keterkejutan melintas di mata Jessi. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan pria yang begitu dingin padanya."Terima kasih atas bantuanmu kemarin. Kalau nggak, nyawaku sudah nggak tertolong lagi.""Sama-sama.""Ayo kita duduk di sana sambil mengobro
Waktu terus berlalu begitu saja. Bahkan setelah diingatkan oleh Vamil, Tobi masih belum menemukan petunjuk apa pun. Apa ini karena kemampuannya terlalu rendah atau dia memang tidak bisa membuat terobosan?Jika tidak, selain Vamil dan tiga lainnya, mengapa tidak ada orang lain yang bisa memahami hukum langit dan bumi dan mencapai tingkat menakutkan seperti mereka?Yang paling penting lagi, Tobi bahkan tidak tahu mereka telah mencapai alam kultivasi yang seperti apa dan juga kekuatan seperti apa yang mereka miliki.Mungkin dia harus pergi mencari Vamil dan merasakannya secara langsung.Tobi berdiri dan melihat waktu. Dia tiba-tiba teringat dengan sesuatu. Dia telah berjanji pada Widia agar kembali ke kediaman Lianto untuk makan malam.Memberi kesempatan kepada orang tuanya Widia untuk meminta maaf.Meski Tobi tidak ingin melihat mereka, pria itu juga tidak ingin mempersulit Widia. Dia pun menyalakan mobil dan pergi menjemput Widia dari kantor agar bisa sekaligus pulang bersama.Saat mene
Tobi dan Widia mencari warung di pinggir jalan dan menikmati sarapan mereka dengan santai.Widia dulunya tidak akan terbiasa dengan tempat-tempat seperti ini.Namun, sejak bersama dengan Tobi, dia bukan hanya terbiasa, tetapi terkadang dia juga menyukai lingkungan seperti ini. Tempat seperti ini malah memberinya perasaan santai dan nyaman."Ibumu baik-baik saja?" tanya Tobi sambil tersenyum."Ya, dia benar-benar banyak berubah kali ini. Seakan pemikirannya sudah terbuka."Widia memperlihatkan senyum bahagia dan berkata, "Sepertinya kejadian kali ini telah memberikan akhir yang baik. Hanya saja, kamu sudah mengorbankan banyak hal, menghabiskan banyak uang, dan berutang budi pada bos besar lainnya.""Nggak juga. Masalah sepele seperti ini bukanlah apa-apa."Tobi mengatakan yang sebenarnya, tetapi Widia mengira pria itu hanya tidak ingin dirinya merasa terbebani. Hal itu membuat Widia makin menyukainya.Entah dimulai sejak kapan, yang dia pikirkan hanyalah Tobi.Demi Tobi, dia rela melaku
"Mungkin juga karena situasi khusus inilah, mereka bersedia tinggal bersamaku dan menjaga selama 60 tahun penuh."Vamil menjelaskan bahwa dia telah membuat terobosan 55 tahun yang lalu. Sedangkan, kekuatan yang lainnya jelas jauh berbeda darinya. Mungkin inilah salah satu alasan mereka takut dan ingin bergabung dengannya untuk mengambil tindakan."Mungkinkah ada cara untuk menerobos, aku ...." Hati Tobi tergerak."Jangan memikirkan hal ini lagi. Di sana sudah hancur total dan nggak ada lagi yang tersisa." Vamil menggelengkan kepalanya tak berdaya.Setelah mendengar itu, Tobi tampak tidak berdaya. Jadi, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak takut dirinya terluka, tetapi dia lebih takut dirinya tidak bisa melindungi orang-orang di sekitarnya dan juga melindungi Harlanda."Kamu nggak perlu terlalu khawatir. Berlatihlah dengan keras dan dapatkan pemahaman baru. Aku percaya padamu!"Tobi menutup telepon dengan tak berdaya. 'Kamu percaya padaku? Tapi aku sendiri nggak percaya diri. Terlebih
"Ya, katakanlah!" Tobi segera mengumpulkan kekuatan mentalnya dan memastikan keamanannya."Kamu masih ingat apa yang kukatakan padamu sebelumnya? Setelah aku bertemu orang itu, aku pasti akan menceritakan semuanya padamu. Sekarang, inilah saatnya."Raja Naga Tua segera menceritakan akar permasalahannya, termasuk masalah Vamil dan lainnya yang terluka parah. Sekalipun pulih, nyawanya juga tidak akan bertahan lama lagi.Begitu mendengar semua itu, Tobi tertegun lama. Dia seakan-akan merasa semuanya seperti mimpi. Dia tidak pernah menyangka bahwa masih ada empat tokoh sehebat itu di dunia ini.Terutama Vamil, yang telah mengorbankan segalanya demi Harlanda. Kini Tobi makin mengaguminya. Dari nada bicara gurunya, Tobi bisa merasakan bahwa setiap kata-katanya menunjukkan perasaan yang sesungguhnya, yang jelas berasal dari lubuk hati yang paling dalam."Apa Master Vamil ada di sana? Bolehkah aku berbicara dengannya?" tanya Tobi.Raja Naga Tua melirik sekilas Vamil yang berada di sampingnya.
