"Arogan sekali!" gumam Widia, tetapi hatinya senang sekali.Apalagi, saat melihat hidangan lezat yang ditaruh di hadapannya. Semuanya disajikan di atas piring dan tampak begitu menggugah selera. Tidak seperti makanan pesan antar yang biasanya dibungkus dalam kotak.Selain itu, semuanya makanan favoritnya. Menyadari hal itu, Widia makin bahagia.Clara yang berada di samping pun menimpali, "Bu Widia, Tuan Tobi begitu perhatian sama kamu.""Istri sendiri tentu harus disayang," kata Tobi sambil tersenyum."Cih!"Wajah Widia memerah. Dia kemudian berkata, "Clara, kamu juga duduk dan makan bersama.""Jangan. Tuan Tobi membelikan ini semua khusus untukmu." Clara langsung menggelengkan kepalanya."Nggak apa-apa. Lagian ada banyak. Kami berdua juga nggak bisa habisin""Lebih baik nggak, deh. Hidangan ini kelihatannya mahal sekali.""Mahal juga buat dimakan, 'kan? Duduklah dan makan bersama kami." Akhirnya, Tobi angkat bicara juga.Setelah mendengar perkataan Tobi, Clara baru berani duduk. Melih
Menyadari ekspresi Widia yang terlihat aneh, Clara tertegun sejenak. Ada sesuatu yang tidak dia pahami. Bukankah kebenaran telah terungkap? Seharusnya ini hal yang patut mereka rayakan, 'kan?Namun, dilihat tampang Widia sekarang, sepertinya dia tidak senang sama sekali.Clara menundukkan kepalanya dan membaca pengumuman itu lebih lanjut lagi. Saat melihat nama Yesa, barulah dia mengerti alasannya.Tak disangka, pelakunya adalah ibunya Widia."Kamu keluar dulu."Tobi melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada Clara agar meninggalkan ruangan itu.Clara mengangguk. Dia diam-diam menyesali perbuatannya.Mungkin dia tidak seharusnya begitu impulsif dan memberi tahu Bu Widia kenyataan ini.Setelah Clara pergi, Tobi baru berjalan mendekati Widia dan mmemeluknya dengan lembut. "Widia!"Mata Widia tampak berkaca-kaca. Dia benar-benar sedih kali ini. Dia sulit menerima kenyataan itu. Dia bergumam, "Tobi, kamu sudah tahu hal ini, 'kan?"Widia teringat saat Clara mengatakan kabar ini barusan,
Yesa diam-diam merasa bangga. Meski dirinya tidak bisa menangani Tobi, dia masih tahu cara mengendalikan putrinya. "Begini, penjualan Kosmetik Botanika sangat tinggi akhir-akhir ini, tapi salah satu formulanya ada di tangan Tobi.""Memang benar cara ini sangat bagus dan bisa menghindari produk kita ditiru. Sebelumnya mungkin nggak ada masalah, karena kalian masih berada di perusahaan. Tapi sekarang setelah kalian pergi, ini agak merepotkan.""Bisakah kamu minta Tobi memberikan formula kosmetiknya kepada perusahaan?"Yesa memang licik. Dia sengaja menekankan kata 'perusahaan' di sini, bukan untuk dirinya. Yang berarti dia melakukan semua ini demi perusahaan dan juga Keluarga Lianto.Begitu mendengar itu, Widia merasa aneh. Bukankah ibunya mau minta maaf kepadanya? Kenapa malah mengatakan hal ini? Dia pun bertanya, "Bu, selain ini, apa kamu nggak punya hal lain yang perlu dijelaskan kepadaku?"Yesa tidak senang mendengar jawaban itu. Apa maksud perkataan putrinya? Apa dia sedang mengubah
Yesa telah bertekad bulat. Asalkan tidak mengakui perbuatannya, dia pasti bisa lolos dari masalah ini. Sekalipun hasil penyelidikan sudah keluar, dia masih bisa berkelit, 'kan?Begitu mendengar penjelasan ibunya yang terdengar masuk akal, Widia mulai curiga. Dari awal, dia beranggapan bahwa itu bukan ulah ibunya, karena sangat tidak masuk akal dan tidak beralasan.Hal ini membuat Widia tidak tahu harus bagaimana menanggapinya.Tobi sama sekali tidak memercayai perkataan Yesa. "Bibi, aku akan beri kamu satu kesempatan terakhir. Asalkan kamu menjelaskan masalah ini dan mengatakan alasan kamu mencelakai Widia, aku akan beri formula kosmetik kepadamu!""Sungguh bukan aku yang melakukannya!""Tobi, kamu sudah salah paham kepadaku!"Nada bicara Yesa mendadak berubah sedih. "Aku tahu kamu salah paham karena perlakuanku sebelumnya. Tapi aku juga melakukan semua itu demi Widia. Aku hanya ingin dia menikah dengan keluarga yang baik.""Tapi sekarang Bibi tahu kamu sangat baik. Widia pasti akan ba
