"Oh?"Jessi tampak bingung sesaat. Meskipun dia tidak tahu asal usul Tobi, ayahnya jelas-jelas mengatakan pria itu sangat hebat. Apalagi, Jessi sendiri telah melihat keterampilan medis Tobi.Joni berpikir wanita itu memercayainya, jadi dia lanjut berbicara, "Benar, kok. Bukan hanya itu saja, dia juga baru saja datang dari pedesaan. Sudah miskin, nggak punya bakat lagi.""Kalau bukan karena undangan yang aku punya, dia nggak akan bisa masuk ke sini.""Benarkah? Kalau begitu, aku harus berterima kasih kepadamu karena sudah memberiku kesempatan untuk dekat dengan Kak Tobi," kata Jessi sambil tersenyum."..."Joni benar-benar pusing dibuat wanita itu. Apa wanita ini lamban? Dia tidak ngerti ucapannya itu? Kemudian, Joni kembali berkata, "Cantik, pikirkanlah. Kamu begitu sempurna, dengan kondisi seperti itu, kamu bisa dapat pria kaya mana pun, jadi mengapa kamu memilih pria nggak berguna seperti ini?"Mendengar ini, Jessi langsung marah dan berkata dengan dingin, "Beraninya kamu bilang Kak
Namun, dia teringat dengan sebuah kabar baik. Setelah Joni membawanya menyapa senior-senior, Burhan Sulistiyo sangat murah hati dan bersedia memberikan kuota untuk Keluarga Lianto.Burhan adalah salah satu dari enam pejabat Serikat Dagang Lawana dan memiliki status yang sangat tinggi.Dengan bantuan dia, kali ini mereka pasti akan berhasil.Joni mengangguk, kemudian dia berjalan ke samping dan mengomeli Willy dan dua orang lainnya, "Ada apa dengan kalian? Aku bawa kalian kemari untuk mempermalukan Tobi, tapi kalian malah membuatnya begitu nyaman?"Willy tampak bersalah dan berkata pelan, "Tuan Joni, kami juga mau mempermalukannya, tapi Tobi mengabaikan kami dan menganggap kami bagai angin lalu.""Lagian, dia terlihat santai berada di tempat seperti ini. Berbeda dari kita bayangkan, dia sama sekali nggak merasa gugup.""Kenapa aku selalu merasa dia tidak sesederhana itu?""Apaan! Dia hanya tak tahu malu saja."Joni mendengus dingin, "Sudahlah, lagian kali ini Tobi sudah membuat Widia ma
"Tobi, buat apa kamu telepon? Kamu pikir kamu kerabatnya Pak Damar?" umpat Tania dengan marah. Di saat genting seperti ini, pria itu masih berani membual."Widia, jangan pedulikan dia. Sekarang masih ada waktu, cepat cari Tuan Joni. Mana tahu dia menyelamatkanmu."Mendengar itu, Widia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada gunanya. Lagian, Tuan Joni sudah kenalkan banyak pejabat senior Serikat Dagang kepadaku hari ini. Dia sudah sangat membantu."Widia merasa harapannya telah pupus. Apalagi, masalah kuota ini telah diputuskan oleh Pak Damar. Jangankan Joni, meski ada orang yang lebih hebat dari Joni, dia yakin keputusan ini tidak akan berubah lagi."Tapi kita nggak mungkin diam saja dan nggak melakukan apa-apa, 'kan? Aku tanya-tanya temanku dulu."Tania bangkit dari tempat duduknya dan pergi.Melihat Tania pergi, Widia menghela napas tak berdaya.Dalam hatinya, masalah ini tidak akan berubah lagi.Tobi berjalan ke samping, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Damar. Se
