Nyonya Tamara langsung menjerit. Dia tertegun selama beberapa saat. Selama ini, mana ada orang yang berani macam-macam di hadapannya, tetapi dia malah ditampar di depan umum hari ini.Mana mungkin dia terima diperlakukan seperti itu? Begitu terhenyak, dia bergegas bangkit dan berkata dengan marah, "Kamu berani menamparku? Lancang sekali! Akan kubunuh kamu!"Tobi tampak acuh tak acuh. Dia menatap Nyonya Tamara yang bersiap menyerangnya, lalu mengangkat tangan kanannya. Hanya saja, kali ini dia menggunakan punggung tangannya untuk menampar wanita itu.Nyonya Tamara yang baru saja bersusah payah bangkit itu terpental kembali ke tempat semula.Kali ini, tamparan Tobi tepat mengenai pipi Tamara yang sebelahnya lagi. Bahkan, tenaganya jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya. Akibatnya, wajah Nyonya Tamara langsung bengkak.Nyonya Tamara mengeram kesakitan. "Nak, kamu pasti mati kali ini. Aku nggak akan membiarkanmu lolos begitu saja!"Tobi tersenyum tipis, lalu memasang ekspresi dingin sambi
Begitu mendengar ancaman Tobi, tidak ada satu pun dari mereka yang berani bergerak lagi. Nyonya Tamara sendiri sudah ketakutan, apalagi Tobi kini tengah mendekatinya.Dia buru-buru berkata, "Berhenti di situ! Kamu yakin mau membunuh orang di depan umum?""Kenapa nggak? Kamu kira hanya Keluarga Bustan satu-satunya yang punya kemampuan seperti itu?" ucap Tobi sambil maju ke depan. Dia langsung menginjak telapak tangan kanan Nyonya Tamara.Argh!Nyonya Tamara menjerit kesakitan. Sayangnya, Tobi tidak berniat untuk melepaskannya. Dia menginjak kelima jarinya dengan kuat hingga membuat Tamara tersiksa. "Lepaskan aku, lepaskan aku!""Kumohon, lepaskan aku!"Sakit yang dia rasakan luar biasa!Saat ini, Tamara tidak lagi angkuh dan mendominasi seperti sebelumnya. Hanya rasa sakit dan ketakutan yang terlihat di wajahnya."Ini baru saja dimulai, kamu sudah memohon padaku?" ucap Tobi dengan nada sinis. Padahal, masih ada banyak metode penyiksaan yang belum dia gunakan.Nyonya Tamara makin ketakut
"Jangan, kumohon tolong ubah persyaratannya. Masa kamu suruh aku bersujud kepada mereka? Mau taruh di mana dengan harga diriku?""Kamu sudah kehilangan harga dirimu saat kamu menampar mereka barusan. Masih ada empat puluh lima detik lagi," ucap Tobi dengan dingin.Waktu berlalu begitu saja. Nyonya Tamara mulai berkeringat dingin."Lima, empat, tiga, dua ....""Maaf, aku sudah bersalah!"Nyonya Tamara tidak sanggup menahan rasa sakit dan ketakutan, jadi dia segera merangkak dan berlutut tepat di depan tiga wanita itu.Melihat Tamara merangkak seperti ini, Fiona juga terkejut.Semua orang yang menyaksikan adegan ini dari luar juga tercengang. Tidak ada yang menyangka Nyonya Tamara benar-benar akan berlutut. Apa dia begitu takut kepada pemuda itu?Apa pemuda ini sungguh berani membunuh orang di hadapan begitu banyak orang?Namun, hal itu wajar saja karena mereka bukanlah Nyonya Tamara. Mereka tidak merasakan betapa mengerikan kekuatan yang dikerahkan Tobi barusan. Itu sebabnya, mereka bis
Perkataan Tobi seketika membuat Prita merasa malu.Semua orang diam-diam tersenyum pahit. Kenapa rasanya adegan ini terlihat agak aneh?Nyonya Tamara bahkan telah melupakan rasa sakitnya saat ini. Dia merasa seluruh tubuhnya sudah mati rasa.Hari ini, dia bukan hanya mengalami sakit fisik yang belum pernah dia alami sebelumnya, tetapi dia juga kehilangan harga dirinya.Bahkan, harganya dirinya kali ini nyaris diinjak-injak.Tobi mengabaikan Nyonya Tamara dan berkata dengan tenang, "Yang baru saja memukul orang, cepat maju ke depan!"Begitu kata-kata itu dilontarkan, wajah pengawal-pengawal yang barusan ikut memukul Fiona dan lainnya langsung berubah pucat.Mereka masih tergeletak di lantai. Bahkan, ada yang pura-pura pingsan. Mereka sangat ketakutan dan mulai khawatir Tobi akan menghukum mereka.Mulanya mereka mengira sudah tidak ada masalah lagi, tetapi siapa sangka, pada akhirnya mereka tidak bisa kabur dari masalah ini juga.Tobi melihat sekeliling dan berbicara dengan dingin, "Jang