Apalagi, ke depannya masih ada tindakan selanjutnya lagi."Kenapa kamu bilang begitu? Ibuku memang sombong dan egois. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi masalah ini sama sekali nggak memberinya keuntungan apa pun dan kedengarannya nggak masuk akal kali."Widia masih terus membantah. Dia percaya dengan Tobi, tetapi dia kesulitan menerima kenyataan ini."Mungkin juga, tapi kamu akan segera mengetahui kebenarannya. Mempublikasikan masalah ini hanya langkah pertama. Selanjutnya, ibumu akan diselidiki dan kemungkinan besar akan dijatuhi hukuman penjara.""Apa!"Widia terkejut. Kemudian bertanya dengan cemas, "Mengapa sampai masuk penjara? Ini ....""Jangan khawatir!"Tobi buru-buru menghiburnya. "Kasus seperti ini biasanya akan diberi hukuman penjara, tapi kalau ibumu memperoleh pengampunan dari korban dan memberikan kompensasi yang sesuai, dia mungkin akan baik-baik saja.""Maksudmu, asalkan aku memaafkan, ibuku akan baik-baik saja?""Ya, aku sudah mencari tahu. Karena ini pertama
Otak Damar berputar cepat dan langsung bisa menebak dengan tepat.Jika Raja Naga benar-benar ingin mereka terus mendukung Keluarga Lianto, dia hanya perlu menyuruh mereka lanjut saja. Namun, kenyataannya dia malah hanya menjawab dengan kata "terserah" saja.Terlihat jelas, dia tidak ingin mereka lanjut melakukan hal itu.Namun, mengingat hubungan Raja Naga dengan Widia, jelas tidak leluasa baginya untuk mengatakan hal ini secara langsung. Itu sebabnya, dia hanya bisa menjawab dengan cara halus seperti ini.Bahkan, Raja Naga mungkin berharap mereka bisa menekan Grup Lianto.Namun, ini semua hanya tebakan Damar belaka. Sebelum memastikannya, dia juga tidak berani melakukannya. Bagaimanapun juga, Widia dan ibunya masih termasuk satu keluarga. Andai mereka berdamai dan tidak ingin Damar melakukan hal itu, bukankah dia yang bernasib sial nantinya?Hanya saja, apa pun yang terjadi, ada bagusnya mereka tidak memberi bantuan dalam masalah ini.Memikirkan semua ini, Damar segera memberi tahu re
Hal ini sempat membuat Widia ragu. Apa dia harus memberikan formula kepada ibunya?Tobi memang telah menyerahkan masalah formula kepada Widia. Wanita itu boleh mengambil keputusan sendiri. Namun, Widia sebenarnya memahami apa yang dipikirkan Tobi. Pria itu berharap dirinya tidak memberikan formula itu sekarang.Tobi lebih ingin dia menunggu sampai kebenaran terungkap.Melihat Widia masih terdiam dan sepertinya enggan, Yesa kembali melanjutkan. "Selain itu, Widia, kamu harusnya pikirkan baik-baik dan lebih perhatikan Keluarga Lianto lagi.""Bu, apa maksudmu?""Bukan apa-apa. Hanya tebakan kecil saja. Kita bilang Tobi saja. Dia memang sangat kuat dan punya pengaruh besar.""Tapi, formula kosmetik ada di tangannya sekarang dan dia enggan melepaskannya. Aku rasa dia sengaja melakukannya. Mungkin dia ingin mengekangmu.""Ini juga karena kamu nggak berada di perusahaan lagi sekarang. Kalau nggak, sekalipun kamu masih di perusahaan, dia juga nggak akan melepaskan formula itu begitu saja."Beg
Tanpa perlu menunggu lama, polisi kini sudah sampai di depan ruangan Yesa. Setelah mengetuk pintu dan masuk, mereka langsung menunjukkan identitas dan berkata, "Yesa Laksono, kamu dicurigai ...."Begitu mendengar apa yang dikatakan polisi, wajah Yesa berubah pucat. Tubuhnya juga gemetar.Ba ... bagaimana bisa begini?Mungkinkah putrinya menggugatnya dan meminta polisi menangkapnya?Kenapa putrinya bisa begitu kejam dan tidak tahu balas budi? Bisa-bisanya dia memperlakukan ibunya sendiri seperti ini?Saat ini, Yesa benar-benar panik. Tubuhnya terus gemetar tanpa henti.Jelas sekali, Yesa masih belum memahami jelas situasi yang dihadapinya. Dia bahkan belum pernah menjumpai kejadian seperti ini sebelumnya. Namun, hal itu wajar saja. Ini juga pertama kalinya operasi semacam itu diluncurkan sepenuhnya.Meski tidak diborgol, dibawa pergi di depan umum seperti ini tetap saja menimbulkan diskusi hangat dalam perusahaan. Tak butuh waktu lama, semua orang telah memahami alasannya.Pelaku yang m