"Cinta pertama bagi seorang anak perempuan adalah sang ayah. Tapi, tak sedikit anak perempuan yang merasakan patah hati pertama kalinya dari sang ayah."
|Ratu Nandilandri|
šµšµšµ
Tidak biasanya Ratu membaca satu persatu komentar di bawah postingannya, karena menurutnya terlalu pusing jika untuk melayani dari beberapa netizen. Masih beruntung jika semua komentar tersebut mengandung kalimat yang positif merupakan semangat untuk Ratu agar lebih kreatif dalam membuat sebuah konten.
Bagaimana jika ada beberapa komentar yang membuat semangatnya turun drastis? Karena komentar dari penggemar bisa mempengaruhi mood sang seleb.
Ada beberapa kalimat yang membuatnya tersenyum bahkan tertawa, ada pula yang menyombongkan dirinya lebih baik, dan ada yang lebih parah lagi.
Ratu mendapatkan komentar pedas dari netizen jahat yang membuat hatinya sakit.
"Idih sok cantik banget sih. Makeupnya udah kayak tante mau ngedate sama om-om bau tanah." Nama akun Rjaleandraa_ yang mengatakan hal itu.
Kalimat tersebut mungkin tidak dikatakan jahat jika kalian tidak mempunyai perasaan. Ratu sendiri menangis karena mendapatkan perkataan yang menurutnya tidak pantas untuk dipublikasikan. Perkataan seperti itu akan ada sebagian orang yang tidak menyukainya senang karena reputasinya akan turun.
"Nih orang maunya apa sih? Dasar netizen!"
Ratu tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, meski pun dia sudah mendapatkan banyak komentaran pedas, tapi baru kali ini dia merasa down.
"Apa iya hasil make-up gue terlalu menor?" Ratu terus saja berpikir takut ada kesalahan dengan apa yang diperbuatnya.
Tak mau memikirkan hal yang tidak penting, lagi pula hanya satu netizen yang berkomentar seperti itu. Ratu memutuskan untuk kembali membuat konten. Dia janji akan belajar lagi, karena selama ini Ratu belajar make-up hanya lewat online.
Niatnya hari ini Ratu mau siaran langsung saja di akun instagramnya. Tapi, pastinya ngobrol sambil tutorial makeup.
Baru saja gadis berwajah mungil itu mencoba menekan tombol siaran langsung, secepat itu pula beberapa orang bergabung dan menyapanya dengan melambaikan tangannya.
Ratu tersenyum ke arah layar laptop, dia juga mulai memoleskan skincare yang disesuaikan dengan jenis kulitnya.
"Halo, dedek emesh." Sebuah komentar dari pemilik akun instagram Rjaleandraa_ membuat Ratu teringat dengan komentar pedas di videonya beberapa minggu lalu.
Tetapi gadis berusia 18 tahun itu mencoba untuk melupakannya. Lagipula mungkin orang itu hanya iseng dengan kegabutannya atau ingin naik popularitas secara Ratu sudah memiliki banyak followers. Toh, selagi tidak mengganggu hidup nyata Ratu tak ingin mempersalahkannya panjang lebar.
Hampir setengah jam Ratu melakukan siaran langsung, tidak sedikit yang bergabung dan hal itu membuatnya puas dengan pencapaiannya selama dua tahun ke belakang menjadi seorang beauty vlogger.
Satu DM masuk ke notifikasinya, pemilik akun Rjalendraa_ mengirimkan pesan untuknya.
"Apaan lagi sih? Enggak ada kerjaan kayaknya tuh orang."
Meski pun masih ada rasa kesal, tapi Ratu penasaran dengan isi pesannya. Akhirnya dia membuka pesan tersebut.
Rjaleandraa_ : Salken. Follback ya?
Follback? Masa iya Ratu harus menuruti kemauan sang netizen yang sudah membuatnya kesal.
Pemilik akun tersebut kembali memberikan pesan. Kali ini, pesan tersebut dikirim secara beruntun olehnya.
Rjaleandraa_ : Enggak ada niatan buat labrak gue gitu?
Kalimat kali ini membuat Ratu penasaran. Tidak berpikir lama, gadis itu cepat membalasnya.
Rtunandlri : Ngapain gue labrak lo coba? Kayak gada kerjaan aja."
Dengan cepat pula pemilik akun dengan nama yang tertera di atas kembali membalas.
Rjaleandraa_: Kalau gitu, gue labrak lo gimana?"
Hah? Labrak? Ratu enggak habis pikir sama cowok yang satu ini. Udah tahu dia yang salah, kenapa jadi ngerasa dia yang merasa terdzolimi.