Ekspresi Raja Naga Tua berubah. Dia bersiap untuk mengejar."Lupakan saja. Kamu nggak bisa mengejarnya. Sekalipun terkejar, kamu juga bukan lawannya." Vamil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tapi dia barusan mendengar percakapan kita. Tobi mungkin dalam bahaya.""Kita harus kembali secepat mungkin. Namun, kondisiku nggak memungkinkan untuk bertindak sekarang. Aku perlu istirahat selama tiga hari lagi. Kamu harus segera memberitahunya masalah ini dan menyuruhnya untuk berhati-hati dengan ahli bela diri dari Negara Melandia itu.""Tapi jangan membuat pergerakan besar seperti mengutus sekelompok orang untuk melindunginya. Karena itu hanya akan makin membuat identitasnya terungkap. Barusan kita nggak menyebut nama muridmu, 'kan?" ucap Vamil memperingatkan.Raja Naga Tua mengangguk. Seharusnya, mereka tidak akan menemukannya secepat itu. Dia berkata tak berdaya, "Terlepas dari penampilannya saat ini, jika Negara Melandia bersikeras menyelidikinya, mereka mungkin bisa mengetahui identita
"Ah ...."Ekspresi Raja Naga Tua berubah drastis. Kekuatan Master Vamil sangat menakutkan dan hebat, tetapi usianya tidak panjang lagi.Dia tahu betul bahwa lelaki tua di hadapannya barulah orang nomor satu di dunia yang sesungguhnya. Bahkan kultivator Alam Tanah Abadi ataupun dirinya sendiri, bisa dikalahkan oleh lelaki tua itu hanya dengan satu gerakanSebaliknya, kekuatan ketiga orang lainnya, meski tidak sekuat Vamil, semuanya juga merupakan kultivator tak tertandingi yang memahami hukum langit dan bumi. Jadi kesenjangannya juga tidak akan terlalu besar.Jika menyerang Harlanda, siapa yang bisa melawan mereka?Tobi?Kekuatan Tobi memang menakutkan, tetapi jika lawannya adalah ketiga orang itu, mungkin dia masih belum bisa menandingi mereka.Liontin giok!Mungkin hanya dengan menemukan rahasia liontin giok, masalah ini baru bisa terselesaikan."Master, apa yang terjadi? Bukankah kalian bekerja sama untuk menghadapi monster? Mengapa bisa jadi seperti ini? Raja Naga Tua tidak mengerti
Setelah mendapatkan gelang giok, Tobi memeriksanya dengan hati-hati. Gelang giok ini memang tidak biasa. Saat disentuh, ada sedikit rasa sejuk, yang membuat orang merasa segar dan sangat nyaman.Bahkan, ada aura samar seorang kultivator di atasnya. Sepertinya gelang giok ini termasuk barang berharga.Sepertinya, ibunya Widia bukanlah orang biasa.Meski bukan seorang kultivator, dia pasti berasal dari keluarga hebat.Jika permasalahannya seperti itu, ruang lingkup penyelidikan bisa dipersempit. Tobi segera memberi perintah dan meminta Sekte Naga serta kekuatan besar lainnya untuk mencarinya.Asalkan Mahera ditemukan, kebenaran pasti akan terungkap."Kak Tobi, gelang ini sangat indah. Apa gelang ini punya kegunaan?" Damar sama sekali tidak memberi tahu masalah itu pada Jessi. Raja Naga tidak memberikan izin, jadi tentunya dia tidak akan berani sembarangan.Tobi tertegun sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Nggak ada. Ini hanya barang peninggalan seorang senior. Oh ya, kenapa ayahmu bisa
Benar saja, Tobi memang menanyakan hal ini. Damar segera menjawab, "Kami sudah menemukan beberapa petunjuk. Rumah Sakit Medika merupakan rumah sakit elite yang sangat terkenal waktu itu.""Sesuai yang dikatakan Yesa, ibunya Bu Widia, dia memang melahirkan di rumah sakit itu. Selain itu, di hari yang sama, juga ada seorang bayi perempuan yang meninggal tak lama setelah lahir."Mendengar itu, Tobi mengerutkan keningnya. Dia kemudian bertanya, "Apa ada petunjuk lain yang ditemukan?""Ada!""Tanggal lahir yang tertera di KTP Bu Widia bukanlah tanggal lahirnya yang sesungguhnya. Ada perbedaan setengah bulan. Tapi dari hasil penyelidikan kami, seharusnya Bu Widia lahir di hari itu dan tanggal yang tertera di KTP-nya palsu.""Dengan kata lain, Keluarga Lianto tampaknya menyembunyikan sesuatu," terang Damar.Ekspresi Tobi berubah dingin. Dari awal, dia sudah merasakan ada yang aneh dengan Yesa. "Dia mungkin ingin menyembunyikan asal-usul Widia yang sebenarnya dan sengaja mengubah tanggal lahir
"Nggak masalah!" Tobi menggelengkan kepalanya. Sampai sekarang dia masih belum menerima kabar dari Damar. Entah bagaimana hasil penyelidikannya? Sebelum mengetahui kebenarannya, sudah pasti Tobi tidak akan menceritakan hal ini pada Widia."Aku tahu kamu bisa begitu toleran padanya juga karena aku. Tapi dia mengatakan banyak hal kepadaku kali ini. Sepertinya dia sudah menyadari kesalahannya dan berjanji akan memperlakukanmu dengan baik ke depannya."Tobi tertegun sejenak dan berkata, "Dia menyadari kesalahannya?""Ya, ibuku dulu begitu mendominasi dan sombong. Aku belum pernah melihatnya merasa bersalah seperti itu sebelumnya dan terus memarahi dirinya sendiri," ucap Widia sambil mengangguk.Dia tahu Tobi mungkin tidak memercayainya, tetapi tidak masalah. Seiring berjalannya waktu, semuanya pasti akan menjadi jelas. Lagi pula, ibunya memang pantas mendapatkan semua ini."Ya!" Mendengar itu, Tobi tahu Yesa pasti berakting di depan putrinya lagi, tetapi tidak pantas baginya untuk mengatak