Share

Bab 15

Penulis: Anak Ketiga
Ekspresi Kakek Muhar tiba-tiba berubah. Dia paling tahu dengan sifat cucunya itu. Dia menoleh ke arah cucunya, berharap bahwa itu semuanya hanya salah paham saja.

Namun, tubuh Candra telah gemetar dan kata-kata yang dia ucapkan tampak tergagap, "Aku ... aku nggak tahu, nggak tahu kalau dia wanitanya saudara Tuan Bowo ...."

"Kamu! Berengsek!"

Saking marahnya, Kakek Muhar langsung menamparnya dengan keras.

Wajah Herman dan istrinya juga memucat. Mereka tidak mengenal Tuan Bowo, tetapi mereka pernah mendengar reputasinya. Mana mungkin mereka tidak takut?

Apapun yang terjadi, dia tidak bisa mengabaikan cucunya begitu saja.

Kakek Muhar melangkah maju, berpura-pura tenang dan berkata, "Tuan Bowo, cucuku telah bersalah, tapi itu terjadi karena dia nggak tahu. Tuan sangat murah hati, tolong maafkan dia kali ini. Jangan khawatir, kami pasti akan memberi kompensasi."

"Baik. Berikan 200 miliar, lalu kami anggap masalah ini berlalu."

Apa? 200 miliar?

Herman dan lainnya langsung panik. Aset seluruh Keluarga Lianto hanya berjumlah sekitar 2 triliun. Jika mengambil uang tunai 200 miliar di masa sulit seperti ini, aliran modal mereka pasti akan bermasalah.

"Kenapa? Kalian nggak mau? Kalau begitu, aku akan bawa Candra pergi," kata Tuan Bowo dengan nada dingin.

Ketika Candra mendengar ini, dia ketakutan dan buru-buru berlutut, "Kakek, Ayah, Ibu, selamatkan aku, selamatkan aku ...."

"Sayang, jangan takut. Ibu pasti akan menyelamatkanmu."

Yesa tampak panik dan berkata, "Ayah, tolong selamatkan Candra."

Kakek Muhar menatap tajam ke arah Yesa. Ini terjadi karena sang ibu terlalu memanjakan putranya. Jika bukan karena Yesa, cucunya nggak akan seperti sekarang ini.

Apalagi, 200 miliar bukanlah jumlah kecil. Namun, setelah menggertakkan giginya, dia pun berniat untuk menyetujuinya.

Widia tidak tahan lagi dan berkata, "Tuan Bowo, adikku memang salah, tapi apa kamu nggak terlalu berlebihan dengan meminta 200 miliar kepada kami?"

Bowo berbalik dan menatap Widia dengan mata berbinar, "Sudah lama beredar kalau putri Keluarga Lianto sangatlah cantik. Setelah bertemu hari ini, ternyata kabar itu benar. Kalian nggak memberikan 200 miliar juga nggak masalah, sih. Asalkan Nona Widia bersedia menemaniku selama tiga hari."

Begitu mendengar kata-kata itu, wajah mereka tampak kusut. Bahkan, Candra juga tidak rela kakaknya dikorbankan.

Widia melirik Tobi sejenak. Pria itu hanya berdiri mematung saja.

Dia bahkan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Widia belum pernah melihat pengecut seperti itu.

Namun, tak disangka, Tobi mulai berbicara.

"Jangan keterlaluan. Kamu pikir kamu hebat? Kalau masih berani ribut, aku akan melumpuhkanmu sekarang juga!"

Semua orang di Keluarga Lianto langsung panik.

Padahal, di saat ini, mereka seharusnya memohon pengampunan, tetapi Tobi malah mengejek dan ingin melumpuhkan lawan.

Bukankah hal ini sama dengan mendorong mereka ke jurang kematian?

Awalnya, Widia sempat marah pada Tobi karena pengecut dan tidak berani membantu. Namun, dia tidak menyangka pria itu bakal begitu ceroboh. Widia makin merasa kesal.

Apa otak pengecut ini bermasalah?

Namun, Tobi melanjutkan perkataannya, "Apa yang kalian takutkan? Bukankah Candra baru saja bilang kalau dia adalah penguasa tertinggi di Kota Tawuna dan kenal dengan banyak saudara hebat."

"Begitu dipanggil, mereka akan muncul dalam hitungan menit. Kenapa harus takut sama gangster kecil seperti ini? Candra, cepat panggil mereka, lalu habisi mereka. Kakak mendukungmu!"

Pfft!

Candra hampir memuntahkan seteguk darah segar.

'Sialan!'

'Apa kamu bodoh? Masa kamu nggak tahu kalau aku hanya membual?' pikir Candra dalam hati.

Kalau dia sehebat itu, dia tidak perlu takut seperti ini.

Widia dan yang lainnya hampir menangis. Apa karena ucapan Candra tadi, Tobi baru berani mengucapkan kata-kata kasar itu?

Dia terlalu naif.

