Share

Bab 14

Penulis: Anak Ketiga
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Sudahlah. Aku masih punya urusan dan aku nggak punya waktu untuk bicara denganmu."

Tobi mendorong Herman keluar dan menutup pintu.

Herman langsung tercengang.

Ternyata dialah yang seharusnya ditertawakan.

Setelah kembali, dia memberi tahu istrinya tentang hal itu.

Saking marahnya, suami istri itu hampir merusak ranjang.

Siang harinya, Tobi berjalan ke ruang tamu dan melihat suami istri itu sedang berbicara dengan seorang pria muda.

"Ayah, Ibu, lihat saja. Bukankah dia hanya orang desa saja? Lihat bagaimana aku menghadapinya lagi. Aku yakin dia akan ketakutan setengah mati."

"Ya, Candra. Ayah dan ibu bergantung kepadamu."

"Jangan khawatir. Putramu ini penguasa tertinggi di Kota Tawuna. Menghadapi orang seperti ini hanya perlu beberapa menit saja. Aku hanya perlu menamparnya beberapa kali saja agar dia patuh. Kalau nggak, aku akan membuatnya menderita."

"Dia sudah datang," kata Yesa.

Ketika Candra mendengar itu, dia berbalik dan melihat Tobi. Kemudian, dia berdiri dan melangkah maju, "Nak, apa kamu yang terus mengganggu kakakku itu?"

Karena memiliki pendengaran yang luar biasa, Tobi telah mendengar percakapan mereka. Pria itu berkata sambil tersenyum, "Benar. Ayo, panggil aku Kakak Ipar!"

"Apa kamu bilang!"

"Kakak Ipar!"

Candra langsung mengejeknya, "Memangnya kamu pantas? Aku sarankan sebaiknya segera keluar dari Keluarga Lianto. Kalau nggak, aku akan mematahkan kakimu."

"Hanya kamu?!" Tobi tampak menghina.

"Kamu cari mati? Sepertinya kamu nggak tahu kalau aku penguasa tertinggi di Kota Tawuna. Aku punya banyak kenalan saudara hebat," kata Candra sambil menyombongkan diri.

"Terus, kenapa?" Tobi terkekeh.

Nada bicara Tobi membuat Candra merasa terhina. Lalu, dia berkata dengan marah, "Terus, kenapa? Asal aku buka mulut, banyak orang akan membunuhmu dalam hitungan menit."

Di saat itu juga, Kakek Muhar datang bersama Widia dan memarahinya, "Candra, apa yang kamu bicarakan! Tobi adalah kakak iparmu. Mulai sekarang, kamu harus menghormatinya dan nggak boleh menyerangnya."

"Kakek ...."

"Kenapa? Kamu mau membantah?" tanya Kakek Muhar dengan nada dingin.

Candra tampak tak berdaya. Dia berbalik dan memanggil Tobi dengan enggan, "Kakak Ipar!"

"Ya, bagus!" jawab Tobi sambil tersenyum.

Candra sudah hampir gila.

Widia hanya terdiam.

Di saat itu juga, terdengar keributan dari pintu gerbang. Ternyata ada sekelompok orang yang menerobos masuk ke dalam.

Semua orang tercengang sejenak.

Candra segera berbalik dan menyadari pintu mereka telah dihancurkan. Karena emosinya tadi belum sempat dilampiaskan, dia langsung berteriak, "Siapa itu? Beraninya dia mendobrak pintu keluarga kami!"

"Aku. Kenapa? Kamu nggak senang?!"

Suara yang membalas ucapan Candra itu terdengar kasar dan mendominasi.

Saat pria itu masuk, wajah Candra langsung pucat. Kata yang diucapkannya pun tergagap, "Ng ... Nggak!"

Karena dia pernah melihat pria ini dari kejauhan sebelumnya.

Bowo Cahyadi, salah satu kepala aula dari Geng Naga Hitam. Dia terkenal dengan sangat ganas.

Di belakangnya, ada sekelompok pria yang berpenampilan garang.

