Share

Bab 1179

"Kenapa? Nggak enak?" Ekspresi aneh Widia membuat Tobi tertegun sejenak. Jangan-jangan keterampilan memasaknya telah menurun?

Namun, tidak sampai harus membuatnya menangis, 'kan?

"Bukan!"

"Enak! Enak sekali!" jawab Widia dengan cepat.

Tobi tidak tahu harus bagaimana menanggapinya. Dia kemudian berkata tak berdaya, "Kalau enak, pelan-pelan makan. Aku kira rasanya nggak enak makanya kamu sampai nangis."

Mendengar itu, Widia tidak kuasa menahan tawa dan berkata, "Jangan buat aku tertawa. Aku hampir tersedak."

Senyuman Widia begitu memesona. Mendadak membuat seluruh ruangan menjadi indah, bagaikan bunga-bunga yang bermekaran. Seketika membuat Tobi termenung.

"Apa yang kamu lamunkan?"

"Aku lagi lihat kamu."

"Bohong."

Wajah Widia memerah. Dia kembali melahap mi dan bertanya, "Kamu sering masak mi?"

"Nggak terlalu sering. Aku masih bisa yang lainnya."

"Kamu masih bisa yang lain?"

"Ya, aku tahu banyak hal. Aku bisa balapan mobil, kaligrafi, dan meramal peruntungan."

"Sungguh? Kok kamu tahu beg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status