Bab terkait

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 16

    Awalnya, Bowo sangat emosi mendengar ejekan seperti itu, tetapi saat dia berbalik dan melihat Tobi, ekspresinya tiba-tiba berubah.Dia? Bukankah pemimpin sudah berpesan untuk tidak mencari masalah dengan orang hebat ini?Dia tidak tahu identitas pria ini, tetapi tadi malam pemimpin sengaja berpesan kepada empat kepala aula, jika mereka bertemu dengan orang ini, pemimpin menyuruh mereka menghormatinya.Jika menyinggung pemimpin, mereka paling hanya akan dipukul. Namun, jika mereka berani menyinggung orang ini, bahkan dewa pun tidak bisa menolongnya."Kakek Muhar, pintu ini kenapa?"Tiba-tiba muncul dua orang dari luar. Yang satunya adalah seorang pemuda tampan. Dilihat dari pakaiannya, dia pasti anak orang kaya.Begitu Kakek Muhar melihatnya, dia baru sadar, ternyata pemuda itu adalah Joni, putra dari Keluarga Luhardi.Joni merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Luhardi dan keluarganya sangat berkuasa di Kota Tawuna. Mungkin dia punya cara untuk mengatasi masalah ini.Kakek Muhar buru-

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 17

    "Dia omong kosong? Aku lihat kamulah yang omong kosong!"Widia tidak bisa lagi menahan emosinya lagi."Padahal sudah kubilang berulang kali, jangan membual lagi. Kenapa kamu masih melakukannya? Apalagi, Tuan Joni selalu sopan dan sering membantu keluargaku. Apa kamu pikir memfitnah orang lain itu keterlaluan sekali?"Herman segera memanfaatkan kesempatan itu dan berkata, "Benar. Tobi, kami nggak menyalahkanmu nggak punya kemampuan, tapi kamu malah memfitnah penolong keluarga kami. Kalau kamu terus seperti ini, keluarlah dari Keluarga Lianto.""Sudahlah. Sebenarnya aku mengerti perasaan Saudara Tobi. Dia hanya orang desa yang tinggal di pegunungan dan nggak mengerti apa-apa. Dia pasti akan merasa iri padaku," kata Joni sambil tersenyum."Kalau nggak punya kemampuan, seharusnya kamu rendah hati. Coba pikirkan kelakuanmu tadi, apa kamu mau membunuh kami?" timpal Yesa.Tobi mengerutkan kening. Dia tahu, meski dia membela diri, hal itu juga tidak ada gunanya. Sebaliknya, dia akan makin dise

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 18

    Ketika Yesa mendengar itu, dia langsung memujinya, "Tuan Joni memang pantas jadi anak orang kaya. Sifat murah hati dan pemikirannya sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan orang biasa, apalagi pria aneh dari pegunungan itu.""Benar. Seseorang yang harus belajar dari Tuan Joni. Jangan hanya tahu omong kosong saja dan menjelek-jelekkan orang."Karena Joni banyak membantu Keluarga Lianto, Kakek Muhar juga merasa pemuda itu baik. Kakek Muhar pun berkata, "Tuan Joni memang teladan bagi semua orang. Karena Tuan Joni sudah bilang begitu, Widia, bawalah Tobi pergi ke jamuan itu."Meskipun Widia enggan, dia tetap mengangguk.Keesokan paginya, Tobi menerima foto dari Damar melalui ponselnya. Pria itu langsung tercengang. Bukankah ini gadis kecil yang dia minta Damar cari?Tak lama kemudian, Damar meneleponnya, "Tuan Tobi, apa kamu sudah lihat fotonya?""Ya. Itu gadis yang aku suruh kamu cari, kamu sudah menemukannya?" Tobi terkejut sekaligus senang. Dia tidak menyangka Damar begitu cepat mene

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 19

    Siang harinya, sekitar jam 11, Widia mengantar Tobi ke Restoran Harmoni dan mendapati Tania sedang menunggunya di sana.Ketika Tania melihat Tobi, dia langsung bertanya, "Tobi, Widia bilang kamu menginap di Vila Distrik Terra 1 tadi malam?"Tobo tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya!""Kamu kenal Pak Damar?" tanya Tania lagi.Widia tampak kebingungan. Mana mungkin Tobi kenal dengan Pak Damar? Jangan-jangan Tania percaya kalau Tobi tinggal di sana? Apa dia sudah gila?Kemudian, Tobi menjawab, "Kenal."Tania tertegun mendengarnya. "Benarkah?""Ya, dia adalah bawahanku," jawab Tobi sambil mengangguk.Mendengar ini, kedua wanita itu terdiam.Mereka sering mendengar orang membual, tetapi belum pernah bertemu dengan pembual parah seperti ini.Widia benar-benar ingin membungkam mulut Tobi.Tania berkata, "Ini salahku. Kenapa aku bisa percaya dia tinggal di Vila Distrik Terra 1?"Kini, wanita itu sangat yakin bahwa dia benar-benar salah lihat di malam itu.Tobi mengangkat bahu tak