Kakek Muhar juga kenal dengan Bowo. Raut wajah pria tua itu agak berubah, lalu dia bertanya, "Tuan Bowo, apa Keluarga Lianto sudah menyinggungmu? Kenapa kamu begitu marah?"

"Bukan hanya menyinggung. Sepertinya, nyali kalian sangat hebat. Beraninya kalian merebut wanita saudaraku!" seru Bowo.

Wajah Kakek Muhar langsung berubah dan berkata, "Tuan Bowo, jangan bercanda. Dengan reputasimu, Keluarga Lianto mana berani menyinggungmu. Aku rasa mungkin ada kesalahpahaman di sini!"

Bowo mendengus dingin dan berkata, "Salah paham? Tanyakan cucu kesayanganmu, apa benar ada salah paham di sini?"

Bab terkait

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 15

    Ekspresi Kakek Muhar tiba-tiba berubah. Dia paling tahu dengan sifat cucunya itu. Dia menoleh ke arah cucunya, berharap bahwa itu semuanya hanya salah paham saja.Namun, tubuh Candra telah gemetar dan kata-kata yang dia ucapkan tampak tergagap, "Aku ... aku nggak tahu, nggak tahu kalau dia wanitanya saudara Tuan Bowo ....""Kamu! Berengsek!"Saking marahnya, Kakek Muhar langsung menamparnya dengan keras.Wajah Herman dan istrinya juga memucat. Mereka tidak mengenal Tuan Bowo, tetapi mereka pernah mendengar reputasinya. Mana mungkin mereka tidak takut?Apapun yang terjadi, dia tidak bisa mengabaikan cucunya begitu saja.Kakek Muhar melangkah maju, berpura-pura tenang dan berkata, "Tuan Bowo, cucuku telah bersalah, tapi itu terjadi karena dia nggak tahu. Tuan sangat murah hati, tolong maafkan dia kali ini. Jangan khawatir, kami pasti akan memberi kompensasi.""Baik. Berikan 200 miliar, lalu kami anggap masalah ini berlalu."Apa? 200 miliar?Herman dan lainnya langsung panik. Aset seluruh

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 16

    Awalnya, Bowo sangat emosi mendengar ejekan seperti itu, tetapi saat dia berbalik dan melihat Tobi, ekspresinya tiba-tiba berubah.Dia? Bukankah pemimpin sudah berpesan untuk tidak mencari masalah dengan orang hebat ini?Dia tidak tahu identitas pria ini, tetapi tadi malam pemimpin sengaja berpesan kepada empat kepala aula, jika mereka bertemu dengan orang ini, pemimpin menyuruh mereka menghormatinya.Jika menyinggung pemimpin, mereka paling hanya akan dipukul. Namun, jika mereka berani menyinggung orang ini, bahkan dewa pun tidak bisa menolongnya."Kakek Muhar, pintu ini kenapa?"Tiba-tiba muncul dua orang dari luar. Yang satunya adalah seorang pemuda tampan. Dilihat dari pakaiannya, dia pasti anak orang kaya.Begitu Kakek Muhar melihatnya, dia baru sadar, ternyata pemuda itu adalah Joni, putra dari Keluarga Luhardi.Joni merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Luhardi dan keluarganya sangat berkuasa di Kota Tawuna. Mungkin dia punya cara untuk mengatasi masalah ini.Kakek Muhar buru-