Nada suara Yudi terdengar sangat dingin."Ya, ya ...."Wajah Willy seketika memucat. Hatinya dilanda ketakutan sekaligus tidak senang. Kepala Keluarga Saswito adalah anggota senior Serikat Dagang Lawana, jadi mereka tidak berani menyinggungnya.Dia terpaksa membawa adiknya meninggalkan perjamuan itu dengan pasrah.Karena ruang perjamuannya sangat luas, ditambah penyelesaiannya cepat, masalah ini pun tidak begitu menarik perhatian banyak orang.Semuanya berjalan sesuai keinginan Yudi. Dia ingat pamannya bilang Tuan Tobi sangat rendah hati dan tidak suka membeberkan identitasnya.Yudi buru-buru memberi hormat kepada Tobi, "Halo, Tuan Tobi."Tobi mengangguk dan bertanya, "Sebelumnya, bukankah kamu sangat hebat? Mengapa kamu tiba-tiba pergi begitu saja?"Yudi tersenyum pahit dan menjelaskan, "Saya lihat Anda memegang kartu hitam Lawana. Pak Damar bilang dia memberikannya kepada tokoh hebat bernama Tobi.""Ternyata begitu!"Tobi menganggukkan kepalanya sambil menambahkan, "Barusan itu, teri
Saat ini, Tania kembali dengan ekspresi wajah tak berdaya.Selain Joni, dia sama sekali tidak punya kenalan orang hebat. Jadi, dia pun mencari pria itu dan menjelaskan situasi yang terjadi kepadanya.Mendengar itu, Joni perlahan menggelengkan kepalanya. Jika masalahnya seperti ini, dia juga tak berdaya. Ayahnya juga tidak bisa memberikan bantuan apa pun.Namun, di depan Tania, Joni harus berlagak dan berpura-pura menelepon ayahnya.Setelah itu, dia pun kembali menemui Widia bersama dengan Tania."Widia, aku barusan dengar Tania bilang Keluarga Lianto nggak bisa bergabung dengan Serikat Dagang Lawana?" tanya Joni dengan wajah prihatin.Widia menganggukkan kepalanya."Huh, nggak disangka akan terjadi hal seperti ini, tapi jangan khawatir, aku sudah telepon ayahku dan minta bantuannya.""Kamu minta bantuan ayahmu?"Widia termenung sejenak, bertanya-tanya dalam hatinya, jangan-jangan Pak Damar meneleponnya bukan karena Tobi melainkan ayahnya Joni?Benar juga. Lagi pula, Tobi baru saja turu
Lalu, mengapa Keluarga Lianto bisa bergabung dengan Serikat Dagang Lawana? Masa itu karena Tobi?Tidak mungkin!"Ya. Tuan Joni, terima kasih banyak atas bantuanmu kali ini," ucap Widia."Sama-sama. Aku merasa jauh lebih senang dibandingkan saat keluargaku sendiri bergabung dengan Serikat Dagang Lawana." Joni tidak peduli begitu banyak lagi. Dia cepat-cepat mengambil alih kontribusi sebesar ini."Tobi, lihat itu. Hanya dengan satu panggilan telepon, Tuan Joni berhasil menyelesaikan masalah besar yang hampir menentukan nasib Keluarga Lianto.""Kalau kamu? Hanya bisa duduk termenung saja. Apa kamu pantas dibandingkan sama Tuan Joni?"Begitu mendengar itu, wajah Joni penuh dengan ekspresi bangga, lalu dia berkata, "Nggak juga. Aku rasa, Tobi juga punya keahlian lain, contohnya pintar merayu wanita. Bukankah wanita tadi begitu melindunginya?"Ucapan itu mengingatkan Widia kepada Jessi. Dia makin kesal mendengarnya.Tobi benar-benar tidak berdaya. Dia kemudian bertanya dengan nada datar, "Ka
Damar mengedarkan pandangannya ke seluruh hadirin, bahkan dia sengaja menatap Tobi sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Terima kasih telah hadir di jamuan hari ini. Aku yakin semua orang sudah mendapatkan hasil yang baik hari ini."Semua orang menjawabnya, "Tentu saja."Setelah salam pembuka yang sederhana, Damar pun menambahkan, "Sekarang aku akan mengumumkan satu-satunya keluarga yang bergabung dengan Serikat Dagang Lawana tahun ini. Dia adalah ...."Sampai di situ, Damar sengaja menghentikan kalimatnya dan melihat sekelilingnya.Mendengar itu, anggota yang mempunyai peluang besar untuk bergabung itu menahan napas dan menatapnya lekat-lekat.Begitu juga dengan Widia. Matanya juga terpaku pada Damar yang berada di atas panggung.Meski sudah diberitahukan sebelumnya, selama tidak diumumkan ke publik, semuanya masih bisa berubah."Grup Lianto yang dipimpin oleh Bu Widia!" ucap Damar dengan suara menggema.Benar-benar Grup Lianto. Widia langsung bersorak kegirangan.Dia tahu beban yang