Lagi pula, pria itu hanyalah seorang pengawal. Meskipun dia kejam, dia juga tidak perlu menghabisi nyawanya.Namun, adegan ini telah membuat pengawal yang satunya lagi, yang masih berpura-pura pingsan itu ketakutan setengah mati.Kali ini, tanpa menunggu Tobi berbicara, dia segera melompat keluar dan berkata dengan panik, "Maafkan kelakuanku barusan. Aku akan akui kesalahanku sendiri. Aku akan maju ke depan.""Sudah terlambat!""Patahkan sendiri salah satu kakimu," ucap Tobi dengan datar."Baik, baik!"Tanpa ragu-ragu sedikit pun, pengawal itu langsung mengambil tongkat dan memukul kakinya dengan kuat. Sebenarnya dia tidak berani, tetapi begitu teringat dengan kondisi rekan lainnya yang memilukan, dia tidak peduli dengan begitu banyak lagi.Nyonya Tamara yang melihat adegan ini juga terlihat marah dan kesal. Dia merasa Tobi terlalu angkuh dan semena-mena. Namun, dia tahu sekarang bukan waktu yang tepat untuk melawan pemuda itu.Jika tidak, dia hanya akan mencelakai dirinya sendiri.Kar
Paginya, Tobi Yudistira terbangun.Merasakan sesuatu yang lembut di telapak tangannya, pria itu tidak kuasa meremasnya beberapa kali. Rasanya kenyal sekali.Ketika pria itu memalingkan wajahnya ke samping, terlihat seorang wanita cantik. Kulit wanita itu sangat halus dan lembut."Argh ...."Merasa seperti ada sesuatu yang mencubitnya, Widia Lianto langsung terbangun. Saat mendapati dirinya telanjang, dia berteriak dan mendorong pria itu menjauh.Wanita itu segera menarik selimut dengan satu tangannya dan melempar bantal dengan tangan yang satunya lagi."Dasar berengsek! Bajingan! Apa yang kamu lakukan kepadaku!""Sepertinya sudah kulakukan semuanya.""Kurang ajar! Dasar nggak tahu malu!" umpat Widia dengan geram sekaligus malu.Tobi merasa bersalah dan berkata, "Jangan bicara seperti itu. Lagian, tadi malam kamu yang berinisiatif duluan.""Ngawur, jelas-jelas ...."Widia ingin membantah, tetapi tidak jadi karena kejadian tadi malam tiba-tiba melintas di benaknya.Akibat menagih utang t
"Ini adalah kartu hitam Lawana, di dalamnya ada 2 triliun. Kamu bisa belanja di toko milik Serikat Dagang Lawana di Kota Tawuna ini.""Oh ya, karena baru sampai di sini, mungkin Anda masih belum punya tempat tinggal. Ini kunci vila di Distrik Terra 1. Mohon diterima."Mata Tobi seakan bisa melihat semua dengan jelas, lalu dia bertanya, "Murah hati sekali. Katakan, apa yang terjadi?""Raja Naga memang bijaksana. Putriku, Jessi, sekujur tubuhnya sering menggigil dalam enam bulan terakhir ini. Kami sudah mengunjungi banyak dokter terkenal, tapi nggak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Damar."Nggak apa-apa. Hanya masalah kecil. Kalau ada waktu, besok aku akan mengobatinya.""Syukurlah! Terima kasih, Raja Naga!" kata Damar. Dia telah mencari tahu masalah ini begitu lama dan akhirnya menemukan sebuah rahasia besar.Ternyata Raja Naga yang masih muda itu adalah Dewa Medis yang telah dia cari-cari selama ini. Dia benar-benar Dewa Medis yang misterius.Tidak bisa dipercaya. Siapa yang mengir
"Tobi, sejak menerima telepon dari dokter tua itu, aku sudah menunggumu. Akhirnya, hari ini kamu datang juga. Kenapa kamu berdiri di depan pintu?"Setelah Kakek Muhar tahu Tobi datang, dia telah menunggunya sejak tadi. Karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul, kakek itu pun berjalan keluar untuk menemuinya.Ketika Tobi melihatnya, dia langsung tersenyum dan menyapanya, "Kakek Muhar!"Begitu Kakek Muhar melihat cucunya berada di samping Tobi, dia langsung bertanya dengan penasaran, "Kalian saling kenal?"Widia tiba-tiba merasa canggung."Kami bertemu tadi pagi," ujar Tobi sambil mengatasi kecanggungan itu."Kebetulan sekali. Kalian memang berjodoh. Oh ya, hari ini juga hari yang baik untuk menikah. Setelah makan siang, kalian pergi ke kantor sipil untuk membuat akta nikah saja," seru Kakek Muhar sambil tertawa. Senior Dewa Medis memiliki keterampilan medis yang hebat, muridnya pasti juga sama.Tobi tertegun sejenak. Pria itu baru menyadari wanita cantik ini adalah Widia Lianto, tunangan