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 17

    "Dia omong kosong? Aku lihat kamulah yang omong kosong!"Widia tidak bisa lagi menahan emosinya lagi."Padahal sudah kubilang berulang kali, jangan membual lagi. Kenapa kamu masih melakukannya? Apalagi, Tuan Joni selalu sopan dan sering membantu keluargaku. Apa kamu pikir memfitnah orang lain itu keterlaluan sekali?"Herman segera memanfaatkan kesempatan itu dan berkata, "Benar. Tobi, kami nggak menyalahkanmu nggak punya kemampuan, tapi kamu malah memfitnah penolong keluarga kami. Kalau kamu terus seperti ini, keluarlah dari Keluarga Lianto.""Sudahlah. Sebenarnya aku mengerti perasaan Saudara Tobi. Dia hanya orang desa yang tinggal di pegunungan dan nggak mengerti apa-apa. Dia pasti akan merasa iri padaku," kata Joni sambil tersenyum."Kalau nggak punya kemampuan, seharusnya kamu rendah hati. Coba pikirkan kelakuanmu tadi, apa kamu mau membunuh kami?" timpal Yesa.Tobi mengerutkan kening. Dia tahu, meski dia membela diri, hal itu juga tidak ada gunanya. Sebaliknya, dia akan makin dise

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 18

    Ketika Yesa mendengar itu, dia langsung memujinya, "Tuan Joni memang pantas jadi anak orang kaya. Sifat murah hati dan pemikirannya sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan orang biasa, apalagi pria aneh dari pegunungan itu.""Benar. Seseorang yang harus belajar dari Tuan Joni. Jangan hanya tahu omong kosong saja dan menjelek-jelekkan orang."Karena Joni banyak membantu Keluarga Lianto, Kakek Muhar juga merasa pemuda itu baik. Kakek Muhar pun berkata, "Tuan Joni memang teladan bagi semua orang. Karena Tuan Joni sudah bilang begitu, Widia, bawalah Tobi pergi ke jamuan itu."Meskipun Widia enggan, dia tetap mengangguk.Keesokan paginya, Tobi menerima foto dari Damar melalui ponselnya. Pria itu langsung tercengang. Bukankah ini gadis kecil yang dia minta Damar cari?Tak lama kemudian, Damar meneleponnya, "Tuan Tobi, apa kamu sudah lihat fotonya?""Ya. Itu gadis yang aku suruh kamu cari, kamu sudah menemukannya?" Tobi terkejut sekaligus senang. Dia tidak menyangka Damar begitu cepat mene

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 19

    Siang harinya, sekitar jam 11, Widia mengantar Tobi ke Restoran Harmoni dan mendapati Tania sedang menunggunya di sana.Ketika Tania melihat Tobi, dia langsung bertanya, "Tobi, Widia bilang kamu menginap di Vila Distrik Terra 1 tadi malam?"Tobo tertegun sejenak, lalu mengangguk dan berkata, "Ya!""Kamu kenal Pak Damar?" tanya Tania lagi.Widia tampak kebingungan. Mana mungkin Tobi kenal dengan Pak Damar? Jangan-jangan Tania percaya kalau Tobi tinggal di sana? Apa dia sudah gila?Kemudian, Tobi menjawab, "Kenal."Tania tertegun mendengarnya. "Benarkah?""Ya, dia adalah bawahanku," jawab Tobi sambil mengangguk.Mendengar ini, kedua wanita itu terdiam.Mereka sering mendengar orang membual, tetapi belum pernah bertemu dengan pembual parah seperti ini.Widia benar-benar ingin membungkam mulut Tobi.Tania berkata, "Ini salahku. Kenapa aku bisa percaya dia tinggal di Vila Distrik Terra 1?"Kini, wanita itu sangat yakin bahwa dia benar-benar salah lihat di malam itu.Tobi mengangkat bahu tak

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 20

    "Latif, bukankah kamu masih punya utang 20 miliar kepada Keluarga Lianto? Aku masih belum perhitungan sama kamu soal kemarin itu, tapi kamu berani muncul di sini?" tanya Widia dengan marah."Aku punya 20 miliar, tapi kamu harus ambil ke rumahku!""Kalau bahas soal kemarin itu, aku kesal!"Latif Candiono mendengus dingin, "Kenapa kamu cari pria lain setelah aku memberimu obat?"Widia seketika merasa malu, lalu dia berkata dengan marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!""Omong kosong? Memangnya hari itu kamu nggak cari pria lain, lalu menyelesaikannya sendiri? Hebat sekali, tapi jangan khawatir, hari ini aku nggak akan membuatmu kesulitan.""Coba kalau kamu berani!"Widia kaget sekaligus marah."Lihat saja nanti!" kata Latif sambil tertawa keras.Latif paling paham dengan wanita hebat seperti Widia. Setelah selesai, dia akan mengambil video dan foto, jadi dia tidak berani mempublikasikannya.Kalau tidak, kenapa Widia tidak lapor polisi di saat itu?Saat melihat itu, Heri merasa dia