Wajah Joni makin gelap. Melihat situasi di atas panggung, dia yakin Pak Damar tidak mungkin menyebutkan nama dokter ajaib itu.Sekalipun Damar menyebut nama dokter itu, dia juga bisa mengatakan dokter ajaib itu dicari oleh ayahnya. Dia kemudian berkata, "Keluarga Luhardi juga termasuk keluarga hebat di Kota Tawuna, jadi menemukan dokter ajaib yang hebat bukanlah hal sulit.""Haha!"Tobi tersenyum geli.Melihat senyuman ini, Joni merasa tidak nyaman, seolah-olah ada yang tidak beres.Namun, Tania tidak tahan melihat itu dan langsung memarahinya, "Tobi, mengapa kamu tertawa? Apa yang dikatakan Tuan Joni salah? Kalau bukan Keluarga Luhardi, memangnya kamu yang menemukannya?""Kamu benar-benar penjilat yang nggak tahu diri. Apa kamu nggak takut menjilat orang yang salah?" kata Tobi sambil menggelengkan kepalanya. Wanita ini menyebalkan sekali."Apa kamu bilang?" hardik Tania."Tobi!"Kali ini, Widia juga marah. Dia merasa Tobi sudah keterlaluan, lalu membentaknya, "Jangan bicara lagi!"Di
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang akhirnya mengerti.Setelah bicara begitu banyak, terakhir anggur itu tetap saja diberikan kepada Galuh.Namun, anggur itu jelas bukan pemberian Steven. Jadi, bisa dikatakan Steven masih belum menebus kompensasi apa pun.Melihat pemandangan ini, raut Jensen berubah muram. Bocah ini berani mencelakai keponakannya. Sepertinya dia sudah bosan hidup.Hanya saja, ini bukanlah waktu yang tepat untuk memberi pelajaran kepada bocah ini. Tunggu sampai keponakannya berhasil lolos dari ancaman ini lebih dulu.Galuh tertegun sejenak. Dia baru memahami kebenarannya. Lalu, tertawa sambil berkata, "Adik kecil ini menarik. Siapa namamu?""Tobi," jawab Tobi dengan singkat."Oke, aku akan mengingatmu. Anggap aku berutang kepadamu kali ini," ucap Galuh sambil mengangguk. Bukannya dia tidak mampu membeli anggur ini, tetapi persediaan anggur ini terbatas.Berbeda dengan Lavite 1982 yang seakan tidak bisa habis dalam waktu lama."Pak Galuh, jangan sungkan," kata
"Nggak perlu. Aku nggak layak menerima permintaan maafnya," ucap Galuh dengan dingin.Steven langsung terperanjat. Dia tidak menyangka Galuh bukan hanya pemimpin asosiasi asli, tetapi juga punya latar belakang yang begitu kuat sehingga pamannya sendiri pun ketakutan.Dia masih tidak tahu kalau bukan karena berasal dari Cewadi, Jensen sama sekali tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam jamuan malam ini.Karena Bos Zafran dari Cewadi akan datang untuk berinvestasi di sini malam ini, jadi Pak Kamran memintanya untuk menemaninya secara pribadi.Raut wajah Jensen berubah drastis dan langsung membentak Steven, "Kenapa masih diam saja? Cepat berlutut ke sini!"Steven tercengang. Begitu melihat ekspresi marah Jensen, dia tahu dia sudah mendapat masalah besar kali ini. Sebenarnya, dia lumayan takut dengan Paman Jensen.Hanya saja, mana mungkin dia bisa berlutut, apalagi masih ada Shinta di sini?Jensen kelihatannya tidak sabar lagi dan bersiap untuk mengambil tindakan secara langsung.