"Ini cowok gila kali ya?" Pikir Ratu dalam hati.
Tak mau memperpanjang obrolan pesan, Ratu melempar kesal handphonenya ke atas kasur.
***
"Ratuuuuuuu ...," suara erangan yang berasal dari seorang wanita paruh baya sedari tadi memanggil nama putrinya.
Dokter yakin jika wanita bertubuh lemah itu hanya merindukan sosok kehadiran putrinya, tapi entah mengapa nama sang putri yang selalu dipanggilnya tak pernah lagi berkunjung setelah sekian lamanya.
Sambungan telepon pun selalu dia putuskan.
"Ratuuuuu ...," panggilnya dengan geram.
"Putri ibu barangkali sedang sibuk," ucap salah satu suster yang hari ini bertugas merawat Laura.
"Saya mau bertemu dia!"
Laura mencengkram lengan suster tersebut dengan sekeras-kerasnya. Akan tetapi, suster itu berhasil melepaskan cengkraman dengan sekuat tenaga. Cepat, dia menusukkan obat penenang di area lengannya. Dalam sekejap, tubuh sang pasien melemah.
Laura kembali tertidur pulas karena reaksi obat. Suster yang bernama Ika pun tenang karena terbebas dari cengkraman pasiennya yang sangat kuat tenaganya melebihi pasien lain.
***
Beberapa tumpuk bingkai foto kembali dikenang Ratu setelah sekian lama tak lagi ia lihat. Gambarnya sudah usang, tapi masih dapat dilihatnya dengan jelas.
Gadis berambut panjang itu terduduk di bawah lantai berdebu karena jarang sekali dibersihkan, bahkan ruangan tersebut tidak ditinggali. Bisa dikatakan Ratu sedang berada di gudang, tempatnya penyimpanan barang yang sudah tidak terpakai lagi.
"Gue hanya untuk gue sendiri. Mereka untuk mereka sendiri," ucapnya lirih. Kedua matanya masih terpaku pada salah satu bingkai yang terbuat dari kayu. Gambar dirinya, ayah dan sang ibu yang terlukis di sana.
Ratu mengelus foto tersebut dengan lembut, tapi dalam sekejap dia melemparnya sampai kaca bingkai tersebut pecah.
"Aku benci! Tuhan ... kenapa harus aku?" teriak Ratu.
"Kenapa harus aku? Apa aku tidak berhak mendapatkan bahagia?" Ratu kembali mencurahkan segala kalimat yang selama ini menjadi beban bagi hidupnya.
Kedua tangannya memegang kepalanya, lalu dia menggelengkan kepalanya.
"Gue benci ayah!"
***
Putri merengek minta dibelikan skincare oleh sang kakak. Jika saja ia tidak dibelikan apa pun, maka seumur hidupnya tidak akan pernah menganggap lelaki bertubuh jangkung itu seorang kakak.
Saking Raja menyayangi sang adik dia selalu menuruti apa pun kemauan Putri. Meski Raja seringkali menyakiti hati perempuan, tapi tak akan berlaku untuk tiga bidadari dalam hatinya, yaitu sang mama, adiknya, dan jodohnya kelak entah siapa.
"Waktu bulan kemarin gue beliin emang udah abis ya?" tanya Raja.
"Abislah, Kak. Skincare kan gue pake tiap hari, bukan dua bulan sekali," ucap Putri sembari mengintip isi pelembab dalam botol yang sudah kempes pertanda habis. "Udahlah beliin lagi. Kak Raja kan duit jajannya dikasih gede sama Papa."
"Bukan masalah gede atau kecilnya sih, Dek. Lo nya aja yang gak bisa irit duit. Segala skincare aja lo beli, padahal satu pun gak ada yang cocok," cerocos Raja sembari membaca ingredients yang ada di belakang produk.
"Kata siapa gak cocok? Semuanya juga cocok."
"Lah terus kalau cocok, kenapa muka lo masih gitu-gitu aja?" celetuk Raja membuat sang adik memajukan bibirnya beberapa senti.
"Proses. Bunga aja mekar butuh proses."
"Masa sih? Kok si dedek emesh cantik banget ya. Mulus."
"Siapa sih dedek emesh?" tanya Putri penasaran.
"Kepo." tanya Raja kesal.
"Ya kali aja ada rekomend skincare biar glowing gitu."
"Lah lo mah dek gak bakalan glowing-glowing mau pake skincare yang semahal apa pun. Haha."
"Jahat amat dah punya kakak. Udah sana beliin skincare biar adek lo glowing."
"Iya bawel."
Secepat mungkin Raja menyetir mobilnya sendirian ke sebuah toko khusus make-up.