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 21

    Semua orang di ruangan itu tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi, si pengecut itu berani angkat bicara di saat seperti ini."Ups, ada yang nggak takut mati rupanya.""Si berengsek ini, suaminya Nona Widia? Apa dia nggak sadar diri?"Latif langsung mengejeknya."Sepertinya mulutmu bau, mari kutampar!" kata Tobi ringan."Haha. Memangnya kamu .... Argh ...."Saat Latif ingin tertawa lagi, tiba-tiba pipinya dilanda rasa sakit yang sangat menusuk. Tubuhnya tampak berputar beberapa kali, lalu menabrak dinding dan terjatuh ke lantai.Dalam sekejap, semua orang tercengang!Ini hampir sama dengan pukulan Latif sebelumnya, bahkan lebih cepat.Hanya saja, yang memukul tadi menjadi orang yang dipukul sekarang.Anak buah Latif tampak terpengarah sejenak, kemudian mereka segera maju untuk mengambil tindakan.Bam, bam ....Tanpa ketegangan apa pun, keempat orang itu langsung terlempar keluar dan tak kuasa bangkit selama beberapa saat.Widia dan Tania hampir tidak percaya dengan penglihatan me

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 22

    "Baguslah kalau begitu!"Tania mengerutkan kening saat mendengarkan percakapan Tobi dan Widia. Setelah kejadian ini, hubungan mereka sepertinya makin membaik. Hal seperti ini tidak boleh terjadi.Pria yang paling cocok dengan Widia hanyalah Tuan Joni.Jadi, Tania segera berkata, "Tobi, seni bela diri itu memang bagus, tapi negara kita punya hukum, seni bela diri hanya bisa menakuti orang biasa.""Dibandingkan dengan kekuasaan, seni bela diri nggak ada gunanya!”Heri langsung bangkit kembali. Karena Widia menghentikan Latif tepat waktu, cederanya tidak serius. Dia mendukung pacarnya dan berkata, "Benar! Dalam menghadapi kekuasaan, nggak peduli apa keahlianmu, itu semua nggak berguna."Tobi terkekeh dan berkata, "Benarkah? Kalau begitu, kamu juga termasuk orang yang nggak berguna, dong. Kalau nggak, kenapa tadi kamu bisa dikalahkan oleh preman seperti itu?""Itu karena dia menyerang secara diam-diam. Kalau nggak, aku sudah ...."Heri kelihatan sangat marah hingga dia tidak bisa berbicara

Bab terbaru

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1410

    Tobi tampak murah hati. Terutama kepada orangnya sendiri. Dia selalu memperlakukan mereka dengan baik.Bos Zafran tertegun. Ada kilatan keterkejutan di wajahnya. Dia kemudian berkata dengan penuh semangat, "Anggur tahun 1945? Itu anggur merah terbaik. Bahkan, nggak terbeli lagi sekarang. Waktu lelang dulu terjual dengan harga enam miliar lebih."Saat mendengar percakapan mereka, Steven tampak terpana.Dia suka minum anggur merah, jadi dia pernah mendengar tentang hal ini. Hanya saja, dia masih tidak percaya.Saat teringat dengan anggur yang dikeluarkan Tobi dan anggur merah tadi, dia kini merasa Tobi kemungkinan berasal dari keluarga kaya. Mungkin hanya ayahnya yang bisa menghadapinyaShinta dan keluarganya juga tercengang. Tak disangka, Tobi punya anggur merah senilai miliaran.Ini berarti Tobi sangat kaya. Meski anggur-anggur itu pemberian dari orang lain, dia juga harus punya status tinggi. Jika tidak, mana mungkin orang akan memberinya secara cuma-cuma?Umumnya, ayahnya Shinta dan