Begitu masuk, Galuh langsung bertanya, "Maaf, apa anggur ini milik kalian?"Dia tidak mengerti mengapa ada orang yang menganggap anggur bagus seperti ini sebagai anggur palsu dan membuangnya. Jika bukan karena dia kebetulan mencium aroma anggur yang tidak biasa, pasti anggur enak ini akan terbuang sia-sia.Saat mendengar itu, semua orang tertegun sejenak.Wajah ayahnya Shinta dipenuhi dengan ekspresi kegembiraan. Dia sangat menyesal karena terlambat mencegat. Tak disangka, anggur itu kini kembali lagi. Dia segera berkata, "Ya, ini milik kami!"Galuh tidak tahan lagi dan berkata dengan marah, "Anggur ini sungguh milik kalian? Ini anggur asli. Mengapa kalian bisa merasa anggur ini palsu dan membuangnya begitu saja? Mubazir sekali.""Ini ...."Ayahnya Shinta tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Bahkan, dia sendiri juga tidak yakin apa itu anggur asli atau bukan. Namun, didengar dari apa yang dikatakan lelaki tua itu, sepertinya anggur itu asli.Sebaliknya, Steven tidak tahan lagi. Dia
Tepat di saat ini, ayahnya Shinta kembali. Dia sama sekali tidak pergi ke kamar mandi. Begitu keluar dari ruang VIP, dia langsung menyusul pelayan tadi. Hanya saja, dia terlambat selangkah dan tidak menemukannya lagi.Dia tampak depresi dan menyesal bukan main.Kalau tahu akan jadi begini, dia barusan pasti tidak akan mengatakan anggur itu palsu.Saat melihat ada sebotol anggur lagi di atas meja, dia tertegun, lalu bertanya, "Apa ini?""Huh! Itu anggur yang dikeluarkan Tuan Tobi barusan. Sayangnya, hanya sebotol Moutai biasa saja," ucap Steven sambil mendengus dingin.Mendengar itu, Tobi pun memandang Steven dengan tatapan meremehkan, seakan-akan Steven itu orang bodoh. "Apa hanya dilihat dari luarnya saja, kamu sudah tahu itu Moutai biasa?""Tentu saja!""Apa kamu memahami produk Moutai sebelumnya?" tanya Tobi.Steven tercengang. Dia tidak tahu karena biasanya dia lebih suka minum anggur merah. Jadi, bagaimana dia bisa paham hal beginian?"Moutai bintang lima!"Ayahnya Shinta sepertin
Ayahnya Shinta mulanya berpikir untuk menyembunyikan harga asli dari anggur itu. Namun siapa sangka, Tobi mengetahui harga anggur itu. Dia pun hanya bisa berkata, "Benar. Di lelang Jatra dulu, anggur ini terjual lebih dari empat miliar per botol!"Apa? Empat miliar lebih?Tidak mungkin. Tidak mungkin sama sekali!Steven tidak percaya Tobi, pria miskin, ini bisa mendapatkan anggur sebagus itu. Dia segera berkata, "Nggak mungkin. Ini pasti anggur palsu!"Begitu kata-kata ini dilontarkan, ibunya Shinta dan Brian juga punya pemikiran yang sama. Mungkinkah ini anggur palsu?Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Anggur ini palsu atau nggak, Paman akan tahu setelah merasakannya, 'kan?""Oke. Aku coba dulu!"Ayahnya Shinta tidak sabar lagi. Dia sangat menyukai anggur ini. Dia segera menuangkan segelas kecil dan mulai mencicipinya dengan hati-hati.Nikmat sekali.Meski dia belum pernah minum jenis anggur ini sebelumnya, hanya berdasarkan perasaan saja, anggur ini seharusn