Sesampainya di sana, kedua kaki Raja bagaikan petir yang melesat cepat menghilang begitu saja. Dengan cermat dia mengamati nama merk yang tertera di atas layar handphonenya juga beberapa skincare yang berjejer di atas rak susun.
Raja terkejut bukan main, beberapa botol macam skincare bermacam jenis berjatuhan dari jarak yang tak jauh darinya. Sosok gadis mungil tengah berdiri di sana nyaris dipukuli oleh barang yang berjatuhan.
Dengan sigap, Raja menyingkirkan gadis itu. Menarik tangannya dan mendekap tubuhnya secara refleks.
Benar saja, beberapa botol skincare berjatuhan di tempat sang gadis berdiri.
Kedua mata mereka saling bertatapan, batang hidung keduanya pun saling beradu, ada jarak hanya beberapa centi membuat deru nafasnya sama-sama terdengar jelas.
"Dedek emesh?"
****
04 Desember 2019
Gimana nih cerita Raja Milik Ratu Readers? Seru enggak? Hasil merevisi ulang semoga kalian sukaš
"Tidak mengenal bukan berarti tidak untuk ditakdirkan. Tetapi, awal dari pertemuan yang berujung pada perkenalan."~clovy****Hari ini Ratu pergi ke pusat perbelanjaan khusus skincare. Namanya juga seorang beauty vlogger yang selalu saja mencoba berbagai macam jenis merk, jadi dia tidak perlu menunggu habis stok skincare di rumah, karena sudah menjadi patokan wajib untuk membelinya yang akan dijadikan bahan konten upload ke youtobe.Banyak bermacam-macam skincare membuat gadis berambut sebahu itu bingung. Dia menginginkan membeli semua yang ada di dalam toko itu dan ingin mencoba semuanya, tapi tidak mungkin juga jika dia harus merelakan semua uang tabungannya hanya untuk membeli skincare.Setelah lama bergelut dengan hatinya, dia memutuskan untuk membeli skincare yang dibutuhkan untuk konten seperti judul yang akan dibawanya hari ini.Kedua kakinya agak berjinjit
"Tidak ada yang lebih bahagia dalam hidup, kecuali keluarga utuh nan kasih sayang yang terpenuhi."~Ratu Nandilandari***Ratu mengitari sekeliling halamannya, banyak rerumputan liar yang mulai meninggi menutupi sebagian indahnya rumah sang pemilik.Rumahnya sangat luas bagai istana kerajaan, tapi kelihatan terkesan seram karena tidak terawat dengan baik. Pagarnya penuh dengan tanaman rambat, jendelanya penuh dengan debu, dan lantainya pun terlihat sangat kotor.Pagi ini dia tak perlu buru-buru mempersiapkan diri pergi, lagipula hari ini libur sekolah. Kebetulan Ratu ada acara bertemu dengan teman dekatnya waktu SMP.Rencananya siang ini Ratu pergi, jadi ada waktu untuk bersantai."Bisa-bisanya kalian tumbuh sembarang di rumah orang." Ratu mengomel pada salah satu tanaman baru yang tumbuh di pagarnya. Hatinya terge
"Semesta memang pandai mencari cara. Menolak keinginan juga menakdirkan ketidakinginan."~clovy***"Sampai jumpa, Hito!" ucap Asya saat lelaki berkacamata itu pamit pulang lebih dulu.Hito hanya tersenyum ramah, kepalanya tetap menunduk seperti sebelumnya, dia tak memandang Asya dengan saksama. Hanya sekelebat penglihatannya kembali terpaku pada buku tebal yang dibelinya.Seperti biasa, Hito membenarkan letak kacamatanya lagi. Dengan tangan gemetar dia membawa buku setebal kamus, entah mengapa pertemuannya dengan gadis ceria itu berdampak aneh pada dirinya.Hito memang tak biasa dekat dengan lawan jenis, dan baru kali ini pula dia merasa jantungnya nyaris keluar dari tempatnya. Degupannya lebih cepat daripada sebelumnya, ini memang aneh. Dia bergidik ngeri memikirkan hal-hal negatif tentang gadis itu.Dikarenakan kepalanya terasa pening kare