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 20

    "Latif, bukankah kamu masih punya utang 20 miliar kepada Keluarga Lianto? Aku masih belum perhitungan sama kamu soal kemarin itu, tapi kamu berani muncul di sini?" tanya Widia dengan marah."Aku punya 20 miliar, tapi kamu harus ambil ke rumahku!""Kalau bahas soal kemarin itu, aku kesal!"Latif Candiono mendengus dingin, "Kenapa kamu cari pria lain setelah aku memberimu obat?"Widia seketika merasa malu, lalu dia berkata dengan marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!""Omong kosong? Memangnya hari itu kamu nggak cari pria lain, lalu menyelesaikannya sendiri? Hebat sekali, tapi jangan khawatir, hari ini aku nggak akan membuatmu kesulitan.""Coba kalau kamu berani!"Widia kaget sekaligus marah."Lihat saja nanti!" kata Latif sambil tertawa keras.Latif paling paham dengan wanita hebat seperti Widia. Setelah selesai, dia akan mengambil video dan foto, jadi dia tidak berani mempublikasikannya.Kalau tidak, kenapa Widia tidak lapor polisi di saat itu?Saat melihat itu, Heri merasa dia

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 21

    Semua orang di ruangan itu tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi, si pengecut itu berani angkat bicara di saat seperti ini."Ups, ada yang nggak takut mati rupanya.""Si berengsek ini, suaminya Nona Widia? Apa dia nggak sadar diri?"Latif langsung mengejeknya."Sepertinya mulutmu bau, mari kutampar!" kata Tobi ringan."Haha. Memangnya kamu .... Argh ...."Saat Latif ingin tertawa lagi, tiba-tiba pipinya dilanda rasa sakit yang sangat menusuk. Tubuhnya tampak berputar beberapa kali, lalu menabrak dinding dan terjatuh ke lantai.Dalam sekejap, semua orang tercengang!Ini hampir sama dengan pukulan Latif sebelumnya, bahkan lebih cepat.Hanya saja, yang memukul tadi menjadi orang yang dipukul sekarang.Anak buah Latif tampak terpengarah sejenak, kemudian mereka segera maju untuk mengambil tindakan.Bam, bam ....Tanpa ketegangan apa pun, keempat orang itu langsung terlempar keluar dan tak kuasa bangkit selama beberapa saat.Widia dan Tania hampir tidak percaya dengan penglihatan me

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 22

    "Baguslah kalau begitu!"Tania mengerutkan kening saat mendengarkan percakapan Tobi dan Widia. Setelah kejadian ini, hubungan mereka sepertinya makin membaik. Hal seperti ini tidak boleh terjadi.Pria yang paling cocok dengan Widia hanyalah Tuan Joni.Jadi, Tania segera berkata, "Tobi, seni bela diri itu memang bagus, tapi negara kita punya hukum, seni bela diri hanya bisa menakuti orang biasa.""Dibandingkan dengan kekuasaan, seni bela diri nggak ada gunanya!”Heri langsung bangkit kembali. Karena Widia menghentikan Latif tepat waktu, cederanya tidak serius. Dia mendukung pacarnya dan berkata, "Benar! Dalam menghadapi kekuasaan, nggak peduli apa keahlianmu, itu semua nggak berguna."Tobi terkekeh dan berkata, "Benarkah? Kalau begitu, kamu juga termasuk orang yang nggak berguna, dong. Kalau nggak, kenapa tadi kamu bisa dikalahkan oleh preman seperti itu?""Itu karena dia menyerang secara diam-diam. Kalau nggak, aku sudah ...."Heri kelihatan sangat marah hingga dia tidak bisa berbicara

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 23

    Wajah Tania langsung berubah gelap. Jelas-jelas, gaun itu dilihat oleh mereka dulu dan mereka sama sekali tidak bertengkar dengan wanita itu. Keterlaluan sekali.Wajah Heri juga terlihat gelap. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berbisik, "Tania, bagaimana kalau kamu minta maaf saja?""Apa kamu bilang? Kamu mau aku berlutut kepadanya?"Tania agak kecewa dengan Heri. Dia selalu menganggap Heri adalah pria yang baik, tetapi dia tidak menyangka nyali pacarnya akan menjadi ciut di saat kritis seperti ini."Mau bagaimana lagi? Kita nggak bisa melawannya."Tania terlihat malu. Saat ini, apa wanita itu masih berani bilang Tobi tak tahu malu?Dari tadi hingga sekarang, bukankah Tania lebih terlihat memalukan?Widia tidak sanggup melihat situasi itu lagi. Apalagi itu semua terjadi karena dia ingin membeli gaun itu, jadi Widia pun segera membujuk wanita itu, "Nona, tadi itu kami yang salah. Sebagai permintaan maaf, kami akan membayar gaun itu!"Namun, wanita itu mencibir dan berkata, "Tutup mulutmu!

Bab terbaru

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1650

    Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1649

    "Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1648

    Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1647

    Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1646

    Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1645

    Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1644

    Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1643

    Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1642

    Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status