"Tobi, bukankah kamu bawa anggur sendiri? Ayo keluarkan. Biarlah ayahnya Shinta mencicipinya."Ayahnya Shinta membuka mulut dan bersiap untuk berbicara. Namun, saat melihat tatapan tajam istrinya, dia langsung mengurungkan niatnya.Steven tampak bangga. Ayahnya Shinta berpihak kepadanya dan keluarganya Shinta pada dasarnya mendukungnya. Jika Tobi berani bersaing dengannya, dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.Mari kita lihat saja jenis anggur seperti apa yang dibawanya.Tobi mengangguk dan langsung mengeluarkan sebotol anggur putih. Benar saja, bukan Moutai atau sejenisnya. Hanya saja, anggur itu sepertinya sudah termasuk anggur lama.Setelah melihat anggur itu, ayahnya Shinta juga terkejut.Dia menyukai anggur putih. Dia terkadang juga minum anggur putih biasa. Ditambah lagi, teman-teman juga pernah membual tentang hal itu, jadi dia tahu sedikit. Sepertinya ini adalah koleksi anggur putih yang sudah berusia 50 tahun.Anggur putih ini pernah muncul sewaktu lelang di Jatra sepu
Melihat Tobi tertegun, ibunya Shinta juga merasa kasihan. Demi putranya, tentu saja dia berharap putrinya bisa menikah dengan Steven. Namun, Tobi sama sekali tidak bersalah dalam hal ini.Dia buru-buru berkata, "Tuan Steven, kamu bercanda, 'kan? Ini hanya restoran biasa. Mana mungkin mereka punya persediaan anggur berkualitas tinggi?""Kalau begitu, kita ganti restoran lain saja. Lagian, nggak sesuai sama seleraku." Steven tampak bangga. Dia diam-diam berpikir dalam hati, 'Bocah, mau bersaing denganku? Huh! Kamu masih tertinggal jauh!'Jangankan empat miliar, menghabiskan ratusan juta untuk makan sekali saja mungkin sudah membuatnya terkejut.Namun, Tobi melirik Steven dan berkata dengan ringan, "Aku juga nggak ingin mengajakmu makan. Kalau nggak sesuai seleramu, nggak usah makan!"Selesai mengatakan itu, ekspresi wajahnya makin suram.Ayahnya Shinta buru-buru berkata, "Tobi, apa yang kamu bicarakan? Keberadaan macam apa Tuan Steven itu? Bisa mengundangnya makan juga termasuk kehormata
"Huh! Tentu saja!""Dia sekarang masih nggak tahu apa-apa, makanya dia nggak takut. Setelah mengetahui kemampuanku nanti, dia pasti akan berlutut di hadapanku!" kata Steven sambil tersenyum sinis."Benar, benar. Tuan Steven, ayo kita masuk dulu ke dalam."Sembari berbicara, ayahnya Shinta juga masih khawatir. Putrinya, Shinta, tiba-tiba punya pacar. Segalanya akan menjadi sulit sekarang.Dia takut akan membuat Tuan Steven mengamuk.Apalagi, Tobi masih tidak tahu diri dan tidak takut sedikit pun. Hal itu pasti akan lebih berbahaya lagi.Tobi hanya menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak repot-repot menjawab dan langsung masuk ke dalam lebih dulu.Melihat pemandangan ini, orang tuanya Shinta juga tidak begitu senang.Shinta buru-buru mengikuti Tobi. Dia sungguh tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya merasa kasihan pada Kak Tobi karena telah membuat pria itu menderita, apalagi tanpa alasan yang jelas.Steven juga hanya bisa mengikuti. Semua orang pun masuk ke dalam restoran. Dekorasi di