"Pertemuan itu awal untuk cerita kita. Bertemu lagi berarti kisah cerita lanjutan cinta."***Kuliah semester tiga memang tidak seperti semester sekian yang disibukkan dengan segala macam tugas. Meski begitu, tetap saja tugas harian membuat makalah tidak akan terlepas. Seperti saat ini, ketiga lelaki tampan tengah serius menatap layar laptop.Ruangan sudah mulai sepi karena beberapa mahasiswa sudah pulang. Mereka bertiga ingin menyelesaikan saat itu juga agar sepulang dari kampus bisa memulai challenge yang Raja buat beberapa hari lalu."Beres!" Hito merenggangkan kedua tangannya setelah menyelesaikan tugasnya."Bantuin kek," celetuk Reza sudah mulai gelisah dengan tugasnya."Males ah. Kerjain aja sendiri.""Lo kok gitu sih sama sahabat sendiri?" tanya Reza kesal."Kalau soal kek gini sih enggak liat status sahabat atau
"Jangan takut dengan apa pun dan sama siapa pun. Tapi, takutlah jatuh saat mengenal aku."~Raja AleandrašššKejadian kemarin lalu menyisakan rasa takut yang tak dapat diartikan oleh Ratu. Pertemuannya dengan Raja tak seramah sebelumnya, dia yang begitu lancang mengatakan hal seperti itu. Kenapa juga dia menjauhi lelaki baik itu yang jelas-jelas telah menolongnya.Jemari lentiknya memijat pelipisnya yang terasa pening karena memikirkan banyak permasalahan yang terus bermunculan. Dan permasalahan itu dibuat olehnya sendiri.Rasa ketakutannya terhadap lelaki membuatnya tak bisa mengontrol. Akan sulit baginya berteman dengan lelaki mana pun, dan juga akan sangat sulit bagi Ratu membuka hatinya."Gue harus minta maaf sama dia. Lagipula dia baik." Ratu memainkan ponselnya, baru disadari jika niatnya tidak bisa ia laksanakan. Dia tidak punya kontak o
"Karma atau semesta hanya sekadar mengingatkan?"***Nindy menjadi lebih banyak diam setelah tragedi rusaknya kornea mata kirinya. Sepanjang malam dia selalu terjaga sembari bergumam memanggil nama putrinya.Perawat yang bertugas terkadang merasa kasihan pada Nindy. Ibu beranak satu itu terlihat sangat menyayangi putrinya tapi mengapa saat Ratu menjenguknya dia tak sedikit pun meleburkan rasa rindunya.Memeluk saja tidak. Nindy hanya menginginkan Ratu mati di tangannya. Dia merasa jika putri semata wayangnya tidak pantas berada di dunia yang membuatnya menderita.Ratu terdiam di jendela kamarnya, memikirkan hidupnya yang penuh dengan misteri. Langit hitam berbintang menjadikan pemandangan yang dia sukai.Masa lalu kelam yang terus saja berputar dalam pikirannya bagai menghantuinya dan menjadikan dirinya menjadi sosok gadis yang sangat tertutup dan terkesan sangat menyer
"Cinta itu datangnya dari hati, bukan dari simpati."š£š£š£"Kenapa, Fa? Lo lakuin semua ini sama gue?" tanya Putri, dia marah besar pada lelaki yang kini tengah terduduk bersama seorang wanita di salah satu kafe kekinian hits anak muda."Gausah tanya kayak gitu. Harusnya gue yang tanya sama lo. Kenapa abang lo sakitin adek gue, hah?" Rafa membalikkan pertanyaan yang membuat gadis berkulit putih itu diam."Maksud lo apa?" tanya Putri. Dia bingung dengan pertanyaan Rafa. Setahunya, sosok Raja itu adalah sandaran teruntuknya bukan tipe yang selalu menyakiti hati perempuan. Dia menyayangi dirinya juga ibunya dan keduanya itu adalah perempuan. Jadi, mustahil baginya jika Raja seperti apa yang kekasihnya ucapkan."Raja udah nyakitin adek gue, Repi. Dan ... gue berhak nyakitin lo. Mungkin ini karma dari abang lo. Karma itu berlaku. Suruh tobat sana!" ucapnya seraya merangkul gadis di sam
"Jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Karena semua ini adalah keputusan bersama. Jadi segala kesalahan yang terjadi adalah kesalahan kita."šššPutri menemui Ratu ke atas balkon rumahnya. Gadis berambut panjang itu menyambutnya dengan seulas senyuman."Lo kenapa?" tanya Ratu pelan.Nangis Putri kembali pecah, kedua tangannya terbuka langsung berlari mendekap tubuh sahabatnya.Dalam pelukan Ratu gadis itu tergugu menangis.Ratu berusaha menenangkan gadis itu, mempersilakannya duduk di atas kursi panjang."Gue kabur dari rumah." Putri menjelaskan sembari menahan tangisnya."Berarti Kakak lo gak tau?""Ya masa dia tau. Namanya juga kabur, Ra."Ratu mengangguk pelan seraya terkekeh menyadari pertanyaannya yang sangat polos."Pasti dia khawatir nyariin lo,