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1409

    Bos Zafran mengira dia salah mengenali orang. Hanya saja, berdasarkan ingatannya, apalagi pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan dalam, jadi dia tidak mungkin salah.Apalagi, pelayan berdiri mematung di sana. Yang memberinya kesempatan untuk melihat dengan jelas dan memastikan dengan cepat.Benar. Itu adalah Raja Naga!Ada kegembiraan di wajahnya. Bagi anggota Sekte Naga, Raja Naga adalah eksistensi yang sangat hebat.Tobi memperhatikan pelayan itu dan berkata dengan tenang, "Letakkan makanannya. Jangan panggil polisi. Kalau kamu ingin melaporkan masalah ini, beri tahu bosmu saja.""Baik!"Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan ruangan itu dengan hati-hati.Lantaran bosnya sudah memberitahunya bahwa orang yang memesan ruang VIP ini punya latar belakang yang hebat dan harus dilayani dengan baik. Setelah mendengar itu, dia tentu tidak berani sembarangan lagi.Terutama karena restoran ini milik Grup Toranda. Bisa dikatakan, Tobi juga termasuk pewaris Grup Toranda.Bos Zafran mengik

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1408

    Lagi pula, kondisi Steven sekarang sudah sangat menyedihkan. Jika dia masih berani menyerangnya, Tobi pasti akan berakhir celaka nantinya.Jadi, Steven langsung memperlihatkan ekspresi marah dan berkata dengan bangga, "Jangan bermimpi. Aku nggak mungkin meminta pengampunan dari orang sepertimu.""Bagus. Kalau begitu, aku akan lumpuhkan satu tanganmu." Tobi terlihat tenang dan menggerakkan kakinya dengan ringan, menghadap salah satu tangan Steven.Kemudian, mengerahkan kekuatannya.Tanpa ada keraguan sedikit pun.Argh!Steven kembali mengeluarkan lengkingan tajam yang menyakitkan."Jangan!"Ayahnya Shinta cemas dan buru-buru berkata kepada putrinya, "Shinta, mengapa kamu masih berdiri di sana? Cepat nasihati Tobi dan suruh dia berhenti!"Shinta teringat dengan kesombongan dan penghinaan Steven terhadap Kak Tobi barusan. Bukan saja tidak menuruti perkataan ayahnya, dia juga berkata dengan dingin, "Dia sendiri yang cari mati. Mengapa aku harus menasihati Kak Tobi?""Kamu, kamu bodoh!""Pu

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1407

    "Aku nggak percaya.""Pecundang sepertimu masih belum punya kemampuan sehebat itu.""Bagaimana kalau kamu mencobanya?" Tobi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya. Si bodoh ini masih tidak berlagak di sini. Sepertinya dia harus melakukan kekerasan kali ini."Oke. Kamu sendiri yang cari mati."Demi pamer, Steven sempat mencari beberapa ahli seni bela diri dan mempelajari beberapa trik. Hanya saja, dia malas dan tidak tahan lelah, apalagi tidak ada kultivator hebat yang mengajarinya.Dia hanya berhasil belajar sedikit ilmu bela diri. Bisa dikatakan, kekuatannya jelas lebih baik dibandingkan orang biasa. Setidaknya, dia bisa mengalahkan dua orang awam."Majulah ke depan, satu lawan satu. Kecuali kamu berlutut dan memohon pengampunan, kalau nggak, jangan harap ada yang bisa menghentikan pertarungan ini," kata Steven dengan sombong."Oke!"Tobi pun maju ke depan.Ayahnya Shinta dan yang lainnya ragu-ragu sejenak. Ya sudah, karena Tobi sendiri yang cari masalah, mereka juga tidak bis

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1406

    "...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1405

    Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1404

    Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1403

    Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1402

    "Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh

DMCA.com Protection Status